Bema sangat menjunjung perasaan cinta. Baginya, jatuh cinta tak perlu berulang kali jika hanya dengan satu orang saja bisa membuat bahagia. Bema telah banyak melalui permasalahan bersama pacarnya. Ia juga berhasil mempertahankan hubungan mereka selama 5 tahun.
“Aku mabuk-mabukan bukan karena aku ingin terlihat jago. Bukan. Aku hanya merasa alkohol yang siap menerima ceritaku. Jika bukan aku mabuk-mabukan kalian juga tidak akan memerhatikan ku, bukan?”
Bema tertawa. Lebih tepatnya mentertawakan nasibnya yang begitu buruk. Memiliki keluarga tapi tak pernah merasa disayang. Ia berniat meninggalkan mereka dan segera naik ke lantai atas. Baru beberapa tangga, ia menemukan Brian berdiri di sana. Wajah Brian yang biasanya penuh dengan keusilan kini menampilkan kedamaian dan kasih sayang.
“Mas,” lirih Brian ketika Bema hendak melewatinya.
Bema menoleh. Sebuah dekapan ia dapatkan dari Brian. Brian memeluknya begitu erat. S
Tidak ada momen yang paling mendebarkan selain saat ini bagi Bema. Ia sudah lelah mengatur ritme napasnya. Tangannya pun ikut serta berkeringat. Ini lebih mendebarkan daripada pengumuman kelulusan.Film yang dijadwalkan akan tayang lima menit lagi. Bema berdiri di depan studio dengan perasaan bingung. Akankah ia menunggu Angel di dalam saja atau di luar? Angel tak membalas pesannya, juga tak mengangkat panggilannya.‘Awas saja jika Brian berbohong!’ lirihnya.Bema mengingat bahwa Angel tidak suka terlambat, ia meyakinkan hatinya bahwa Angel sudah berada di dalam. Oleh sebab itulah, ia segera bergegas masuk ke dalam bioskop dan memilih bangku sesuai angka pesanan.Bioskop ini cukup ramai, mengingat ini adalah malam minggu. Banyak pasangan muda-mudi yang bergandengan. Jantung Bema tak bisa dideskripsikan seperti apa detaknya. Bema melihat deretan bangkunya kosong. Di sebelahnya juga kosong. Artinya, Angel belum datang. Perasaan rumit menghampiri
Setelah mengantarkan Angel pulang, Bema juga pulang ke rumah bunda. Tadi, ia sudah sempat bertanya mengenai kelanjutan hubungan mereka dan Angel mengatakan bahwa orang tuanya memberi Bema kesempatan. Hati Bema tak bisa terbilang seberapa bahagianya. Jika bisa terbang, maka ia akan terbang malam ini juga. Ia akan berjanji tidak akan pernah menyiakan kesempatan yang diberikan oleh Angel dan orang tuanya.Bian, Brian dan Bunda sedang berada di ruang keluarga. Ketiganya fokus menonton televisi hingga deru mesin mobil di perkarangan pun tak mereka hiraukan. Sebenarnya mereka tidak terlalu mengikuti alur film tersebut, yang ada semua sibuk dengan pemikiran masing-masing.“Assalamu’alaikum.”Mereka menjawab dengan serentak, “Wa’alaikumussalam.”Bunda langsung menghampiri dengan wajah berbinar, “Bagaimana kencannya? Apakah berhasil?”Bema tercenung. Ini seperti mimpinya, mendapatkan perhatian dari Bunda. Hamp
Terlepas apapun yang telah dilakukan Bri demi hubungan baik antara Angel dan Bema, Bema merasa sangat bersyukur dan berhutang budi. Di masa depan, ia lebih memperhatikan Brian.Brian mengaku bahwa ada beberapa hal tentang Bian dan keluarga mereka yang diceritakannya di hadapan keluarga Angel. Hal itu dilakukan agar keluarga mereka menaruh kepercayaan terhadap keluarga mereka. Bagi Brian, keluarga Angel sebenarnya memiliki pemikiran yang terbuka dan tidak mudah terpengaruh.“Hmm. Kamu menjual cerita Mas demi Bema tanpa izin,” Bian mengkritik cara Brian. Meski sebenarnya ia tak merasa keberatan karena yang diceritakan Brian masih lapisan kulit terluar.“Itu hanya trik, Mas,” belanya. Kini ia duduk di antara Bunda dan Bema seolah menegaskan bahwa mereka satu tim melawan Bian sendirian.Bian hanya menggelengkan kepalanya. Melihat bahwa kemajuan dari cara berpikir Brian, jujur ia merasa bahwa Brian lebih cerdas diantara mereka bertiga.
Rentina setuju. Semua orang tua menginginkan kebaikan untuk anaknya. Meski mereka tidak bisa menjamin masa depan mereka. Namun, ucapan itu juga seperti duri bagi Rentina seolah Salim mengetahui akhir kisah cinta antara Angel dan Bema tidak akan bahagia. Siapa yang mengetahui takdir akan seperti apa?Masa depan adalah misteri yang tidak bisa ditebak lewat akal. Itu resmi kehendak Sang Pencipta, bahkan lima menit dari sekarang pun kita tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi pada kita. Sebaik-baiknya perencanaan masa depan adalah perencanaan yang hanya diceritakan kepada Tuhan.“Dengan mereka bersama aku akan berdoa kebaikan untuk mereka,” ucap Rentina dengan tulus. Ia juga menyuguhi dengan senyuman seperti biasa yang ia tampilkan di depan media.Salim meneguk minumannya tetapi tatapannya memaku Rentina. “Sebenarnya saya bukan orang tua yang berpikir tertutup. Bagaimana pun cinta datang karena sebuah rasa yang saling terikat. Saya bisa meras
Salim menggeleng, “Itu bukan ide yang baik. Bukankah di luar negeri juga banyak orang Indonesia dan perkembangan internet sangat luas, siapa yang bisa menjamin bahwa mereka juga tidak akan mendapat cemoohan.”“Setidaknya orang luar lebih berpikir terbuka,” cela Rentina.Salim tahu tetapi ia tetap tidak setuju. “Itu beresiko. Mereka jauh dari jangkauan kecuali mereka berdua yang memang menginginkan.”Bagaimana Salim bisa membayangkan perjuangan putrinya hidup di negeri orang. Akan makan apa dia? Kehidupan seperti apa yang mereka jalani. Terlebih baik Angel dan Bema tidak memiliki akses usaha skala internasional.Rentina menautkan kesepuluh jarinya di atas meja. Ia juga bingung akan hal apa yang harus dilakukan.“Rentina, saya akan terbuka bahwa saya berteman baik dengan Dewo. Beberapa hari yang lalu ia menelepon saya untuk menyampaikan ucapan selamat atas berhasilnya program pembangunan jalan tol yang saya p
Melihat wajah Bema, Rentina semakin tidak tega. Cita-citanya ingin bahagia di masa depan untuk menutupi luka di masa lalu. Rentina masih mengingat deretan kata tersebut. Adapun Bian, ia pikir sudah banyak hal yang dilakukan. Nanti ia akan berterus terang pada Bian.Rentina tersenyum dan mengelus rambut Bema, “Tuan Salim hanya ingin mengenal anak bunda langsung dari Bunda.”Ia menarik tangan Bema dan mereka duduk di ruang tamu, “Haruskah Bunda membuatkan lagu untuk hadiah pernikahan kalian?” tanyanya dengan mata berbinar.Bema tersenyum senang. Siapa yang tidak senang mendapatkan hadiah yang begitu bagus di hari bahagianya. Dengan manja, ia memeluk pinggang Rentina dari samping, “Jika tidak memberatkan Bunda maka Bema dan Angel akan menerimanya dengan senang hati.”“Tentu,” ucap Rentina.Melihat kebahagiaan dari Rentina, Bema menganggap bahwa pertemuan mereka memang membicarakan hal yang baik. Ini siny
Hari berikutnya, Angel membawa Bema mengunjungi kafenya. Ia memperkenalkan seluruh karyawan, sudut ruangan hingga menu pada Bema. Tak ada hal yang ingin Angel sembunyikan. Mereka akan segera bersama.Usai berkeliling, mereka menikmati spaghetti yang merupakan highly recommend di kafe ini.“Ini sangat enak?” Bema mengangguk-anggukan kepalanya sambil mengunyah. Tak heran banyak pengunjung yang datang, cita rasa makanannya memang tak kalah dengan restoran bintang lima.Angel senang mendengar itu. “Ya, kan?” Ia pun memang setuju bahwa spagheti ini sangat enak dan berbeda dari biasanya. Itu karena chef yang ia miliki berasal dari Italia langsung.Angel menggenggam tangan Bema yang berada di atas meja, ia mengusap-usapnya. Hal itu membuat Bema berhenti makan dan fokus menatap Angel dengan bertanya-tanya.“Ada hal yang ingin aku katakan.” Angel memaksakan senyuman terbaiknya.B
“Apakah kamu ingin menambah masa jabatan mu lagi di gelombang berikutnya?”Salim tertawa mendengar pertanyaan Dewo dari sambungan ponsel tersebut. Tidak ada yang bisa memahaminya dengan baik selain Dewo. Satu-satunya orang yang membuatnya ambisius. Namun juga harus jujur dalam waktu bersamaan.“Hmm. Aku rasa akan lebih menantang bila aku mencalon presiden.” Salim mengatakan sambil bercanda.“Ide yang bagus. Aku akan mendukung mu.”Salim tersedak hingga ia batuk. Air mata bahkan keluar dari sudut matanya. Bercanda dengan Dewo sama dengan merealisasikan idenya. Dia tidak bisa diajak bercanda sama sekali. “Aku hanya bercanda.”Giliran Dewo yang tertawa, “Bercanda mu tidak jelek. Pelajari lah cara mencalon presiden, aku akan mendukungmu dari segi apapun.”Salim tahu itu, kedudukannya saat ini juga atas campur tangan Dewo yang mendukungnya. Tetapi menj
Tidak ada yang bisa menerima sebuah perpisahan. Baik pisah hidup maupun mati. Semua yang pernah bersama ingin selalu bersama hingga akhir hayat bahkan di kehidupan selanjutnya. Dunia fana ini selalu diimingi dengan kebahagiaan semata. Nyatanya kebahagiaan itu semu.Renata melakukan aksinya untuk memisahkan Dewo dan Rina karena kebenciannya pada ayah Dewo, Pramasta yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Tidak hanya itu, menurut Rentina sejak sahabatnya itu—Dewo—mengenal Rina waktunya sangat sedikit untuk Rentina. Hal itu semakin memupuk rasa kebenciaannya.Strategi demi strategi untuk balas dendam telah direncanakan. Salah satu yang direalisasikannya adalah masuknya orang ketiga dalam rumah tangga Dewo. Sebenarnya itu tidak murni rencananya. Rams berselingkuh dengan seorang wanita bernama Mellisa. Suatu hari, Rams mengatakan bahwa Mellisa tengah mengandung anak mereka. Rentina tidak dapat menerima itu, dia pun kesal pada Rams dan mengancam Rams atas
Rentina tersadar dari hanyutan masa lalunya. Matanya memerah menatap Dewo. Aura kebencian terpancar dari lensa hitam tersebut. Aliran darahnya seakan membuncah untuk membalaskan dendam kepada Dewo. Sialnya, rantai yang kuat ini menjeratnya.“Pramasta apa kabar?”Ini adalah kali pertama ia menyebut nama ayah Dewo tanpa menggunakan embel-embel panggilan ‘om’ untuk kesopanan. Sejak ia menyelidiki lebih lanjut ucapan mantan supirnya, Rentina tidak menelan informasi itu mentah-mentah melainkan ia menyelidiki lebih lanjut. Masih ada harapan Rentina bahwa ayah temannya itu tidak bersalah. Satu demi satu bukti dan saksi Rentina kumpulkan selama bertahun-tahun hingga akhirnya bahwa kecurigaan itu adalah benar.Lalu apa yang dilakukan Rentina?Apakah ia langsung membalaskan dendamnya pada Pramasta?Tidak!!Ya, jawabannya tidak. Rentina tidak melakukan apapun kepada Pramasta karena ketika ia telah berhasil mengumpulkan semua buk
Perusahaan warisan ayah Rentina telah dikelola oleh adik kandung ayahnya sendiri yang mana nantinya akan diserahkan kepadanya. Rentina tidak terlalu mengambil berat hal itu karena ia menganggap dirinya masih belum mampu untuk mengelola perusahaan tersebut. Rentina hanya menerima hasil setiap bulan dan dimanfaatkan untuk biaya sekolahnya. Rentina sering berkunjung hanya untuk mendapatkan teka-teki atas kematian orang tuanya. Dia mulai melibatkan diri dalam pekerjaan di perusahaan. Mulanya hanya untuk memecahkan teka-teki, lama kelamaan menjadi ketertarikan untuk bekerja di sana. Rentina meminta kepada omnya untuk diajak bekerja, ia pun ingin mengambil peran dari mulai yang terendah dahulu. Rentina mempelajari setiap liku pekerjaan tersebut. Perusahaan ayah mengalami gejolak hingga hampir gulung tikar. Om Irwan, omnya mengaku sudah melakukan banyak cara untuk menstabilkan permasalahan tersebut. Permasalahan ini dipicu karena mereka salah memilih distributor. Uang yang
Flashback on“Rentina, ikhlaskan kepergian mereka!” ucap tantenya sambil memeluk tubuh remaja Rentina.Rentina mengatupkan mulutnya. Membungkam kesedihan yang membendung. Hari itu adalah hari yang sangat buruk bagi Rentina. Tak pernah ia bayangkan bahwa hari itu datang, hari dimana ia kehilangan dua orang yang disayanginya yaitu papa dan mamanya.“Tante, kata ikhlas memang mudah diucapkan tetapi, sangat sulit untuk diimplementasikan. Bagaimana aku akan menjalani hariku tanpa mereka? Aku hanya anak tunggal. Aku tak memiliki apapun dan siapapun lagi.”Rentina tahu bahwa ini kehendak Tuhan akan tetapi ia belum siap. Hati dan kepalanya terus berbicara akan sendiri yang akan dihadapinya. Rentina menekuk lututnya kemudian memeluk lutut itu, menggambarkan bahwa ia hanya bisa bertahan dengan dirinya sendiri. Hartanya adalah dirinya sendiri. Ia menangkup dan menangis sekencang-kencangnya. Para pelayat yang mengirimkan doa kepada orangtuanya
“Apa sebenarnya penyebab kalian merusak rumah tangga ku?”Rina tak mampu menahan seluruh gejolak pertanyaan yang telah dari Singapore ia pendam. Rina tak mementingkan waktu jika saat ini antara Rentina dan Dewo sedang bersitegang. Ia hanya ingin tahu agar dadanya tak sesak menahan.Mata Rentina beralih pada Rina. Alih-alih menjawab, ia justru menyunggingkan senyuman seakan mengejek Rina. Senyuman yang dulunya hangat kini menjadi tajam yang mampu menyabik hati Rina.“Karena kamu terlalu sombong, Rina.”Rina terpancing untuk menghampiri Rentina. Entah hanya sekedar mendekatkan telinganya agar memastikan bahwa ia tak salah dengar. Namun, Dewo segera mencegahnya. Dewo menarik tangan Rina dan membisikkan kata-kata penenang.Rina memejamkan mata kemudian mengatur emosinya. Ia tak boleh terpancing demi permasalahan ini cepat diselesaikan. Melihat wajah Rentina terlalu lama akan mempengaruhi kesehatan jantungnya.“Kamu
Rina menyunggingkan senyuman kepada Bian setelah mendengar teriakan Indira. Wanita itu sangat kacau dan berantakan. Rina mengira bahwa mentalnya telah terguncang. Ia mendekati Dewo dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi kepada Indira. Dewo hanya menjawab dengan mengangkat bahunya membuat Rina menghela napas malas. Sudah dalam keadaan seperti ini pun Dewo masih sempat untuk bermain rahasia. Di hadapan Rams dan Rentina terbentang sebuah sofa panjang dengan sebuah meja di hadapannya yang berisi banyak makanan dan juga minuman. Dewo mengajak mereka semua untuk duduk. “Rentina, Rams dan Indira kehadiranku membawa mereka semua ke sini bukan untuk menghukum kalian. Aku tahu semua orang pasti pernah melakukan kesalahan tidak terkecuali diriku sendiri. Aku ingin kita menyelesaikan dengan damai dan secara kekeluargaan. Tolong akui semua kesalahan kalian!” Tak munafik bahwa kekesalan Dewo kepada tiga manusia di hadapannya sudah mengubun-ubun tetapi ia masih memiliki h
Pesawat yang ditumpangi mendarat indah di Bandar udara Soekarno Hatta. Dewo beserta rombongan segera menaiki mobil yang telah disediakan. Perjalanan selanjtunya adalah menuju tempat penyekapan Rams dan Rentina. Sepanjang perjalanan, semua tampak tak banyak bicara. Hanya diam dan menerka-nerka akan bagaimana kelanjutan cerita ini.Begitu sampai tempat penyekapan, Salim telah menunggu mereka. Ia segera mendekat dan menyapa satu-persatu. Dewo tersenyum ramah dan juga berjalan di samping Salim.“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” Siapapun pasti akan sangat penasaran. Begitu pula dengan Salim. Sudah lama ia menanti hari ini. Ia juga sudah lelah menebak konspirasi di antara semuanya.“Dimana Bema dan Brian?” Dewo berhenti dan memperhatikan sekitar. Hal tersebut juga membuat semuanya berhenti dan mengikuti arah pandang Dewo.“Aku sudah meminta mereka datang tetapi tidak tahu kemana dua anak itu.” Tak ingin membuat suasana hati
Langit cerah menutupi raut kemarahan dari dua anak manusia yang saling berhadapan dengan kondisi tubuh terikat tali. Mereka adalah Rentina dan Rams. Rentina menggerakkan tubuhnya; menggapai-gapai tangan Rams. Ia tak bisa dengan lantang menyuarakan isi kepalanya sebab mulutnya ditutupi lakban hitam yang menyebalkan.Rentina berusaha berbicara lewat mata. Sayangnya Rams nampak tak tertarik, ia memutar lehernya dan lebih memilih menatap dinding yang dipenuhi sarang laba-laba tersebut. Lebih baik melihat itu dari pada menatap Rentina dengan segala gejolak emosinya.“Apa kau tak ingin mengalahkan Dewo di dunia bisnis?” Rams mengingat dengan jelas kata-kata yang diucapkan Rentina dahulu. Kata yang menjadi mantra untuknya melakukan segala cara agar mengalahkan Dewo. Meski Dewo bukan tandingannya di dunia bisnis tetapi Rams mengal
Berdamai dengan keadaan adalah jalan yang dipilih Rina meski hati masih berbentur dengan luka masa lalu, tetapi ia begitu sadar bahwa semua karena jebakan. Rina memang mencoba untuk memaafkan Mellisa. Melihat Archi yang sedikit trauma membuat Rina merasa iba. Ia pernah melihat jiwa Byanca terguncang. Oleh sebab itu, ia tak ingin Archi juga nekat melakukan apa yang Byanca lakukan dahulu.Mellisa merasa terharu atas sikap Rina. Ia berulang mengucapkan terima kasih bahkan ia secara refelks memeluk Rina. Semua ini di luar ekspektasinya. Mellisa iri dengan Rina yang memiliki hati begitu lembut. Ia berjanji akan menjadikan dirinya lebih baik lagi untuk membalas kebaikan Rina. Untuk Dewo, ia tak akan mengejarnya lagi. Terserah pada Dewo untuk hidup seperti apa, lagi pula mereka telah berpisah sejak beberapa bulan yang lalu.Usai melepaskan pelukan Mellisa, Rina menatap Dewo dengan ekspresi tak terbaca. Dewo menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti arti tatapan itu. Rina t