Senja duduk di balik meja kerjanya, jari-jarinya mengetuk ringan permukaan meja. Ia sedang memeriksa berbagai design yang sedang in saat ini.
Pikirannya sambil mengembara, dipenuhi dengan berbagai hal. Bukan tentang Denta, tentu saja tidak. Melainkan tentang koleksi terbaru mereka yang akan dipamerkan di Paris Fashion Week.
Idenya agar Arion memakai pakaian adat yang dimodifikasi menjadi busana modern sungguh membuatnya tak sabar untuk melihat hasil kerja anak muda berbakat itu
Namun, pikirannya kembali terusik saat ia mengingat Reinaldo. Segera ia merasa galau. Senja sungguh menyesal telah melakukan hal di luar batas, meski itu akibat dari pengaruh alkohol.
“Terus gimana sekarang,” gumamnya pelan seraya memijit keningnya sendiri.
“Madam.”
Senja menoleh, melihat Rebecca masuk dengan ekspresi serius. “Ada yang ingin saya bicarakan.”
“Hmm?”
Rebecca meletakkan sebuah map di atas meja, “Surat PHK untuk Nana Citra sudah diterbitkan. Kita tidak berkewajiban membayar pesangon karena yang dilakukan Citra termasuk pelanggaran berat. Namun—,”
Rebecca menjeda kalimatnya. Senja menunggu. Bagaimanapun ini berurusan dengan hukum dan Rebecca yang lebih tahu.
“Kita harus tetap memberikan uang penggantian hak atas cuti tahunan yang belum diambil dan uang pisah sesuai perjanjian kontrak. Bagaimana, Madam?”
Senja mengangkat alisnya, lalu meraih map itu dan membukanya. Matanya langsung membaca detail laporan yang Rebecca siapkan.
“Oh?” Bibir Senja melengkung sinis. “Menarik.”
Ini akan jadi pukulan pertama untuk Nana Citra. Senja tersenyum dalam benaknya.
**
Reinaldo Wicaksana baru saja tiba di kantornya, sebuah agensi model yang berpusat di New York.
Di sini, Reinaldo menjadi managing director untuk cabang United Talent yang ada di Jakarta. Beberapa hari yang lalu, dia berada di Singapura, bertemu dengan Richard Sanchez untuk membahas pertukaran model Indonesia yang akan melanjutkan karir di Amerika.
Ia baru saja duduk saat melihat, ada beberapa pesan dari asistennya, tapi satu pesan dari nomor tak bernama menarik perhatiannya.
[Senja akhirnya pindah dari rumah Denta. Sekarang tinggal di penthouse pribadinya. Aku pikir kau mau tahu]
Reinaldo tersenyum tipis. Akhirnya. Kabar dari Jay, hacker yang sering membantunya, datang juga.
Ia membuka link yang disertakan pada pesan itu dan menemukan alamat apartemen pribadi Senja.
Tanpa ragu, ia langsung menuju apartemen Emerald Heights.
Beberapa jam kemudian, ia sudah berdiri di depan pintu penthouse 8B. Dengan santai, ia mengetuk pintu.
Senja menyesap anggurnya perlahan, duduk di balkon penthouse menatap ke arah pemandangan kota yang terlihat di depannya. Kelap kelip kota yang menggantikan bintang di langit malam seharusnya menenangkan, tapi pikirannya masih berkecamuk.
Bukan Denta lagi yang ada di benaknya, ia telah menyerahkan urusan pria itu pada Pandecta Law dan para pengacaranya yang kompeten.
Senja malah berpikir tentang Reinaldo serta bagaimana caranya tetap bersikap biasa di depan pria itu.
“Sial,” dengusnya kesal.
Mariska Couture bekerja sama dengan United Talent Agency untuk menyediakan beberapa model yang akan membawakan pakaiannya di Paris Fashion Week.
Mariska Couture memang belum bermain di runway besar, mereka hanya berkesempatan memamerkan di salah satu event kecil di sana, itulah sebabnya harus membawa model sendiri.
Pikiran itu terhenti saat bel pintu berbunyi.
Senja mengernyit, tak mengharapkan tamu malam ini. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya, hanya untuk menemukan Reinaldo Wicaksana berdiri di sana dengan senyum andalannya.
“Kamu?” Senja menaikkan alis.
Reinaldo menyandarkan satu tangan di kusen pintu. “Boleh aku masuk? Atau aku harus berdiri di sini sampai kamu merasa kasihan?”
Senja mendecak kecil lalu melangkah ke samping. “Masuklah, kalau kau tak keberatan minum anggur murah.”
Reinaldo tertawa kecil, melangkah masuk dengan santai. “Anggur murah atau mahal, selama diminum bersamamu, pasti terasa luar biasa.”
Senja hanya menggeleng dengan wajah kalut. “Kurasa kita tetap harus bersikap profesional, Pak Rei.”
Ia berjalan kembali ke balkon, membiarkan Reinaldo mengikutinya. Pria itu mengambil tempat duduk di seberangnya, menyandarkan tubuh dengan santai.
“Kudengar kamu akhirnya pindah,” ucap Reinaldo, matanya meneliti ekspresi Senja. Wanita itu mengerjapkan mata indahnya.
“Sebenarnya, sebanyak apa aku menceracau selama mabuk, Pak Rei?” tanyanya kemudian.
Reinaldo tersenyum samar. Ia bergerak maju dan menuangkan anggur untuk dirinya sendiri. “Boleh kubilang, melampaui segalanya?”
Senja menggeleng perlahan, “Ini salah.”
“Ooh tidak, Madam. Jangan pikir aku sebagai kesalahan. Aku adalah hal terbenar dalam hidupmu saat ini!” tukas Reinaldo tidak terima.
“Why so?”
Kalau Reinaldo mulai meminum anggurnya, Senja malah meletakkan gelasnya. Ia tak mau berbuat kesalahan untuk kali kedua.
“Kenapa pindah?” Reinaldo malah menanyakan hal lain.
Wanita itu hanya mengangkat bahu. “Rumah itu sudah tak layak ditinggali.”
“Terlalu banyak kenangan buruk?”
Senja mengalihkan pandangan ke langit. “Bukan hanya kenangan. Tapi juga harga diri.”
Reinaldo tersenyum tipis, menyembunyikan kepuasannya. Ia tahu bahwa Senja bukan tipe wanita yang mudah dimanipulasi secara terang-terangan. Ia harus masuk dengan halus, memainkan perannya sebagai teman yang mendukung.
“Bagus,” ucapnya pelan. “Aku senang melihatmu mengambil kendali atas hidupmu lagi.”
Senja menoleh padanya, menatapnya dalam-dalam, seakan mencari sesuatu di balik ucapannya. “Kenapa kau peduli, Pak Rei?”
Reinaldo tersenyum miring. “Karena aku selalu mengagumimu, Senja. Dari dulu.”
Mata Senja sedikit menyipit, tapi tak ada tanda-tanda ketidakpercayaan di sana. Ia mungkin mengira Reinaldo hanya menggombal, mentang-mentang pria itu tahu dia sedang menggugat cerai suaminya.
“Menurutmu, mengapa UTA bisa masuk dalam proyekmu? Itu aku yang mengusahakan hingga nyaris mematahkan tulang punggungku,” kata Reinaldo.
Senja tertawa ringan, “Yea right. Managing director turun panggung buat mengurusi remeh temeh.”
“Kamu tak pernah menjadi remeh temeh di depanku, Senja,” kata Reinaldo kalem. Senja mengerutkan kening.
“Ini serius, kita sepakat hanya memanggil nama?” Senja merasa canggung karena sedari tadi Reinaldo memanggilnya dengan begitu akrab.
“Kapan kau akan percaya, kita sudah sepakat berpacaran, Nja.” Reinaldo bicara sambil bersandar ke belakang dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Luar biasa tampan mempesona.
“Well....” Senja kehilangan kata-kata sesaat karena pesona itu.
“Ehem, ya Senja. Nikmatilah. Aku memang lebih tampan dan jauh lebih mempesona dari pria yang akan kau ceraikan.”” Senyum miring terhias di wajah Reinaldo.
“Tck! Aku tidak akan pernah mabuk lagi. Bisa-bisa, berikutnya aku akan membocorkan nomor rekeningku dan password brankasku!” omel Senja sebal.
Ia berdiri dan menyambar gelas-gelas wine di atas meja sekalian dengan botolnya. Kemudian ia berderap masuk menuju dapur untuk menyimpan itu semua.
Reinaldo terkekeh pelan, lalu mengikuti wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda.
“Kamu tahu,” ucap Reinaldo tiba-tiba, “aku tidak suka melihat seseorang sepertimu direndahkan.”
Senja berhenti dari aktifitasnya membuang anggur ke dalam bak cuci piring. Ia meletakkan gelas-gelas kotor di sana lalu membuang botol ke tempat sampah dan berdiri menghadap Reinaldo.
“Apa maksudmu?”
“Aku akan membantumu membalas dendam pada Denta, Nja. Tidakkah kau ingin melihat Denta dan Citra hancur berantakan?”
Senja menatapnya lama. Ada ketulusan dalam nada bicaranya. Atau mungkin ia hanya terlalu lelah untuk menganalisis kebohongan?
Reinaldo jauh lebih muda dari Denta. Ia lebih berkharisma. Ah, Senja ingat. Reinado masuk di jajaran 40 pria muda berpengaruh di majalah Forbes. Itu karena kedekatan bisnisnya dengan seorang billioner dari New York.
Senja ingin berkata tidak. Seharusnya ia menolak. Ia tahu, bermain api dengan Reinaldo bisa berbahaya. Tapi, ada sesuatu dalam dirinya yang enggan mengalah. Entah karena gengsi, atau karena dalam hati kecilnya ia ingin sekali melihat Denta dan Citra hancur.
“Hanya jika aku memintamu. Aku tidak mau kedekatan kita membuat proses perceraianku berbelit-belit,” kata Senja pada akhirnya.
“Oh, kau akan berterima kasih padaku, Nja. Aku bisa mendukungmu agar perceraianmu selesai lebih cepat,” sahut Reinaldo sambil bersandar ke konter dapur, menghantarkan auranya kepada Senja.
“Aku lelah bermain teka-teki selalu. Katakan lebih jelas,” ungkap Senja sedikit terdengar kesal. Reinaldo memamerkan senyum miringnya yang diam-diam disukai Senja.
“Kau tahu bukan, jika perselingkuhan sulit digunakan sebagai alasan? Harus ada bukti kuat untuk itu. Dan katakanlah, aku punya sumber daya yang bisa membantumu mendapatkan bukti-bukti real perselingkuhan suamimu. O, maaf. Segera ‘mantan suami’,” ujar Reinaldo geli.
Sesaat, sinar harapan timbul di wajah Senja. Ia memang merasa akan sulit terlepas dari Denta yang membersamainya selama puluhan tahun. Pengadilan agama akan lebih menyarankan untuk memaafkan dan kembali bersama.
Reinaldo, sepertinya memberi jalan sekaligus harapan ia bisa berpisah dari suami tukang selingkuh!
Dan itu bagus.
Karena yang Senja tak tahu, Reinaldo punya rencananya sendiri.
Denta telah membuatnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga di masa lalu. Dan kini, ia ingin memastikan pria itu kehilangan lebih banyak.
Hanya saja, Senja tak perlu tahu niatnya yang sebenarnya.
Belum.
Di tepi jalan depan apartemen tenpat Senja tinggal.
Denta duduk di dalam mobilnya, masih terpaku pada pemandangan di depan matanya
Ia mengikuti Senja pulang dari kantornya tadi, karena ia benar-benar curiga dengan Arion. Tapi kini, ia merasa bersalah. Ternyata Senja pulang sendiri, mengendarai mobilnya sendiri.
Ia bisa melihat melalui kaca jendela mobil Senja yang memang tidak terlalu gelap. Tidak ada penumpang lain di sana. Denta menghela napas. Sepertinya ia makin sulit melepas Senja.
Denta tidak tahu, di dalam apartemen yang sedang ditatapnya, Senja sedang bersekutu dengan Reinaldo untuk menggilasnya.
Pagi hari sebagai wanita single ... well, calon wanita single. Senja masih dalam proses menggugat cerai. Begitu saja, Senja sudah merasakan kebebasan yang melegakan. Walau bangun sendirian dia atas tempat tidur selama dua puluh tahun terakhir bangun di sisi seorang pria, tidak membuat Senja merasa kesepian. Ia dapat memulai harinya dengan santai dan hanya fokus pada dirinya sendiri. Mandi berendam selama dia mau, tidak perlu pusing memikirkan menu sarapan untuk orang lain. Pun repot menyiapkannya. Ia hanya perlu menyiapkan untuk dirinya sendiri. Senja tersenyum saat menikmati sandwich dan omelet buatannya sendiri dengan ditemani secangkir kopi yang masih mengepul. Di tangan kirinya, sebuah tablet tampak menunjukkan berita terkini yang disediakan oleh portal online. Mendadak, keningnya berkerut. Sebuah notifikasi pesan masuk. Dari Astrimei, sekretarisnya yang baru, pengganti jalang Nana Citra. Senja melirik jam di sudut tablet. “Jam berapa ini? Belum mulai jam kerja dan dia suda
Lampu-lampu kristal bergemerlapan di aula utama Maheswari Manor, tempat acara gala fashion diadakan. Para tamu yang hadir adalah tokoh-tokoh berpengaruh di dunia bisnis dan industri mode. Denta berada di sini sebagai salah satu pebisnis sukses yang diundang sejatinya karena kekuatan finansialnya. Ia diharapkan akan menyumbang dalam jumlah besar malam ini karena membutuhkan untuk pemulihan nama baik perusahaannya. Medika Inovasi Nusantara, perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan. Sering kali diterpa rumor buruk tentang penyelenggaraan usahanya. Itu sebabnya Denta perlu menciptakan citra bagus untuk perusahaannya.Dari kejauhan, mata Denta menangkap sosok Senja. Seketika, napasnya tercekat. Ini pertama kalinya ia melihat istrinya setelah malam dia tertangkap basah, berminggu-minggu lalu. Bukan hanya kehadiran Senja yang mengejutkan, tapi bagaimana dia tampak jauh lebih berani dan bebas dibandingkan saat masih bersamanya. Gaun biru tua i
Satu bulan sudah Senja tinggal di apartemen pribadinya. Hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan saja. Jika sedang berada di Mariska Couture, Senja menjadi pribadi yang berbeda saat ia sendirian di apartemennya. Senja mampu menutupi luka hati jika berada di kantor. Segunung pekerjaan, puluhan design istimewa yang membutuhkan konsentrasi tinggi, mampu membuatnya melupakan kemelut rumah tangga. Tetapi ketika sendirian di apartemen, Senja kembali menjadi wanita yang terpuruk karena pengkhiatan keji sang suami. Ini sedikit menyiksa, membuat Senja kehilangan berat badan karenanya. Hari ini, ia ada janji temu dengan Pramita Prameswari, salah satu pengacara senior Pandecta Law yang terkenal mampu mengurus kasus perceraian seperti yang dialami oleh Senja. Gugatan cerai Senja memang telah didaftarkan dan menjadi tanggung jawab Mita. “Bu Senja, Ibu Mita dari Pandecta Law sudah datang,” kata Astrimei. “Suruh masuk, Mei.” Wanita muda nan ayu itu mengangguk sambil tersenyum, membuka pintu ru
"Aku pulang, Mas," ujar Senja yang melangkah masuk sambil meletakkan kunci mobil secara sembarangan ke tatakan kayu bulat. Ia terpaksa begitu karena tangannya sibuk dengan Red Velvet Nougat serta mengempit botol sampanye. Namun, tidak ada jawaban. Senja mengerutkan kening. Biasanya Denta langsung menyambutnya, entah dari ruang tengah atau dapur. Tapi kali ini, rumah terasa terlalu sepi. Ia melangkah perlahan. Apa karena ia pulang lebih cepat padahal sudah ijin datang terlambat karena rapat dengan kolega? Mungkin Denta tidak menyambutnya karena itu. Senja menggeleng sambil tersenyum geli, ia melangkah masuk meninggalkan area foyer rumahnya. "Kenapa aroma lavender di sini aneh sekali?" Senja menuju ke ruang tengah. Ia mencium aroma yang tak biasa. Denta tak pernah menyukai lavender, apalagi membakar lilin seperti itu. Ia meletakkan tart dan sampanye di meja ruang tengah. Matanya menangkap sesuatu di sofa, jas milik Denta. Namun yang lebih menarik perhatian Senja adalah gaun sati
Reinaldo membawa Senja ke sebuah hotel berbintang lima dan mengajaknya masuk ke dalam griya tawang yang biasa ia sewa. Begitu mereka di dalam ruangan, Senja yang lupa diri dan terbawa emosi, mengalungkan kedua tangannya ke leher Reinaldo lalu memburu bibir pria itu. Reinaldo menangkap pinggang ramping Senja lalu memeluknya. Ia perlu melakukan itu karena Senja tidak bisa berdiri dengan tegak. “Whoopsie, kenapa lantainya jadi jelly,” kata Senja geli. Ia masih memeluk leher Reinaldo. Sepenuhnya bergayut pada pria itu. Reinaldo yang memiliki tinggi 188cm, dengan mudah membawa Senja yang menempel padanya dengan ujung kaki menyeret lantai. “Jangan bilang Madam belum pernah mabuk?” tanyanya dengan ketenangan yang patut diacungi jempol. Senja terkikik, “Ini mabok? Semua jadi goyang-goyang.” “Aku juga?” tanya Reinaldo. Senja menatapnya dengan mata sayu. Satu lengan mengait leher pria itu sementara tangan yang lain mengelus rahangnya. “Kamu tetep kliatan tampan, Pak Rei.” Alis Reinal
Senja tak mampu menolak tawaran yang dipaksakan Reinaldo padanya. Akhirnya, ia diantar pria itu kembali ke area parkir Opulence Bar untuk mengambil mobilnya. Sepanjang perjalanan menuju ke sana, Senja lebih banyak berdiam diri. Ia mengalihkan perhatian dengan memeriksa ponselnya. Senja mengabaikan semua notifikasi pesan maupun panggilan dari Denta. Denta Prayudha, menjadi suami selama 10 tahun. Pria yang ia pikir adalah tempat berlindung paling aman. Bukan hanya itu, mereka telah menjalin hubungan semenjak dirinya berusia 23 tahun. Ia tidak mengira, satu-satunya pria dalam hidupnya sanggup mengkhianatinya, tak lain dan tak bukan dengan sahabatnya sendiri. Sejak kapan? Perempuan laknat itu bahkan telah mengandung hasil kebejatan mereka berdua. Ia merasa dibodohi begitu saja. Matanya telah buta oleh cinta, ataukah otaknya terlalu dipenuhi bisnis hingga melupakan keadaan rumah tangganya yang telah berbalik arah? Lalu Citra ... sahabat sekaligus tangan kanannya, yang selama ini ia
Denta yang berada di kantornya, memijat pelipis saat mendengar aduan Citra melalui sambungan telepon. “Ya, nanti aku akan bicara pada Senja.” Sejujurnya, Denta tidak mengira Senja berani mengambil tindakan se-frontal ini. Ia mengira Senja akan menghindar sejenak kemudian kembali padanya dengan membawa segala syarat. Mungkin, salah satunya mengijinkan ia menikahi Citra secara siri hanya sampai dengan kelahiran anaknya. Lalu menyuruhnya berpisah. Tetapi, Senja malah melakukan hal lain di luar dugaan Denta. Ia benar-benar harus membereskan masalah yang telah telanjur timbul ke permukaan. Denta bersiap untuk makan siang di luar. Ia berencana menemui Senja. “Aku ikut!” pekik Citra saat Denta mengatakan rencananya. “Tck, nanti malah bikin runyam suasana,” tegur Denta. “Pokoknya aku mau ikut!” “Nurut kenapa?!” Denta nyaris menggebrak meja pada kebebalan Citra. Untung ia berhasil menguasai diri, mengingat kalau wanita ini sedang mengandung anaknya. “Kalau kamu ikut, Senja tidak bisa be
Senja tersenyum samar. Sungguh kebetulan Denta melihatnya bersama Arion Sylvano, salah satu designer muda yang baru bergabung dengan Mariska Couture. Tentu saja Denta belum mengenalnya. Itu cukup memuaskan Mariska ketika melihat wajah gelap Denta saat ia berjalan bersama dengan Arion, anak buahnya yang baru itu memang akan mengajaknya makan siang bersama untuk membahas design terbaru mereka yang akan dibawa ke Paris Fashion Week. Pukulan yang tak sengaja dilayangkan Senja dengan memanfaatkan Arion terlihat cukup keras. Mana ia peduli jikalau nantinya Denta bakalan tahu juga dari Nana Citra perihal siapa sejatinya Arion Sylvano. Yang penting, ia sempat menyakiti hati Denta! Ia melihat bagaimana wajah Denta tadi mendadak mengeras. Rahangnya mengatup rapat dan matanya tajam menyorot mereka berdua. ‘Haha, dia terlihat sangat tidak suka,’ pikir Senja. Ia sangat menikmati itu. Biar Denta tahu rasanya. Bagaimana rasanya melihat oarng yang dulu kau miliki, berjalan menjauh sambil tertawa
Satu bulan sudah Senja tinggal di apartemen pribadinya. Hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan saja. Jika sedang berada di Mariska Couture, Senja menjadi pribadi yang berbeda saat ia sendirian di apartemennya. Senja mampu menutupi luka hati jika berada di kantor. Segunung pekerjaan, puluhan design istimewa yang membutuhkan konsentrasi tinggi, mampu membuatnya melupakan kemelut rumah tangga. Tetapi ketika sendirian di apartemen, Senja kembali menjadi wanita yang terpuruk karena pengkhiatan keji sang suami. Ini sedikit menyiksa, membuat Senja kehilangan berat badan karenanya. Hari ini, ia ada janji temu dengan Pramita Prameswari, salah satu pengacara senior Pandecta Law yang terkenal mampu mengurus kasus perceraian seperti yang dialami oleh Senja. Gugatan cerai Senja memang telah didaftarkan dan menjadi tanggung jawab Mita. “Bu Senja, Ibu Mita dari Pandecta Law sudah datang,” kata Astrimei. “Suruh masuk, Mei.” Wanita muda nan ayu itu mengangguk sambil tersenyum, membuka pintu ru
Lampu-lampu kristal bergemerlapan di aula utama Maheswari Manor, tempat acara gala fashion diadakan. Para tamu yang hadir adalah tokoh-tokoh berpengaruh di dunia bisnis dan industri mode. Denta berada di sini sebagai salah satu pebisnis sukses yang diundang sejatinya karena kekuatan finansialnya. Ia diharapkan akan menyumbang dalam jumlah besar malam ini karena membutuhkan untuk pemulihan nama baik perusahaannya. Medika Inovasi Nusantara, perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan. Sering kali diterpa rumor buruk tentang penyelenggaraan usahanya. Itu sebabnya Denta perlu menciptakan citra bagus untuk perusahaannya.Dari kejauhan, mata Denta menangkap sosok Senja. Seketika, napasnya tercekat. Ini pertama kalinya ia melihat istrinya setelah malam dia tertangkap basah, berminggu-minggu lalu. Bukan hanya kehadiran Senja yang mengejutkan, tapi bagaimana dia tampak jauh lebih berani dan bebas dibandingkan saat masih bersamanya. Gaun biru tua i
Pagi hari sebagai wanita single ... well, calon wanita single. Senja masih dalam proses menggugat cerai. Begitu saja, Senja sudah merasakan kebebasan yang melegakan. Walau bangun sendirian dia atas tempat tidur selama dua puluh tahun terakhir bangun di sisi seorang pria, tidak membuat Senja merasa kesepian. Ia dapat memulai harinya dengan santai dan hanya fokus pada dirinya sendiri. Mandi berendam selama dia mau, tidak perlu pusing memikirkan menu sarapan untuk orang lain. Pun repot menyiapkannya. Ia hanya perlu menyiapkan untuk dirinya sendiri. Senja tersenyum saat menikmati sandwich dan omelet buatannya sendiri dengan ditemani secangkir kopi yang masih mengepul. Di tangan kirinya, sebuah tablet tampak menunjukkan berita terkini yang disediakan oleh portal online. Mendadak, keningnya berkerut. Sebuah notifikasi pesan masuk. Dari Astrimei, sekretarisnya yang baru, pengganti jalang Nana Citra. Senja melirik jam di sudut tablet. “Jam berapa ini? Belum mulai jam kerja dan dia suda
Senja duduk di balik meja kerjanya, jari-jarinya mengetuk ringan permukaan meja. Ia sedang memeriksa berbagai design yang sedang in saat ini. Pikirannya sambil mengembara, dipenuhi dengan berbagai hal. Bukan tentang Denta, tentu saja tidak. Melainkan tentang koleksi terbaru mereka yang akan dipamerkan di Paris Fashion Week. Idenya agar Arion memakai pakaian adat yang dimodifikasi menjadi busana modern sungguh membuatnya tak sabar untuk melihat hasil kerja anak muda berbakat itu Namun, pikirannya kembali terusik saat ia mengingat Reinaldo. Segera ia merasa galau. Senja sungguh menyesal telah melakukan hal di luar batas, meski itu akibat dari pengaruh alkohol. “Terus gimana sekarang,” gumamnya pelan seraya memijit keningnya sendiri. “Madam.” Senja menoleh, melihat Rebecca masuk dengan ekspresi serius. “Ada yang ingin saya bicarakan.” “Hmm?” Rebecca meletakkan sebuah map di atas meja, “Surat PHK untuk Nana Citra sudah diterbitkan. Kita tidak berkewajiban membayar pesangon kare
Senja tersenyum samar. Sungguh kebetulan Denta melihatnya bersama Arion Sylvano, salah satu designer muda yang baru bergabung dengan Mariska Couture. Tentu saja Denta belum mengenalnya. Itu cukup memuaskan Mariska ketika melihat wajah gelap Denta saat ia berjalan bersama dengan Arion, anak buahnya yang baru itu memang akan mengajaknya makan siang bersama untuk membahas design terbaru mereka yang akan dibawa ke Paris Fashion Week. Pukulan yang tak sengaja dilayangkan Senja dengan memanfaatkan Arion terlihat cukup keras. Mana ia peduli jikalau nantinya Denta bakalan tahu juga dari Nana Citra perihal siapa sejatinya Arion Sylvano. Yang penting, ia sempat menyakiti hati Denta! Ia melihat bagaimana wajah Denta tadi mendadak mengeras. Rahangnya mengatup rapat dan matanya tajam menyorot mereka berdua. ‘Haha, dia terlihat sangat tidak suka,’ pikir Senja. Ia sangat menikmati itu. Biar Denta tahu rasanya. Bagaimana rasanya melihat oarng yang dulu kau miliki, berjalan menjauh sambil tertawa
Denta yang berada di kantornya, memijat pelipis saat mendengar aduan Citra melalui sambungan telepon. “Ya, nanti aku akan bicara pada Senja.” Sejujurnya, Denta tidak mengira Senja berani mengambil tindakan se-frontal ini. Ia mengira Senja akan menghindar sejenak kemudian kembali padanya dengan membawa segala syarat. Mungkin, salah satunya mengijinkan ia menikahi Citra secara siri hanya sampai dengan kelahiran anaknya. Lalu menyuruhnya berpisah. Tetapi, Senja malah melakukan hal lain di luar dugaan Denta. Ia benar-benar harus membereskan masalah yang telah telanjur timbul ke permukaan. Denta bersiap untuk makan siang di luar. Ia berencana menemui Senja. “Aku ikut!” pekik Citra saat Denta mengatakan rencananya. “Tck, nanti malah bikin runyam suasana,” tegur Denta. “Pokoknya aku mau ikut!” “Nurut kenapa?!” Denta nyaris menggebrak meja pada kebebalan Citra. Untung ia berhasil menguasai diri, mengingat kalau wanita ini sedang mengandung anaknya. “Kalau kamu ikut, Senja tidak bisa be
Senja tak mampu menolak tawaran yang dipaksakan Reinaldo padanya. Akhirnya, ia diantar pria itu kembali ke area parkir Opulence Bar untuk mengambil mobilnya. Sepanjang perjalanan menuju ke sana, Senja lebih banyak berdiam diri. Ia mengalihkan perhatian dengan memeriksa ponselnya. Senja mengabaikan semua notifikasi pesan maupun panggilan dari Denta. Denta Prayudha, menjadi suami selama 10 tahun. Pria yang ia pikir adalah tempat berlindung paling aman. Bukan hanya itu, mereka telah menjalin hubungan semenjak dirinya berusia 23 tahun. Ia tidak mengira, satu-satunya pria dalam hidupnya sanggup mengkhianatinya, tak lain dan tak bukan dengan sahabatnya sendiri. Sejak kapan? Perempuan laknat itu bahkan telah mengandung hasil kebejatan mereka berdua. Ia merasa dibodohi begitu saja. Matanya telah buta oleh cinta, ataukah otaknya terlalu dipenuhi bisnis hingga melupakan keadaan rumah tangganya yang telah berbalik arah? Lalu Citra ... sahabat sekaligus tangan kanannya, yang selama ini ia
Reinaldo membawa Senja ke sebuah hotel berbintang lima dan mengajaknya masuk ke dalam griya tawang yang biasa ia sewa. Begitu mereka di dalam ruangan, Senja yang lupa diri dan terbawa emosi, mengalungkan kedua tangannya ke leher Reinaldo lalu memburu bibir pria itu. Reinaldo menangkap pinggang ramping Senja lalu memeluknya. Ia perlu melakukan itu karena Senja tidak bisa berdiri dengan tegak. “Whoopsie, kenapa lantainya jadi jelly,” kata Senja geli. Ia masih memeluk leher Reinaldo. Sepenuhnya bergayut pada pria itu. Reinaldo yang memiliki tinggi 188cm, dengan mudah membawa Senja yang menempel padanya dengan ujung kaki menyeret lantai. “Jangan bilang Madam belum pernah mabuk?” tanyanya dengan ketenangan yang patut diacungi jempol. Senja terkikik, “Ini mabok? Semua jadi goyang-goyang.” “Aku juga?” tanya Reinaldo. Senja menatapnya dengan mata sayu. Satu lengan mengait leher pria itu sementara tangan yang lain mengelus rahangnya. “Kamu tetep kliatan tampan, Pak Rei.” Alis Reinal
"Aku pulang, Mas," ujar Senja yang melangkah masuk sambil meletakkan kunci mobil secara sembarangan ke tatakan kayu bulat. Ia terpaksa begitu karena tangannya sibuk dengan Red Velvet Nougat serta mengempit botol sampanye. Namun, tidak ada jawaban. Senja mengerutkan kening. Biasanya Denta langsung menyambutnya, entah dari ruang tengah atau dapur. Tapi kali ini, rumah terasa terlalu sepi. Ia melangkah perlahan. Apa karena ia pulang lebih cepat padahal sudah ijin datang terlambat karena rapat dengan kolega? Mungkin Denta tidak menyambutnya karena itu. Senja menggeleng sambil tersenyum geli, ia melangkah masuk meninggalkan area foyer rumahnya. "Kenapa aroma lavender di sini aneh sekali?" Senja menuju ke ruang tengah. Ia mencium aroma yang tak biasa. Denta tak pernah menyukai lavender, apalagi membakar lilin seperti itu. Ia meletakkan tart dan sampanye di meja ruang tengah. Matanya menangkap sesuatu di sofa, jas milik Denta. Namun yang lebih menarik perhatian Senja adalah gaun sati