Ada sebuah cerita, tentang sebuah makhluk penjaga, yang akan selalu menjaga manusia dari marabahaya. Makhluk itu bisa melakukan banyak hal. Membuat orang-orang yang bersinggungan dengannya mempunyai kekayaan yang berlebih, mempunyai jabatan yang bagus, mempunyai keahlian yang mumpuni.Bahkan, makhluk tersebut bisa menjanjikan semua keberkahan dari apa yang sudah mereka tanam dan mereka ambil dari semua yang ada di sekitar mereka.Makhluk tersebut awalnya tidak punya apa-apa, hanya menjadi makhluk penunggu hutan layaknya makhluk-makhluk yang tinggal disana. Namun, ketika kedatangan para manusia beratus-ratus tahun yang lalu, makhluk itu semakin lama semakin kuat, semakin mendominasi, bahkan makhluk-makhluk di sekitarnya pun tunduk dan takut kepadanya.Para manusia-manusia ini saling memanfaatkan satu sama lain, atau lebih tepatnya malah dimanfaatkan oleh makhluk ini, para manusia itu menganggapnya layaknya dewa, yang diagungkan dan disembah dari waktu ke waktu hingga hari ini.Semakin
Aku kini ditinggal sendirian lagi di tempat ini.Mang Ayep tampaknya pergi kembali menjemput seseorang yang mungkin saja itu adalah orang-orang yang akan mengeksekusiku pada malam ini.Mereka yang Mang Ayep jemput adalah orang-orang yang tahu akan kebenaran tentang kampung ini dan akan membuatku menjadi tumbal agar kampung ini bisa kembali seperti semula.Jujur, aku tidak bisa kemana-mana lagi sekarang. Aku terkurung di dalam tiang-tiang besi ini dan tidak bisa untuk keluar. Sebuah gembok menggantung di dekatku dengan posisi yang terkunci, dan satu-satunya kunci yang bisa membuka gembok ini ada di Mang Ayep yang sekarang pergi meninggalkanku.Mang Ayep yang periang, juga seringkali bercanda ketika aku sedang sekolah dulu rupanya mengetahui semua cerita gelap tentang kampung ini.Sebuah kampung yang awalnya dihuni oleh tiga keluarga yang melarikan diri dari sesuatu, lalu meminta salah satu makhluk untuk menjadi penjaga mereka dengan imbalan tumbal setiap lima puluh tahun sekali.“Arggh
Brrrrr!Tubuh Mang Ayep tiba-tiba menggigil kedinginan, tepat ketika dirinya mendengar sebuah suara yang muncul secara tiba-tiba dekatnya.Padahal, ketika pintu besi itu dibuka, Mang Ayep tidak melihat siapapun yang masuk, yang ada hanyalah angin yang berhembus dengan kencang.Tapi meskipun Mang Ayep tahu di dekatnya ada makhluk, dia tetap berdiri dengan tegap.Mang Ayep sudah terbiasa bertemu para makhluk ketika dirinya menjaga sekolah dari dulu hingga hari ini, dia tidak terlalu takut seperti layaknya para warga lain ketika bertemu dengan para makhluk itu.Karena, dia sendiri tahu bahwa para makhluk itu bisa dia hindari dan dia lawan dengan sesuatu yang dia miliki, yaitu keilmuan yang secara turun-temurun yang dia pelajari untuk bekal dirinya ketika menjaga sekolah pada malam hari.Sontak, Mang Ayep langsung membalikan tubuhnya, dengan postur tubuhnya yang sedikit menantang dia berkata kepada sesuatu yang berbicara kepadanya pada saat itu.“Saha maneh? Wawanianan ngaganggu aing, teu
Haaaaa“Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa hal ini terjadi. Semua yang aku cari ternyata berujung kepada diriku sendiri.”“Tentang kampung,”“Tentang terror ini,”“Tentang sebuah kenyataan akan kebahagian juga semua kekayaan yang keluarga kami miliki selama ini.”Aku hanya bisa menundukan kepalaku di tengah-tengah tiang besi yang mengurungku pada saat ini. Kedua tanganku yang memegang tiang-tiang itu tidak aku lepaskan sama sekali, meskipun keringat dingin membuat peganganku menjadi licin.Entah mengapa, sama sekali tidak ada suatu kesedihan di dalam diriku saat ini, ketika Mang Ayep berkata bahwa akulah orang dari keluarga Wilaga yang seharusnya dikorbankan untuk bisa membuat Kampung Halimun kembali seperti semua.Semua kesedihanku itu mendadak hilang, rasa takut akan kematian yang mungkin saja akan terjadi kepadaku dalam waktu dekat pun tidak aku rasakan.Aku hanya bisa berpikir bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari tempat ini dengan segera, mencari cara lain untuk bisa me
“Si-siapa kamu?”Aku tiba-tiba tertegun ketika melihat sosok itu, seorang anak muda yang tidak aku kenal tiba-tiba muncul dihadapanku pada saat ini.Dia tersenyum ramah kepadaku, aku pun yang melihatnya berdiri tepat di hadapanku merasa, bahwa pemuda ini adalah manusia tanpa ada sedikitpun kekhawatiran atas apa yang aku lihat.Karena, mungkin saja dia adalah makhluk yang membuat obor yang menyala di lorong padam.“Kamu gak perlu tahu siapa aku, yang pasti kamu seharusnya bukan berada di tempat ini.”“Seharusnya kamu bisa hidup tenang, tanpa ada bayang-bayang bahwa kamu harus mati ditumbalkan oleh para warga kampung yang sesat itu.”“Aku datang untuk mengajakmu keluar, membuatmu bisa terbebas dari tiang-tiang besi yang membelenggumu pada saat ini.”“Dan ketika kamu keluar, aku yakin kamu bisa mencari cara agar kamu bisa menyelamatkan kampung tanpa harus ada korban lagi kedepannya, karena aku sendiri sebagai warga kampung tidak mau hal ini terjadi lagi.”Aku benar-benar tidak mengerti,
DrapDrapDrapTerdengar sebuah langkah kaki seseorang yang sedang berlari di sebuah lorong panjang sehingga suaranya menggema ke setiap sudut kelas yang ada disana.Nafasnya yang sudah terengah-engah membuat langkah kakinya sedikit melambat, tapi dia tidak menghentikan langkah kakinya di dalam kabut yang sedang menyelimutinya, dia terus melangkahkan kakinya, pandangannya pun lurus ke depan tanpa peduli akan apa yang ada di sekitarnya.Hah, hah, hah,Nafasnya terdengar sangat berat, jantungnya berdetak dengan sangat kencang, keringat dingin yang memenuhi tubuhnya sudah dia tidak pedulikan lagi sekarang.Tujuannya hanya satu, yaitu tempat yang dia yakini tempat paling aman di antara tempat-tempat lain ketika malam tiba. Dan tempat itu berada di ujung lorong ini, di belakang sebuah kantin yang letaknya paling ujung.Dian akhirnya sudah sampai ke sekolah yang dia tuju, dia terus-menerus melangkah, meskipun terdengar banyak sekali suara menyeramkan di sisi kiri dan kanan, namun dia sedik
Sebuah bangunan yang terlihat tua kini terlihat olehku dari kejauhan. Kabut merah yang masih menutupi malam, tidak serta merta menghalangi pandanganku secara keseluruhan, karena bangunan itu terletak paling ujung dan berdiri sendiri dengan bentuk bangunan yang berbeda dengan bangunan yang lain.Sebuah bangunan yang aku kenal, bangunan yang sering dipakai oleh para warga untuk mengurus segala keperluan administrasi seperti pembuatan KTP, Akte Kelahiran, juga dokumen-dokumen yang lain untuk keluarganya.Bangunan tersebut tampak sangat besar, karena di sanalah semua data dari warga Kampung Halimun di simpan. Juga, disana pula lah tempat bagi seseorang dari keluarga Mandala, yang diberi mandat untuk memerintah Kampung dan mengatur segala hal agar ketiga keluarga ini bisa hidup damai, aman dan bekerja sama satu sama lain untuk memajukan Kampung Halimun.Tampak, sebuah plang yang menjadi penanda bangunan itu pun terlihat. Plang yang seharusnya berdiri kokoh disana kini tampak berkarat, kabu
Brttt Sebuah cahaya akhirnya muncul, cahaya tipis api dari sebuah kayu bakar yang dilapisi oleh sebuah kain lap yang ada di dapur. Aku sedikit bersyukur sekarang, karena kompor yang ada di dapur masih bisa menyalakan api pada saat itu, sehingga aku mencari cara agar aku bisa membuat obor sederhana untuk peneranganku. Hingga akhirnya, aku berhasil membuat itu. Dengan membakar kain lap yang berserakan di bawah dan di ikatkan ke sebuah kayu bakar yang aku dapatkan dari halaman belakang. Cahaya itu sepertinya bisa membantuku sekarang, membantuku menerangi jalan untuk melewati sebuah ruangan yang belum pernah aku masuki seumur hidupku, karena aku hanya tahu bahwa itu hanyalah sebuah ruangan kecil dengan toren air di atasnya. Namun, aku tidak tahu ada apa di dalam sana. Kreaaaakkk Pintu itu secara perlahan aku tarik hingga akhirnya terbuka, dan betapa terkejutnya aku ketika aku melihat bahwa di dalam sana ada sebuah tangga yang menurun kebawah. Seperti ada lorong yang lurus ke bawah ta