Home / Romansa / KAMILA : Kesabaran Menembus Batas / Pertemuan Kamila dan Setya

Share

Pertemuan Kamila dan Setya

Author: Putri Hariyono
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah siap menyuapi Neneknya, Kamila pergi kedapur. Mengambil pakaian bersih yang sudah di cucinya, dan sudah dikemas rapi dalam plastik. Kamila  bersiap mengantarkan nya kebeberapa rumah langganan nya. Kamila mengenakan kerudung, lalu berpamitan pada Nek Sumi.

Kamila berjalan kaki dengan bawaan nya yang lumayan berat. Dipeluknya beberapa kantong kresek bersih yang berisi pakaian para tetangga itu, agar tak terjatuh kejalanan. 

Diperjalanan, Kamila dikejutkan oleh Setya- sahabat Kamila sejak kecil, yang tiba tiba saja sudah berjalan berdampingan dengan nya.

" Sini, aku bantu." Tanpa persetujuan Kamila,Setya mengambil begitu saja barang bawaan Kamila.

" Setya, itu tidak perlu. Aku bisa sendiri kok." Kamila yang memang tidak mau merepotkan orang lain itu, tentu menolak bantuan Setya.

" Kamu ini, Mil, seperti baru mengenalku saja. Kenapa sih selalu menolak bantuanku? Aku ini kan tampan dan baik hati. Hehehe. Mengapa kamu tidak mau berjalan beriringan denganku. Kamu selalu saja seperti itu." Setya sedikit kesal karna Kamila seperti biasanya, menolak jika dibantu oleh Setya. Padahal Setya selalu ada disaat Kamila berada dalam kesulitan. Meskipun Kamila tidak memberi tahu, Setya selalu sigap membantu Kamila. 

Setya sudah mengenal Kamila sejak usia delapan tahun. Waktu itu, Ayah dan Ibu Setya baru saja pindah dari kota, ke kampung tempat tinggal Kamila. Ayah Setya yang merupakan seorang dokter, ditugaskan kepuskesmas desa ini, dan memboyong keluarganya tinggal disini. 

Ibu dan Ayah Setya, tidak pernah melarang Setya berteman dengan Kamila. Karna mereka melihat Kamila adalah anak yang sangat baik dan sopan. Sejak berteman dengan Kamila, Setya kecil yang dulunya sangat sulit diatur, perlahan berubah menjadi anak baik. Sebab itu jugalah, Ibu Ayah Setya sangat senang melihat Setya selalu bersama Kamila. 

" Bu Indri." Setya membaca tulisan yang ditulis dengan spidol di plastik kresek wadah pakaian bersih tersebut.

" Ini punya Bunda, ya, Mil? Sejak kapan Bunda mencucikan pakaiannya padamu? Biasanya juga di Laundry." Tanya Setya heran. Tapi dia juga senang, dengan begitu, Setya bisa setiap akhir pekan, kerumah Kamila, beralasan mengantar dan mengambil pakaian. Karna selama ini, walaupun Setya berteman Kamila, mereka tidak bisa leluasa bertemu dikarenakan Kakek Parmin yang begitu galak, tidak mengizinkan Kamila berteman dengan siapapun.

" Oh, itu. Sudah dua kali aku nyuci baju Bu Indri. Memangnya Ibu Indri tidak ngasi tau kamu, Setya ?" Kamila menjelaskan, sembari balik bertanya pada Setya.

Setya hanya menggelengkan kepalanya. Mana mungkin Setya tahu. Dia pulang ke desa ini hanya saat akhir pekan saja, karna Setya berkuliah di kota. Mereka melanjutkan perjalanan diiringi dengan ocehan Setya, yang tidak bisa berhenti berbicara. Sementara Kamila, hanya membalas dengan senyuman.

Setelah beres mengantarkan semua pakaian bersih pada para pelanggannya, termasuk rumah Setya, Kamila dan Setya duduk di balai balai desa ini, yang biasanya dipakai sebagai pos ronda. Meregangkan otot kaki yang berjalan lumayan jauh, dengan beban bawaan yang lumayan berat. Mereka mengobrol ringan. Diiringi dengan candaan receh Setya yang sukses membuat Kamila tertawa riang. Setelah satu minggu merasa hidup sendirian, Kamila kembali ceria setelah bertemu Setya.

Setya yang saat ini sedang kuliah jurusan hukum, di kota, memang tidak setiap saat berada di desa ini. Setya pulang setiap akhir pekan. Selain tidak tahan berpisah lama dengan Ibunya, Kamila adalah alasan Setya untuk sering kembali ke desa. Sosok sederhana Kamila, sopan santun, tutur bahasa yang lembut, serta wajah cantik Kamila, sangat membuat Setya merindukan Kamila jika berada jauh darinya.

Mereka berbincang cukup lama, hingga Kamila mengingat Nenek nya, Kamila bangkit dari tempat duduknya. Dan bergegas pulang kerumah.

" Astaghfirullah. Setya, aku pulang duluan, ya." Kamila menepuk keningnya. Dia merasa bersalah karna asik ngobrol, dan lupa pada Neneknya. 

"Mau kemana Mil? Buru buru banget." Setya refleks menarik lengan Kamila,hingga jarak mereka menjadi sangat dekat. Setya memandang wajah wanita yang selama ini mengisi hatinya. Meskipun Setya tidak tahu, apakah Kamila menaruh hatinya pada Setya atau tidak. Karna selama ini, jika Setya berusaha ingin mengungkapkan perasaannya pada Kamila, wanita itu pasti akan mengalihkan pembicaraan. Seperti tidak ingin membahas tentang hati. Padahal, lelaki berusia dua puluh tiga tahun itu, sangat ingin tahu isi hati Kamila yang sebenarnya. 

Sepersekian detik, Kamila mendorong pelan tubuh kekar lelaki tampan dihadapan nya itu. Jantung Kamila berdetak begitu kencang. Seperti habis dikejar kuda. Keringat nya mengucur membasahi wajah manis nya. 

Yang sebenarnya adalah, Kamila selama ini menyimpan rasa pada Setya. Rasa yang sangat berbeda. Rasa yang melebihi dari persahabatan. Hanya saja, mengingat siapa dirinya, Kamila merasa tak pantas berada disisi Setya. Kamila berusaha untuk tidak terlalu menggubris Setya. Kamila mengacuhkan nya. Sebab, semenjak rasa itu datang, Kamila merasa sangat tersiksa. Dihatinya ada rasa cinta, namun logikanya menolak. Karna merasa tak pantas menaruh rasa pada Setya. Apalagi sampai berniat memilikinya. 

" Eh, itu, Nenek sendirian dirumah. Gak ada yang jagain. Terima kasih sudah bantuin aku ya, Setya." Kamila tampak grogi menjawab pertanyaan Setya,lalu berlari meninggalkan Setya. Kamila merasa sangat malu dengan kejadian yang baru saja terjadi. Berhadapan sangat dekat dengan Setya, membuat jantung Kamila berdetak kencang. Wanita yang tidak pernah mengenal cinta itu, merasakan hal yang berbeda dihatinya, jika berada didekat Setya. Dia menyadari bahwa, ya, Kamila mencintai Setya. 

Setya hanya berdiri ditempat nya ditinggalkan oleh Kamila. Dia menatap erat gadis pujaan hatinya itu. Setya menyunggingkan senyum nya. Dia sangat melihat jelas pipi putih Kamila, berubah menjadi merah muda, karna merasa malu. Setya senang, merasa bahwa ada ruang di hati Kamila untuk nya. Hanya saja, Kamila merasa malu. Gadis yang selalu mengenakan gamis panjang, serta mengenakan kerudung labuh itu, sangat memikat hati Setya. Sebab, dikampus tempat Setya kuliah, jarang sekali dia temui gadis seperti Kamila. 

Dikampus nya, siapa yang tidak mengenal Setya. Lelaki itu begitu populer dikampus. Dia digilai oleh para mahasiswi mahasiswi disana. Selain tajir, Setya juga sangat tampan. Melihatnya dari kejauhan saja, para wanita langsung tidak bisa bergerak dari tempatnya. Dan tak bisa berhenti menatapnya.Bahkan, ada yang ingin pingsan, jika tak sengaja bertatapan mata dengan Setya. Namun sayang, Setya tak pernah menggubris sedikitpun siapa saja yang mendekatinya. Dikampus, Setya juga dikenal sebagai orang yang cuek, dan dingin. Sangat berbanding terbalik jika berada di dekat Kamila. 

Jika berada di dekat Kamila, Setya akan menunjukkan kekonyolan nya sampai Kamila tertawa terbahak bahak. Setya juga tak bisa berhenti bicara jika sedang bersama Kamila. 

***

"Assalamualaikum." Kamila mengucap salam, sembari mendorong pelan pintu rumah yang tidak terkunci. Suara derit pintu tua, beradu dengan lantai semen itu, mengiringi langkah kaki Kamila memasuki rumah. 

"Waalaikumsalam." Nek Sumi menjawab salam Kamila dari dalam bilik.

"Mila pulang, Nek." Ucap Kamila seraya berjalan menuju kamar Nek Sumi. 

Kamila membuka hijab, dan duduk disamping dipan tua, tempat Nek Sumi berbaring. 

"Capek Nduk? Ngantarnya jauh ya?." Tanya Nek Sumi pada Kamila. 

"Enggak, Nek. Hanya sekitar desa sini saja. Tidak sampai desa sebelah. Kamila lama ya? Nenek butuh sesuatu?" Kamila merasa bersalah pada Nenek nya.

"Tidak, Nduk. Kamu ketemu Setya ya?" Nek Sumi seakan sudah mengerti dengan cucu kesayangannya itu. Karna, Kamila tidak pernah pulang terlambat dihari biasa. Hanya di akhir pekan saja, jika bertemu Setya. 

"Anak itu sangat baik, Nduk. Nenek sangat menyukai sikapnya. Kamu juga menyukainya bukan?" Nek Sumi menggoda Kamila yang tampak tersipu malu. 

" Neneeekk." Kamila tersenyum malu,lalu menghambur memeluk Neneknya. Mereka berdua tertawa lepas petang itu. Sungguh sederhana kebahagiaan yang mereka ciptakan.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nur Sakinah S
aku Kok jadi maluu
goodnovel comment avatar
Zuana Pjt
Tersipu malu aku dibuat Setya......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keputusan Mengejutkan

    "Nek, ini uang hasil cucian Kamila. Nenek pegang sebagian, ya. Sebagian lagi akan Mila belanjakan ke warung Bu Ani. Mila akan membeli beras dan beberapa kebutuhan dapur." Kamila menyerahkan uang seratus lima puluh ribu pada neneknya. Sedangkan seratus lima puluh ribu, sisanya, akan dibawa kewarung untuk membeli kebutuhan dapur."Mila sayang, kamu pegang saja semua ya, Nduk. Nenek tidak perlu uang ini. Memangnya Mila gak kepengen beli kerudung atau pakaian baru?" Nek Sumi menyerahkan uang itu kembali ketangan Kamila.Karna selama ini, Kamila tidak pernah membeli barang barang pribadi untuk dirinya. Baju dan kerudung yang dipakai oleh Kamila,kebanyakan diberi oleh tetangga mereka. Dan yang lebih sering, Bu Indri- Ibu Setya yang memberi banyak baju untuk Kamila. Tak jarang juga, gamis yang diberi oleh Bu Indri, adalah gamis yang masih baru. Begitupun juga dengan kerudung. Kamila kerap kali menolak dengan sopan pemberian Bu Indri. Karna Kamila merasa tidak enak sudah merep

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Restu

    Setelah Ayah Setya, pulang dari puskesmas, tempatnya bertugas, Setya akan mengutarakan niatnya pada Ayah dan Ibunya, nanti seusai melaksanakan sholat maghrib.Ba'da maghrib, Ayah dan Ibu Setya nampak sedang duduk bersantai diruang keluarga, sambil menonton televisi. Keluarga mereka tampak begitu hangat. Tak satupun yang terlihat memegang gawai, saat sedang berkumpul bersama.Setya terlihat sedikit tegang, ketika akan berbicara pada Ibu dan Ayahnya. Meski tekad nya sudah bulat, dan pasti Ibu dan Ayahnya akan setuju jika ia menikah dengan Kamila, tapi Setya tak begitu yakin jika Ibu dan Ayahnya akan mengizinkannya menikah dalam waktu yang terbilang singkat. Dibarengi, dengan pendidikannya, yang sebentar lagi juga akan berakhir. Ibu dan Ayahnya, pasti menyarankan agar Setya menikah usai wisuda. Dan dia, tak akan sabar lagi menunggu waktu itu. Dia sudah banyak melihat penderitaan Kamila, meski gadis itu selalu menyembunyikannya."Bunda, Ayah, asik banget nonto

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Lamaran terhadap Kamila

    "Assalamualaikum." Pak Wiguna mengucap salam dan mengetuk pintu rumah nek Sumi. Mereka sudah memutuskan, akan segera menikahkan Kamila dan Setya. Karna Setya, sudah merasa yakin dengan itu. Bu Indri dan pak Wiguna juga tidak bisa menghalangi niat baik putra mereka. "Waalaikumsalam." Kamila menjawab dari dalam rumah, sembari membukakan pintu. Gadis berhijab itu tertegun melihat pak Wiguna, bu Indri, dan Setya berada di ambang pintu. Kamila lantas menjunjung tangan bu Indri dan pak Wiguna ke dahinya. Bu Indri tampak mengenakan gamis set sederhana, namun tampak mewah berada di tubuhnya. Bu Indri juga tampat membawa bingkisan berupa buah-buahan yang terbungkus rapi, di tangannya. Sementara pak Wiguna dan Setya, mengenakan celana bahan, dan kemeja lengan panjang bercorak batik. Setya terlihat semakin tampan memakai pakaian formal seperti itu. Setya juga memakai tas selempang kecil di pundaknya, yang entah apa isinya. Mereka datang hanya berjalan

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kelicikan Kakek Parmin

    Menunggu kedatangan kakek Parmin, bu Indri dan nek Sumi tampak berbincang hangat. Pak Wiguna juga terlihat ikut mengobrol bersama mereka. Sementara, Setya, melirik-lirik ke arah Kamila. Yang jika Kamila menoleh ke arahnya, dia mengedipkan sebelah matanya pada Kamila. "Bu Sumi, kakinya sudah mulai bisa digerakkan, ya?" Bu Indri menanyakan perihal kesehatan nek Sumi. "Iya, Nak Indri. Sudah tidak terlalu kaku. Nak Wiguna merawat saya dengan baik," ucap Nek Sumi tersenyum sembari menyebut nama Pak Wiguna, yang mengurus penyembuhan kakinya itu. Pak Wiguna rutin datang kerumah nek Sumi setiap dua hari sekali, untuk melakukan cek pada kaki nek Sumi yang terkena kanker tulang itu. Pak Wiguna juga memberikan pengobatan dengan sukarela pada nek Sumi, dengan arti, nek Sumi tidak perlu membayar pengobatannya pada pak Wiguna. Meskipun, obat nek Sumi relatif mahal, dan jarang sekali ada stok obat dari Puskesmas desa, pak Wiguna selalu menggunakan uang pribadiny

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Aral melintang

    Kakek Parmin sudah diatasi. Sekarang, satu masalah lagi datang. Jika ingin menikah, Kamila harus mencari tahu siapa ayah kandungnya untuk menjadi wali pernikahan. Karna seperti yang diketahui, kakek Parmin adalah kakek dari pihak ibu. Tentu saja, kakek Parmin tidak punya andil untuk menjadi wali di pernikahan Kamila. "Semua yang dikatakan Kakek itu, benar adanya, Setya. Bagaimana mungkin kita bisa menikah, jika Ayah kandungku, tak pernah ada yang mengetahui sosoknya, kecuali Ibu." Kamila membuka suara, dengan sisa tangisan yang baru saja mereda. Dengan suaranya yang lembut, Kamila mengiyakan perkataan kakek Parmin barusan. "Sementara Ibu, sudah puluhan tahun tidak pulang. Bahkan, dua tahun belakangan ini, Ibu tak pernah memberi kabar," imbuhnya dengan nada sedih mengingat sang Ibu yang tak kunjung terdengar kabar beritanya. "Tenang lah, Kamila. Aku akan berusaha mencari jalan keluar untuk masalah ini. Aku berjanji padamu." Setya menenangkan Kamila. Tekad lela

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Setya kembali ke kota

    Hari ini, Setya kembali ke kota untuk kuliah. Karna masa akhir pekan sudah berlalu. Sebenarnya, hati Setya sangat berat meninggalkan Kamila di desa. Tapi, dia juga tak bisa libur dari kuliahnya, karna sedang berlangsung ujian. Setelah pamit dengan Kamila kemarin sore, dan meninggalkan sebuah ponsel pada Kamila, hati Setya tak lagi begitu gelisah. Dia sudah sedikit tenang, karna bisa bertanya kabar Kamila, melalui telepon. Setya memberikan ponsel yang dulu dibelikan oleh ayahnya, pada Kamila. Ponsel itu sudah jarang ia gunakan. Karna, Setya sudah memiliki ponsel baru, yang dibelinya memakai uang dari gajinya bekerja. Dan atas usul dari pak Wiguna dan bu Indri juga, Setya memberikan ponsel itu pada Kamila. Agar Setya tidak berat hati meninggalkan Kamila. Ya, meskipun ibu dan ayah Setya berada di desa yang sama dengan Kamila, dan jarak rumah mereka tidak begitu jauh, Setya tetap saja tak tenang. Jika sewaktu-waktu Kamila memerlukan bantuan, dan dia

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Pencarian Ratih dimulai

    Setya dan Rizki sudah sampai di pos, tempat pengiriman surat terakhir yang dikirim oleh Bu Ratih, ke desa. Setelah memasuki pagar, Setya dan Rizki lalu memakirkan motor Setya. Di sana terlihat seorang lelaki paruh baya, yang sepertinya, telah bekerja cukup lama di kantor itu. Bisa dilihat dari pakaian dinasnya yang sudah tampak sedikit usang. Melihatnya, Rizki lantas menghampiri lelaki itu. "Selamat sore, Pak," ucap Rizki, sembari menyambangi lelaki yang terlihat seusia ibunya itu, dengan duduk persis di samping lelaki yang tengah santai di kursi panjang, di halaman kantor tersebut. "Iya, Nak. Ada yang bisa saya bantu?" balas lelaki itu ramah pada Rizki dan Setya. "Mari, duduk," ujar lelaki itu pada Setya yang tampak masih berdiri di samping Rizki. "Iya, Pak. Perkenalkan, saya Setya." Setya kemudian duduk di sebelah Rizki, lalu mengulurkan tangannya pada lelaki berseragam kantor pos itu, yang lantas disambut hangat olehnya. "Saya, Jupr

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kamila dianiaya

    Rintik hujan menghiasi pemandangan di luar jendela kamar Setya. Usai mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan oleh om Ilham, Setya tak kunjung merasa lelah dan mengantuk. Sementara, jam dinding sudah menunjukkan pukul satu dinihari. Seharian, Setya tak menerima kabar dari Kamila. Dan dia pun, tak berusaha untuk menghubungi Kamila. Bukan karna dia enggan, namun, kesibukannya dari pagi hingga sore, membuatnya tak punya luang untuk menghubungi Kamila. Setya menatap layar ponsel pintarnya, lalu memandangi poto Kamila, yang dijepret secara diam-diam olehnya, dengan kamera ponsel miliknya. Potret Kamila yang tengah membaca buku itu, terpajang manis menghiasi layar depan ponsel pemuda itu. Rasa rindu, lantas menyeruak dalam hatinya. Jika tak mengingat jam yang sudah sangat larut, Setya ingin sekali menghubungi Kamila. "Kamila. Bersabarlah, sayang. Aku pasti akan mencari keberadaan ibu," lirihnya sembari menatap gambar diri Kamila. Malam itu, Setya benar-benar tak

Latest chapter

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kamila Hermawan

    "T--appi ... kenapa, Paman?" tanya Kamila. Mengapa ia harus begitu waspada, pikirnya. "Nak, ayah Kamila ... bukanlah orang biasa. Beliau dulunya ialah pengusaha besar." Jupri mulai menjelaskan. Kamila mendengarkan dengan seksama. Ia tak ingin terlalu banyak bertanya. Dirinya membiarkan paman Jupri menjelaskan. "Kamila harus mengetahui lebih dulu, jika ayah Kamila, diyakini orang-orang telah meninggal dunia. Namun, yang paman tau ialah, kematian beliau sengaja dipalsukan," lanjut Jupri."Dipalsukan? Jadi maksudnya, suami Ratih itu masih hidup, namun sengaja dibuat seakan-akan sudah meninggal dunia? Begitukah nak Jupri?" Kakek Parmin berusaha meresapi ucapan Jupri. "Betul sekali, Pak. Itu ialah dampak, karna oknum-oknum tersebut tak ingin harta dari ayah Kamila, jatuh ke tangan Ratih masa itu." Jupri menceritakan sebenar-benarnya. Meskipun ia sudah bercerita akan hal ini pada Setua dan Rizki saat itu, namun rasanya akan lebih lega lagi, jika ia juga menceritakan perihal ini pada Ka

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keresahan mulai sirna

    "Hussshhhh ... hentikan mengatakan hal itu. Kamila tak bersalah akan masa lalu dari orang tua Kamila. Kamila anak yang baik. Buktinya, meskipun telah mengetahui semuanya, Setya serta keluarganya tetap mau menerima Kamila. Benar, kan?" Nenek Sumi semakin meyakinkan Kamila agar tak gegabah membatalkan pernikahannya dan juga Setya begitu saja.Kamila menatap lekat wajah sang nenek. Bagaimana mungkin, ia mengecewakan wanita pengganti sosok ibu baginya itu dengan membatalkan pernikahan. Sedangkan sang neneklah yang paling bahagia saat Kamila mengabarkan jika Setya akan melamarnya."Kamila mengerti, Nek. Kamila akan memikirkannya lagi. Nenek istrirahatlah, ya. Kamila ingin berbicara dengan paman Jupri dan juga kakek," ucap Kamila, lalu ke luar dari kamar. Di ruang tamu, Kamila melihat paman Jupri dan jiga kakeknya sedang mengobrol. Kamila yakin, yang mereka bicarakan tak lain dan tak bukan ialah perihal orang tuanya. "Mil ... sini duduk, Nak." Kakek Parmin meminta Kamila yang berdiri di a

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Berperang dengan batin

    "Tidak usah terlalu dipaksakan, Pak. Kami tau, Kamila pasti sangat terkejut. Biarkan dirinya bertenang dulu." Pak Wiguna meminta kakek Parmin agar tak terlalu mendesak Kamila perihal pernikahan ini."Sekali lagi, Kamila mohon maaf, Ayah, Bunda ... emmm ... Setya." Kamila kembali meminta maaf pada tiga orang yang sangat menyayanginya itu. Mata indahnya menatap ke arah Setya. Tak dipungkiri, hati kecilnya sangat tak ingin mengecewakan Setya dan juga keluarganya.Setya tersenyum tulus ke arah Kamila. Membalas tatap mata kekasih yang sangat dipujanya, "Tidak apa, Kamila. Jangan jadikan beban. Kita jalani saja semua prosesnya. Aku akan bersabar, menunggu apapun keputusanmu," ucapnya kemudian.Meskipun di hati kecilnya sangat mengharapkan persetujuan dari Kamila untuk menikah, namun Setya tak ingin memaksa Kamila. Dia sangat tau, gadisnya itu butuh waktu untuk menerima kenyataan tersebut."Paman, tinggallah di sini. Kamila masih ingin mengobrol dengan paman. Apa paman berkenan?" Dengan nada

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keraguan

    Pak Jupri meyakinkan diri Kamila, hingga tangis gadis itu perlahan mereda. Entah mengapa, hatinya sangat teriris melihat Kamila menangis. Membuatnya terbayang lagi akan sosok sahabatnya--Ratih. Sahabat yang sangat ia rindukan, kini seperti sedang berada di hadapannya, dengan penampilan yang berbeda. Tak dapat lagi dipungkiri, raut wajah Kamila, sama persis dengan sang ibu. Hidung bangir, kulit putih merona, alis dan bulu mata yang tebal, juga sangat mirip dengan yang dimiliki oleh Ratih. Yang berbeda hanyalah, cara berpakaiannya saja. Jika dulu, Ratih kerap berpenampilan dengan dress selutut, menunjukkan kaki jenjangnya, kini putrinya, menutup seluruh bagian tubuhnya dengan gamis, serta tudung labuh. "Kamila, sayang, jangan terlalu difikirkan, Nak. Semua sudah jelas sekarang. Ayah, Bunda, juga Setya tak pernah mempermasalahkan segalanya. Tenanglah, Nak," ucap bu Indri lagi-lagi. Dirinya tak ingin, Kamila merasa rendah diri. Sebab baginya, Kamila ialah gadis sempurna yang dipilih unt

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Batalkan Saja?

    Bertujuan, agar suasana tak begitu canggung. Juga agar, dirinya bisa mengatakan kenyataan bahwa Kamila ialah putri yang dikandung ibunya, sebelum sah menikah dengan sang ayah biologis. Berat rasanya mengatakan hal tersebut pada gadis yang berhati baik seperti Kamila."Berarti, teman ibu yang sangat baik itu, adalah Paman? Maafkan Kamila, yang tak mengenali paman." Kamila perlahan mengingat sosok Jupri, yang kini duduk di hadapannya. Sosok yang sangat menyayanginya semasa kecil. Sosok yang pernah dianggapnya sebagai sang ayah. Namun sayang, mereka harus terpisah karna rasa tak enak hati dari ibu Kamila sendiri."Iya, Nak. Tak apa. Wajar saja. Sudah belasan tahun berlalu. Wajar, jika Kamila tak lagi mengenali paman." Pak Jupri tersenyum pada Kamila. Memaklumi gadis itu. "Tentang pernikahan, paman datang kemari, untuk meminta persetujuan dari Kamila dan juga dari kakek serta nenek Kamila." Pak Jupri lalu kembali membahas perihal pernikahan Kamila dan juga Setya."Persetujuan apa itu, Na

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kenyataan Pahit

    "Uang ini Setya berikan kembali pada nek Sumi. Setya ikhlas. Untuk membantu kebutuhan nenek dan juga kakek." Setya lantas memberikan uang itu pada nek Sumi."Nak Setya ..." ucap nek Sumi."Tidak, Nek. Jangan menolaknya lagi. Setya mohon." Bagai tau apa yang akan dikatakan nek Sumi, Setya mencegah lebih dulu untuk nek Sumi menolak pemberiannya."Benar, Bu Sumi. Sudah, simpanlah. Setya memberi dengan sepenuh hatinya. Lagipula, uang itu adalah hasil kerja Setya sendiri," ucap bu Indri kemudian.Mendengarnya, nek Sumi yang masih tak enak hati, menerima pemberian Setya, dan tak memberikan penolakan lagi."Sudah, ya. Semua sudah selesai. Semua sudah saling memaafkan. Kalau begitu, kita kembali ke tujuan awal berkumpul di sini. Benar begitu, Pak Parmin?" Pak Wiguna lalu membuka topik utama yang akan dibicarakan mereka malam ini."Benar sekali, Nak Wiguna." Kakek Parmin mengiyakan.Semua orang mendengarkan dengan seksama. Termasuk Pak Jupri, juga Rizki yang sedari tadi hanya menyimak pembicar

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Saling Maaf

    "Hahahahaha. Tidak, tidak. Aku tidak marah, Kamila. Aku hanya bercanda." Setya kemudian tertawa melihat wajah kebingungan Kamila. Dia sengaja, menggoda Kamila seperti itu.Tingkah Setya, membuat semua orang tertawa. Namun tidak dengan Kamila. Gadis cantik itu merasa malu, hingga membuat semburat merah muda timbul di pipinya. Sebelumnya, dia sangat takut, karna Setya berbicara dengan wajah yang begitu serius, seakan sedang mengintrogasinya."Setya. Hush. Kamu ini, senang sekali menjahili Kamila." Bu Indri mencubit pelan lengan Setya, yang duduk di sebelahnya."Hehe, maaf, Bun. Maaf ya, Kamila," ujar Setya pada Kamila dan juga bundanya. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya."Jangan takut, ya, Mil. Setya hanya bercanda. Ayah sama Bunda sudah menjelaskan kok, mengapa Utari bisa bebas. Setya sudah memakluminya." Pak Wiguna mengimbuhi.Kamila hanya mengangguk-angguk mengiyakan perkataan Setya dan pak Wiguna. Hatinya sedikit lega, karna Setya tak lagi mempersoalkan pasal Utari.

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Menggoda Kamila

    "Tapi, Ki. Ini tak adil untuk Kamila." Setya yang merasa masih ada yang mengganjal di hatinya, melihat gadis itu bebas berkeliaran, dengan apa yang sudah diperbuat pada Kamila, mencoba membantah perkataan Rizki."Sshhtt ... sudah, Nak. Sudah, ayo kita bergegas. Kamila pasti sudah menunggu." Bu Indri lagi-lagi berusaha menenangkan hati Setya."Hhfffft ... baiklah, Bunda." Tak lagi membantah, Setya menurut apa yang dikatakan oleh bundanya. Karna dia sadar, bahwa tujuan awalnya kembali ke desa ini adalah, untuk rencana pernikahannya dengan Kamila.Setya berusaha menata suasana hatinya, agar kembali tenang, sembari melanjutkan perjalanan ke rumah Kamila, yang sudah tak lagi jauh. "Itu muka, diberesin dulu, kaliiii. Kusut banget, kek belum disetrika. Nanti, bukannya Kamila jatuh cinta, malah jadi takut melihatmu seperti itu." Rizki mencandai Setya, agar suasana hati sahabatnya itu, kembali baik."Ck. Kamu ini, ada-ada saja. Mana mungkin, Kami

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Tertangkap Oleh Setya

    "Wanita kejam ini, yang telah mencelakai Kamila!" ujar Setya dengan amarah di wajahnya.Bu Indri, pak Wiguna, serta pak Jupri yang berjalan lebih dulu di depan Setya dan Rizki, menghentikan langkah kaki mereka, karna mendengar sentakan Setya yang cukup keras.Melihat suasana yang sudah tak kondusif, dan amarah Setya yang mulai tak terkendali, para orang tua itu 'pun menghampirinya. Pak Wiguna dan pak Jupri, sampai berlari² kecil ke arah Setya, untuk menghentikannya."Setya, hentikan, Nak! Ayah akan menjelaskan semuanya. Tenanglah dulu," pujuk pak Wiguna pada Setya."Tenang bagaimana, Ayah? Wanita ini, yang sudah memberikan cacat pada wajah Kamila, tiba-tiba bisa bebas seperti ini." Setya yang sejak tadi mencekal pergelangan tangan wanita yang ternyata adalah Utari itu, makin merasa geram.Utari meringis kesakitan, karna cengkraman Setya yang cukup kuat di pergelangan tangannya."Aw. Setya, lepaskan aku. Kenapa kau menyakitiku seperti ini." Utari memohon agar Setya melepaskan cengkrama

DMCA.com Protection Status