Share

BAB 29-BAYI

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-25 05:34:19
Kampung Halimun kini kembali berganti malam, Aan yang diperintahkan untuk memberitahu warga agar bisa pulang lebih cepat dan bersembunyi di dalam rumah-rumah mereka, sepertinya berhasil dia lakukan.

Karena ketika malam menjelang dan kabut merah yang turun secara perlahan menutupi Kampung Halimun, kampung tampak sepi, tidak ada sama sekali warga yang masih beraktifitas diluar rumah. Semuanya hanya bisa menunggu di dalam rumah-rumah mereka dan berharap pagi akan segera datang karena malam yang panjang dengan para makhluk yang berkeliaran di luar sana akan terus muncul sepanjang malam menghantui mereka semua.

Kampung Halimun kini kembali berwarna merah darah, cahaya bulan purnama yang tampak terang dari atas sana, rupanya hanya bisa menyinari kabut tersebut tanpa bisa menembusnya sama sekali, sehingga kabut itu terlihat memancarkan cahaya redup dengan jarak pandang yang membuat mata kita terbatas.

Apalagi, di tengah-tengah kabut itu, banyak sekali makhluk yang muncul, yang siap mencari
pujangga manik

terima kasih ya sudah menjadi pembaca setia KAMPUNG HALIMUN tetap support ya dengan vote dan komen agar saya semangat upload bab terbarunya meskipun masih dalam masa pemulihan terima kasih atas supportnya

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuyun Yuningsih
mantap...keren khas banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 30-KELUAR

    Oaaaaaa Oaaaaaa Blag, blag, blag, Makhluk yang berbentuk bayi yang besar itu berusaha mendorong lemari dan meja yang telah Dudung dan Dian susun untuk menutup jalan, tubuhnya yang besar terlihat dengan jelas menutup lorong yang ada disana. Dian benar-benar tidak tahu makhluk jenis apa itu, karena dia baru pertama kali melihat makhluk seperti itu. Sama halnya dengan Dudung, dia tidak menyangka bahwa makhluk itulah yang selama ini dia dengar, dengan suara bayi yang memekakan telinga dan hatinya. “A Dudung, i, i, itu makhluk apaan?” kata Dian yang kini mundur beberapa langkah sambil melepas kursi yang dia pegang di dekat Dudung yang terjatuh dari atas meja pada saat itu. “E, e, enggak tahu Ian. A, a, aku baru kali ini melihat makhluk itu.” Dudung benar-benar ketakutan, meskipun dia merasakan rasa sakit yang luar biasa, dia memaksakan dirinya untuk bangun di ruangan itu, dia benar-benar panik atas apa yang dia lihat sehingga dia mundur beberapa langkah sambil melihat makhluk itu yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 31-KAKI

    Malam semakin larut, Kampung Halimun yang di selimuti oleh kabut merah kini mulai menggila. Jauh di dalam kabut merah tersebut, terdengar samar-samar banyak orang yang sedang berlari dari sesuatu, juga teriakan-teriakan dari mereka yang merasakan ketakutan yang mendalam atas apa yang terjadi kepada kampung mereka di malam hari. Kabut yang tebal yang menutupi pandangan mata, sehingga tidak ada yang bisa melihat jelas tentang apa yang mereka takutkan, mereka hanya berlari di tengah-tengah kabut mencari suatu tempat persembunyian dengan hati mereka yang gelisah. Teriakan-teriakan itu dibarengi dengan suara tertawa, suara tertawa dari makhluk-makhluk terbang yang sering kita sebut kuntilanak, makhluk yang kita tahu hanya bisa mengganggu kita di malam hari dengan kulitnya yang kurus dan pucat, dengan kuku jarinya yang panjang, serta wajahnya yang tertutup oleh rambut yang tampak lecek dan tubuhnya yang memakai baju putih panjang atau baju merah yang panjang. Mereka kini tampak senang da

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 32-SEKOLAH

    “A DUDUUNGGG…!!!” Dian berteriak dari jendela ventilasi, dia mengulurkan tangannya agar Dudung bisa meraihnya dan bisa keluar bersama dari ruangan itu dengan segera. Namun, Heeeeeehhh, heeeeeehhh Sebuah tangan hitam dan kurus, serta kukunya yang agak panjang kini memegang salah satu kaki dari tangan Dudung pada saat itu. Sontak Dudung yang awalnya akan meraih tangan Dian kini berbalik ke arah belakang, dan dia benar-benar kaget ketika dia melihat sosok makhluk dengan wujud manusia, namun badannya terpisah. Yang dia lihat hanyalah sebuah tubuh bagian atas dan kedua tangan serta wajahnya yang sedang menyeringai ke arahnya. Tubuhnya yang terbelah mengeluarkan berbagai macam organ dalam yang keluar dengan sendirinya, usus nya yang panjang keluar dan menyentuh lantai yang kini berlumuran darah dari arah pintu yang terkunci di ujung sana. Entah bagaimana makhluk itu tiba-tiba muncul di dekatnya, namun yang pasti suara benda yang diseret itu sudah dipastikan adalah suara dari dirinya ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28
  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 33-KI KI KI

    Argggggggghhhhhh “TOLOOOOONGGGGG, TOLONGGGGGG, TOLONGGGGG!!!” Duag, duag, duag HAHAHAHAHAHAHA Di tengah-tengah kabut merah yang masih menutupi Kampung Halimun pada malam ini, terdengar kembali suara teriakan-teriakan yang menggema dari manusia yang entah ada dimana. Jujur, aku ingin sekali mengetahui siapa yang berteriak pada malam ini, namun aku yakin semuanya sudah terlambat ketika aku sampai disana, seperti halnya aku terlambat untuk menyelamatkan bapak Toni yang hilang entah kemana. Aku harus cepat-cepat menyelesaikan tentang misteri di kampung ini, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar bisa menyelesaikannya, sehingga aku harus mencari petunjuk dari orang-orang yang mengetahui rahasia dibalik kampung tempatku tinggal ini sekarang. Aku yang kini berdiri di depan pintu gerbang sekolah sangat mengetahui seluk beluk dalam sekolah ini, ruangan-ruangannya, lapangannya, bahkan isi dari ruangannya aku sudah mengetahui semua. Selama lebih dari dua belas tahun aku belajar dis

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 34-WC

    Sebuah lorong yang biasanya dipakai oleh para siswa dari tiga tingkatan, kini mendadak menyeramkan untuk ditelusuri olehku sendirian. Lorong itu lurus dan bercabang di beberapa tempat, bersamaan dengan sebuah taman kecil yang memanjang di sisi kiri dan kanannya, sebelum nantinya ada sebuah lorong lagi dengan kelas-kelas pembelajaran dari sekolah dasar hingga menengah atas yang berada di paling ujung dari lorong ini.Keluarga Tarmana mendesain seperti itu agar para warga kampung tidak perlu jauh-jauh melewati hutan perbatasan untuk sekolah di sekolah negeri terdekat, namun mereka bisa sekolah di kampung hingga jenjang tertinggi di tempat yang sama.Tap, tap,PrakLantai dari keramik yang berada di lorong tersebut menyebabkan langkah kakiku terdengar sedikit keras, apalagi lantai itu yang tiba-tiba retak di beberapa sisi, membuat langkahku tak sengaja menginjakan keramik yang patah sehingga membuat suara menggema di seluruh sekolah.Jujur, aku merasa diawasi oleh sesuatu yang tidak terl

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-30
  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 35-TERPOTONG

    “Cing sabar nya Bapak! Nu Bapak kerjakeun teh eta jang warga kampung. (Yang sabar ya Bapak! Yang Bapak lakukan itu untuk warga kampung.)” “Atos sa wajarna ti sadayana warga didieu aya anu sababaraha nu kapilih, memang pasti nyeuri kanu hate, tapi da kumaha, memang geus ti baheula na jigah kieu. (Sudah sewajarnya dari semua warga yang ada disini ada beberapa yang terpilih, dan memang pasti merasakan sakit hati, tapi ya gimana, sudah dari dahulu seperti ini.)” “Ayeuna mah di ikhlaskeun we nya Pak, mugia kagentosan deui kunu leuwih sae tibatan anu ayeuna. (Sekarang di ikhlaskan saja ya Pak, semoga digantikan dengan yang lebih baik daripada yang sekarang.)” Tiba-tiba aku mendengar semua perkataan itu di telinga sebelah kiri sehingga aku membuka mata. Aku kembali melihat pemandangan yang aneh, sebuah pemandangan yang berbeda dari apa yang aku alami sebelumnya. Argggghhh Aku tiba-tiba merasakan sakit kepala yang sangat kuat, salah satu tanganku langsung memegang kepala dan berusaha mere

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 36-MANG AYEP

    Suasana yang awalnya begitu gelap, kini secara perlahan-lahan berubah ketika aku membuka mata. Nyut Nyut, Rasa sakit di pipi dan rasa pusing di kepala membuatku sedikit menyeritkan dahiku pada saat itu. Kulihat, samar-samar tampak seseorang sedang tersenyum kepadaku dengan cahaya lampu minyak yang di bawa di salah satu tangannya, cahaya dari lampu minyak yang terang membuatku sedikit silau atas apa yang sedang aku lihat sekarang ini. Karena, aku tidak tahu dimana aku sekarang, dan kenapa aku tiba-tiba terbaring seperti ini di tempat yang tidak aku kenali sama sekali. Hahahahaha “Sadar oge ieu preman sakola. (Sadar juga ini preman sekolah.) ” “Hey, hudang Abdi hudang! (Hey, bangun Abdi bangun!)” Sosok itu kembali tertawa sambil menepuk-nepuk kaki ku pada saat itu, dan ketika dirinya sudah tahu bahwa aku sudah tersadarkan, dia hanya berdiri dan berjalan dengan salah satu kakinya yang tampak pincang ke sebuah kursi kecil yang ada di sudut sana, dan menyimpan lampu minyak yang dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 37-JALAN KELUAR

    Mataku tiba-tiba terbelalak, tepat ketika Mang Ayep mengatakan tentang jalan keluar dari semua ini. Aku benar-benar tidak percaya atas apa yang dia katakan, sebuah jawaban yang sebenarnya sangat sulit aku realisasikan.Aku benar-benar tidak mengerti, apakah jawaban dari mimpiku itu memang ada hubungannya dengan apa yang Mang Ayep katakan. Atau memang mimpi itu adalah gambaran atas apa yang terjadi selanjutnya.Aku hanya bisa membuka mulutku sebagai tanda tidak percaya, makanan yang aku kunyah pun tidak bisa aku telan lagi ketika aku mendengar hal itu, semuanya mendadak hening. Hanya lampu minyak Mang Ayep saja yang menjadi saksi bisu atas obrolan kita berdua ini.PakMang Ayep tiba-tiba menepuk punggungku dan kembali tertawa sambil melihat wajahku yang seakan-akan tidak percaya atas apa yang dikatakan.Hahahaha“Kalem, urang mah euweuh hubunganna jeung maneh, ngan jelema-jelema khusus anu bakal aya hubunganna jeung anu ku urang obrolkeun. (Tenang, aku tidak ada hubungannya denganmu, n

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07

Bab terbaru

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 60-AWAL YANG BARU (TAMAT)

    Pemandangan yang gelap gulita itu berubah ketika aku merasakan rasa hangat di sekujur tubuhku, rasa hangat yang secara perlahan-lahan muncul disertai dengan semilir angin dan suara kicauan burung yang semakin lama semakin jelas terdengar.Semakin lama pemandangan gelap itu menjadi terang kembali, ketika secara perlahan-lahan aku membuka mataku, dan melihat sinar matahari yang begitu terang dan menyilaukan mata muncul dari pepohonan yang sangat lebat.Apalagi, ketika aku melihat ke sekeliling tempat tersebut, aku melihat beberapa orang yang memakai pakaian lusuh dengan bambu besar yang dia gendong bersamaan dengan beberapa orang yang lainnya yang sedang berada di sekitarku.“Arggh, dimana ini?” kataku.Rupanya, apa yang aku katakan terdengar oleh beberapa orang itu, dan salah seorang dari mereka tiba-tiba berteriak dan memanggil teman-temannya yang berada tak jauh dari sana.“MANGGGGG, IEU JELEMANA GEUS SADAR MANG! (INI ORANGNYA DAH SADAR MANG!)”Dia memanggil beberapa orang dan mendek

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 59-GELAP

    Nyi Mas Andini kembali tersenyum, kedua tangannya dia silangkan di atas meja, seperti mengisyaratkan bahwa dirinyalah yang menjadi tuan rumah di tempat ini.“Namun, aku mempunyai suatu kekhawatiran, kekhawatiran atas sesuatu yang tidak aku perkirakan.”“Yaitu pengorbanan hidup bapakmu yang membuka semua gerbang ke tempat ini dari segala penjuru, sehingga makhluk-makhluk yang lebih kuat dariku masuk begitu saja ke tempat ini,” Ucapnya dengan nada yang tenang.“APAAAAA?”“JADI, BAPAK SU, SU, SUDAH MENINGGAL?” kataku dengan nada yang sangat kaget.Nyi Mas Andini hanya bisa mengangguk, dia meyakinkan ku bahwa dirinya berbuat suatu perjanjian kepada para makhluk itu, para makhluk yang kejam yang bisa mengambil alih hutan yang dia tinggali ketika mereka sudah terbebas dari tugasnya yang membelenggu selama ini.“Jadi, aku sekarang sudah tidak butuh kamu lagi, sudah tidak butuh warga Kampung Halimun lagi.”“Aku tidak peduli dengan kalian.”“Tapi dalam perjanjian itu, ada beberapa orang yang s

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 58-NEGOSIASI

    Sebuah ruangan yang terang tiba-tiba muncul, terang karena lilin-lilin yang menyala sebegitu banyaknya. Ruangan itu seperti sebuah rumah kayu yang entah berada dimana, rumah kayu yang terlihat klasik karena disertai dengan perabotan yang cantik dengan ukiran-ukiran yang khas di semua sudutnya.Aku sedang duduk disana, duduk di sebuah kursi kayu dengan sebuah meja yang penuh akan makanan yang sangat lezat dan menggugah selera.Ikan asin, ayam goreng, tempe goreng, nasi liwet panas yang masih berasap, juga beberapa sayuran seperti tumis pakis, tumis bayam, lalu ada juga sambal terasi dan lalapan seperti jengkol, pete, juga leunca sebagai tambahannya.Sebuah sajian khas dari masyarakat sunda yang paling enak menurutku.Namun, aku bingung, kenapa aku berada disini, kenapa aku tiba-tiba duduk dengan banyak sekali makanan yang ada tepat di depan mataku.Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku beberapa kali, bahkan menggosok-gosokan kedua mataku karena aku tidak percaya atas apa yang aku rasak

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 57-TIDAK PERCAYA

    “Ke-kenapa ini?” “Tu-tu-tubuhku?” “Mu-mulutku?” “Kenapa bergerak sendiri?” Aku kebingungan, benar-benar heran melihat tubuhku yang diambil alih oleh sesuatu, aku tidak berbicara sekarang, pandanganku juga diatur oleh sesuatu yang menggerakan wajahku. Sepertinya, tanpa sadar, tubuhku diambil alih oleh sesosok wanita yang merupakan anak Pak Kades bernama Neng. Anak yang mayatnya aku temui di dalam gua dengan kondisi wajahnya yang hancur tak tersisa, mayat yang hidup dan berjalan ketika ada suara dan gerakan. Kali ini, jiwanya muncul dan masuk ke dalam tubuhku, karena dia berbicara panjang lebar dengan bapaknya yang ada disana. Sedangkan jiwa-jiwa yang lainnya… Deg Mataku yang digerakan oleh dirinya kini melihat jiwa-jiwa itu berada di antara Pak Kades dan Pak Emen. Mereka berdiri seperti kepulan asap yang tembus pandang. Dan jumlahnya pun bukan satu atau dua, namun banyak. Mereka yang berasal dari beberapa generasi di atasku, bahkan mungkin salah satu dari mereka adalah leluhur

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 56-BERBICARA

    Ritual Babad Raga, itulah yang kini dilakukan Pak Emen dengan Pak Kades sekarang. Ritual yang dulu dijalankan oleh bapak sebagai seseorang yang memimpin ritual setelah caranya diturunkan secara turun-temurun dari kakek dan kakek buyut.Namun, karena suatu hal bapak menghilang hingga saat ini. Sehingga Pak Emen yang awalnya membantu bapak memimpin ritual terakhir untuk menarik jiwaku agar dipersembahkan kepada NU MAHA AGUNG, yang saat ini sedang melayang-layang di sekitar mereka.Biasanya ada dua ritual yang harus dilakukan, yaitu ritual pemanggilan yang mengharuskan para manusia memotong sesajen berupa ayam cemani dan ikan mas, dan yang kedua adalah ritual penarikan yang kini sedang dilakukan oleh Pak Emen.Pak Emen terlihat dengan serius duduk tepat di depanku, kedua tangannya terlihat dirapatkan dan disimpan ke atas kepala seperti sedang menyembah sesuatu. Sebuah dupa panjang yang menyala terlihat menyelip di antara kedua tangan itu sehingga kepalanya terlihat berasap.Dia bergumam

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 55-KEMUNCULAN

    “Pak Rudii, Pakkk!”Tampak seseorang yang sedang memakai helm proyek berwarna kuning memanggil seseorang yang ada di depan sebuah Gedung tinggi yang belum selesai, dia memakai helm berwarna biru dengan banyak sekali kertas-kertas yang dia bawa.Pak Rudi yang sedang sibuk membaca rancangan proyek yang ada disana hanya mengangkat tangannya ke arah orang tersebut, dia mengisyaratkan agar dirinya mendekat kepadanya.“Pak ini rancangan atas gedung setelah konstruksinya selesai, di dalamnya juga sudah ada penambahan saluran udara, juga rancangan saluran air dan AC Pak,” katanya sambil menyodorkan beberapa kertas yang digulung pada saat itu.Pak Rudi yang sedang sibuk membawa kertas lain di tangannya akhirnya mengambil kertas itu dan diselipkan di antara tangan dan tubuhnya.“Nanti akan aku baca sekaligus mengecek semua rancangan saluran udara, air dan AC ini ke dalam ya,” kata Pak Rudi yang tampak berwibawa.Orang itu pun mengangguk, dia akhirnya berlari kembali meninggalkan Pak Rudi dan ke

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 54-BERPINDAH

    Kejadian yang terjadi di Kampung Halimun semakin membuat gempar, bahkan hal itu dirasakan oleh salah satu kampung yang letaknya paling dekat dengan Kampung Halimun, sebuah kampung yang bernama Bale Leutik yang tepat berada di sisi hutan selepas perbatasan dari hutan perbatasan yang menjadi penghubung Kabupaten Bandung dan Cianjur.Sebuah kampung yang sangat besar, karena dilalui oleh jalanan provinsi yang menghubungkan kedua kabupaten sehingga masih banyak orang yang berlalu lalang meskipun malam sudah semakin larut.Mereka merasakan bahwa pada malam ini, terasa sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Hawa dingin pegunungan yang biasanya bisa mereka atasi dengan suhu tubuh mereka yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, kini merasa kedinginan. Bahkan mereka melapis tubuh mereka dengan baju dalam dan jaket tebal serta sarung yang mereka kenakan.Apalagi, malam itu terdengar sangat gaduh, suara-suara dari hewan hutan yang tiba-tiba muncul dan berlarian seperti ketakutan o

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 53-ASAP

    Mataku benar-benar terbelalak, itu benar-benar Toni yang muncul di antara suara-suara yang sedang menggebrak pintu di tempat ini pada saat ini.Dia hanya berjalan sendirian dan tanpa ada ekspresi apapun pada saat itu. Sehingga membuat semua orang yang ada disana tiba-tiba terdiam dan menoleh ke arah Toni secara bersamaan. Bahkan, Maman yang dari tadi berlari dengan sekuat tenaga pun heran, karena yang muncul dari arah pintu bukanlah para makhluk yang meneror dirinya, melainkan seseorang yang dia kenal.“Bu, bukannya itu anak Pak Ayi?” kata Pak Emen yang tiba-tiba kaget ketika melihat Toni berjalan ke arah mereka.“Kenapa anaknya Pak Ayi berada disini?”Mereka yang berada disana terheran-heran atas apa yang terjadi kepada Toni pada saat itu. Mungkin saja seorang anak kecil yang tiba-tiba datang di hadapan mereka di tengah-tengah teror yang menakutkan yang mengelilingi mereka.Sontak, Para warga yang mengetahui bahwa anak itu adalah Toni, langsung mendekati Toni yang kini berdiri di dek

  • KAMPUNG HALIMUN   BAB 52-DATANG

    Teriakan, demi teriakan menggema di seluruh kampung. Mereka sekarang sudah tidak bisa membedakan lagi alam manusia dan alam gaib yang diliputi oleh kabut merah.Para warga yang seharusnya aman ketika bersembunyi di rumah-rumah mereka, kini tidak bisa kabur kemana-mana lagi. Karena para makhluk yang ada di dalam kabut tersebut sekarang bisa masuk ke dalam rumah-rumah warga dan mencabut nyawa mereka.Suasana tampak sangat kacau, suara berisik dan suara cekikikan terdengar di dalam kabut, bahkan anak-anak yang menangis, yang belum sempat hidup lama di kampung ini pun tak luput dari teror mereka.Parah makhluk yang sudah menunggu setelah beratus-ratus tahun lamanya, kini bisa berpesta pora. Meneror semua manusia yang ada di dalamnya, mencabut nyawa mereka satu persatu dengan cara yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya hingga kondisi mereka terlihat sangat mengenaskan.Terlihat, darah-darah merah merona muncul di antara dinding-dinding rumah, darah itu mengucur secara perlahan dari

DMCA.com Protection Status