Mereka bertiga terdiam. Saling menatap meski bibir tak berucap.
Bian melihat mata Bema penuh dengan luka, tetapi ia tak tahu sejenis luka apa yang membekas di sana.
Rentina berjalan mendekati Bema. Namun, Bema memberikan isyarat agar tidak mendekatinya. Itu akan membuatnya cengeng bila didekap oleh Bunda.
“Sejujurnya sejak kecil, akulah yang paling tidak beruntung diantara kita.”
Bian seperti menelan kepahitan dari ucapan Bema tersebut. Ia belum jelas tidak beruntung akan hal seperti apa yang dimaksud oleh Bema.
“Ketika Bunda dan Ayah bercerai, kamu memilih bersama Ayah sementara Brian bersama Bunda. Aku? Hidup penuh dengan terombang-ambing. Setiap tiga hari sekali, aku akan pindah dari rumah ini lalu ke rumah ayah.”
Bema teringat ketika ia pulang sekolah dan ia hendak masuk rumah tetapi ia samar-samar mendengar bahwa Bunda membelikan mainan secara khusus untuk Brian. Hari itu adalah jadwalnya
Bema sangat menjunjung perasaan cinta. Baginya, jatuh cinta tak perlu berulang kali jika hanya dengan satu orang saja bisa membuat bahagia. Bema telah banyak melalui permasalahan bersama pacarnya. Ia juga berhasil mempertahankan hubungan mereka selama 5 tahun.“Aku mabuk-mabukan bukan karena aku ingin terlihat jago. Bukan. Aku hanya merasa alkohol yang siap menerima ceritaku. Jika bukan aku mabuk-mabukan kalian juga tidak akan memerhatikan ku, bukan?”Bema tertawa. Lebih tepatnya mentertawakan nasibnya yang begitu buruk. Memiliki keluarga tapi tak pernah merasa disayang. Ia berniat meninggalkan mereka dan segera naik ke lantai atas. Baru beberapa tangga, ia menemukan Brian berdiri di sana. Wajah Brian yang biasanya penuh dengan keusilan kini menampilkan kedamaian dan kasih sayang.“Mas,” lirih Brian ketika Bema hendak melewatinya.Bema menoleh. Sebuah dekapan ia dapatkan dari Brian. Brian memeluknya begitu erat. S
Tidak ada momen yang paling mendebarkan selain saat ini bagi Bema. Ia sudah lelah mengatur ritme napasnya. Tangannya pun ikut serta berkeringat. Ini lebih mendebarkan daripada pengumuman kelulusan.Film yang dijadwalkan akan tayang lima menit lagi. Bema berdiri di depan studio dengan perasaan bingung. Akankah ia menunggu Angel di dalam saja atau di luar? Angel tak membalas pesannya, juga tak mengangkat panggilannya.‘Awas saja jika Brian berbohong!’ lirihnya.Bema mengingat bahwa Angel tidak suka terlambat, ia meyakinkan hatinya bahwa Angel sudah berada di dalam. Oleh sebab itulah, ia segera bergegas masuk ke dalam bioskop dan memilih bangku sesuai angka pesanan.Bioskop ini cukup ramai, mengingat ini adalah malam minggu. Banyak pasangan muda-mudi yang bergandengan. Jantung Bema tak bisa dideskripsikan seperti apa detaknya. Bema melihat deretan bangkunya kosong. Di sebelahnya juga kosong. Artinya, Angel belum datang. Perasaan rumit menghampiri
Setelah mengantarkan Angel pulang, Bema juga pulang ke rumah bunda. Tadi, ia sudah sempat bertanya mengenai kelanjutan hubungan mereka dan Angel mengatakan bahwa orang tuanya memberi Bema kesempatan. Hati Bema tak bisa terbilang seberapa bahagianya. Jika bisa terbang, maka ia akan terbang malam ini juga. Ia akan berjanji tidak akan pernah menyiakan kesempatan yang diberikan oleh Angel dan orang tuanya.Bian, Brian dan Bunda sedang berada di ruang keluarga. Ketiganya fokus menonton televisi hingga deru mesin mobil di perkarangan pun tak mereka hiraukan. Sebenarnya mereka tidak terlalu mengikuti alur film tersebut, yang ada semua sibuk dengan pemikiran masing-masing.“Assalamu’alaikum.”Mereka menjawab dengan serentak, “Wa’alaikumussalam.”Bunda langsung menghampiri dengan wajah berbinar, “Bagaimana kencannya? Apakah berhasil?”Bema tercenung. Ini seperti mimpinya, mendapatkan perhatian dari Bunda. Hamp
Terlepas apapun yang telah dilakukan Bri demi hubungan baik antara Angel dan Bema, Bema merasa sangat bersyukur dan berhutang budi. Di masa depan, ia lebih memperhatikan Brian.Brian mengaku bahwa ada beberapa hal tentang Bian dan keluarga mereka yang diceritakannya di hadapan keluarga Angel. Hal itu dilakukan agar keluarga mereka menaruh kepercayaan terhadap keluarga mereka. Bagi Brian, keluarga Angel sebenarnya memiliki pemikiran yang terbuka dan tidak mudah terpengaruh.“Hmm. Kamu menjual cerita Mas demi Bema tanpa izin,” Bian mengkritik cara Brian. Meski sebenarnya ia tak merasa keberatan karena yang diceritakan Brian masih lapisan kulit terluar.“Itu hanya trik, Mas,” belanya. Kini ia duduk di antara Bunda dan Bema seolah menegaskan bahwa mereka satu tim melawan Bian sendirian.Bian hanya menggelengkan kepalanya. Melihat bahwa kemajuan dari cara berpikir Brian, jujur ia merasa bahwa Brian lebih cerdas diantara mereka bertiga.
Rentina setuju. Semua orang tua menginginkan kebaikan untuk anaknya. Meski mereka tidak bisa menjamin masa depan mereka. Namun, ucapan itu juga seperti duri bagi Rentina seolah Salim mengetahui akhir kisah cinta antara Angel dan Bema tidak akan bahagia. Siapa yang mengetahui takdir akan seperti apa?Masa depan adalah misteri yang tidak bisa ditebak lewat akal. Itu resmi kehendak Sang Pencipta, bahkan lima menit dari sekarang pun kita tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi pada kita. Sebaik-baiknya perencanaan masa depan adalah perencanaan yang hanya diceritakan kepada Tuhan.“Dengan mereka bersama aku akan berdoa kebaikan untuk mereka,” ucap Rentina dengan tulus. Ia juga menyuguhi dengan senyuman seperti biasa yang ia tampilkan di depan media.Salim meneguk minumannya tetapi tatapannya memaku Rentina. “Sebenarnya saya bukan orang tua yang berpikir tertutup. Bagaimana pun cinta datang karena sebuah rasa yang saling terikat. Saya bisa meras
Salim menggeleng, “Itu bukan ide yang baik. Bukankah di luar negeri juga banyak orang Indonesia dan perkembangan internet sangat luas, siapa yang bisa menjamin bahwa mereka juga tidak akan mendapat cemoohan.”“Setidaknya orang luar lebih berpikir terbuka,” cela Rentina.Salim tahu tetapi ia tetap tidak setuju. “Itu beresiko. Mereka jauh dari jangkauan kecuali mereka berdua yang memang menginginkan.”Bagaimana Salim bisa membayangkan perjuangan putrinya hidup di negeri orang. Akan makan apa dia? Kehidupan seperti apa yang mereka jalani. Terlebih baik Angel dan Bema tidak memiliki akses usaha skala internasional.Rentina menautkan kesepuluh jarinya di atas meja. Ia juga bingung akan hal apa yang harus dilakukan.“Rentina, saya akan terbuka bahwa saya berteman baik dengan Dewo. Beberapa hari yang lalu ia menelepon saya untuk menyampaikan ucapan selamat atas berhasilnya program pembangunan jalan tol yang saya p
Melihat wajah Bema, Rentina semakin tidak tega. Cita-citanya ingin bahagia di masa depan untuk menutupi luka di masa lalu. Rentina masih mengingat deretan kata tersebut. Adapun Bian, ia pikir sudah banyak hal yang dilakukan. Nanti ia akan berterus terang pada Bian.Rentina tersenyum dan mengelus rambut Bema, “Tuan Salim hanya ingin mengenal anak bunda langsung dari Bunda.”Ia menarik tangan Bema dan mereka duduk di ruang tamu, “Haruskah Bunda membuatkan lagu untuk hadiah pernikahan kalian?” tanyanya dengan mata berbinar.Bema tersenyum senang. Siapa yang tidak senang mendapatkan hadiah yang begitu bagus di hari bahagianya. Dengan manja, ia memeluk pinggang Rentina dari samping, “Jika tidak memberatkan Bunda maka Bema dan Angel akan menerimanya dengan senang hati.”“Tentu,” ucap Rentina.Melihat kebahagiaan dari Rentina, Bema menganggap bahwa pertemuan mereka memang membicarakan hal yang baik. Ini siny
Hari berikutnya, Angel membawa Bema mengunjungi kafenya. Ia memperkenalkan seluruh karyawan, sudut ruangan hingga menu pada Bema. Tak ada hal yang ingin Angel sembunyikan. Mereka akan segera bersama.Usai berkeliling, mereka menikmati spaghetti yang merupakan highly recommend di kafe ini.“Ini sangat enak?” Bema mengangguk-anggukan kepalanya sambil mengunyah. Tak heran banyak pengunjung yang datang, cita rasa makanannya memang tak kalah dengan restoran bintang lima.Angel senang mendengar itu. “Ya, kan?” Ia pun memang setuju bahwa spagheti ini sangat enak dan berbeda dari biasanya. Itu karena chef yang ia miliki berasal dari Italia langsung.Angel menggenggam tangan Bema yang berada di atas meja, ia mengusap-usapnya. Hal itu membuat Bema berhenti makan dan fokus menatap Angel dengan bertanya-tanya.“Ada hal yang ingin aku katakan.” Angel memaksakan senyuman terbaiknya.B