Share

Bab 51 Berkorban

Penulis: sarinah0488
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-12 09:56:50

KAKEK TUA itu SUAMIKU

POV Nisa

Tiga hari berselang rencana keduaku dimulai. Ayah dan aku bersandiwara kalau bisnisnya bermasalah dan harus meninggalkan rumah beserta asetnya. Ayah memberikan pilihan pada Seva untuk tinggal bersama orang tuanya tapi dia menolak bahkan menyerahkan seluruh perhiasan dan tabungan yang dia punya untuk membantu ayah, hal itu aku dengar ketika mendengar pembicaraan mereka saat melewati kamar dengan pintu terbuka.

Pukul tiga pagi kami mulai berangkat diantar Pak Agus menggunakan mobil pribadi Pak Agus. Ya, Pak Agus menjadi salah satu bagian dari sandiwara ini.

"Agus yakin, Nona Bos mampu melewati ujian Non Nisa." Begitu yang diucapkan Agus ketika memintanya untuk ikut bersandiwara.

Rumah yang kami tuju adalah salah satu perumahan yang dibangun perusahaan ayah, dan salah satu tujuan ke kota ini juga sebenarnya ayah ada kepentingan bisnis. Seva itu terlalu polos, mengira bisnis ayah benar-benar bermasalah.

"Gus, saudara kamu sementara pindah kemana?" tanya Aya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 52 Dasar bodo*!

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 52Bugh!Sebuah pukulan benda keras terasa di belakang bahuku. Aku limbung tak mampu lagi menjaga kesadaranku."Dinda … Kanda mohon, bangunlah." Itu suara suamiku! Benar, itu suamiku. Ingin sekali aku bersuara tapi aku tak bisa. Ayo Seva, kamu bisa! Berusahalah! Sekuat tenaga aku mencoba membuka mataku. Perlahan, samar … Yes! Aku berhasil membuka kedua mataku. "Dinda … Dinda sudah sadar?" Aku menoleh ke samping kananku. Suamiku sedang menggenggam tanganku. "Alhamdulillah … " Suamiku memelukku erat, bahkan aku bisa merasakan air matanya yang menempel di pipiku. Aku sadar, berarti aku selamat. Nisa, dimana Mbak Nisa? "Mbak Ni—sa ma—na?" tanyaku terbata."Dasar bodo*! Kenapa malah menanyakanku? Aku disini!" Aku menoleh ke samping kiriku Mbak Nisa selamat, lega rasanya. Mbak Nisa berdiri dengan air mata mengalir di pipinya. Mbak Nisa menghambur memelukku. "Apa kamu tidak punya ota*? Masih saja memikirkanku." Mbak Nisa masih saja memarahiku sambil menangis.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 53 Mangga sepuluh juta

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 53"Tidak, ini pasti enak. Baunya saja enak." Suamiku masih saja membujukku tapi aku justru bertambah mual dengan aroma yang keluar dari makanan itu. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. "Makanlah, setidaknya untuk anak kita." Benar, aku tidak boleh egois ada nyawa lain di tubuhku sekarang. Aku mencoba untuk membuka mulutku dan berusaha keras menelan satu sendok makanan. Baru saja makanan itu sampai di perut kembali makanan itu aku muntahkan. Hueek!Justru aku memuntahkan semua isi yang ada di perutku. Rasanya sampai tenggorokanku pahit. Suamiku kemudian memberikan air putih untukku tapi lagi-lagi perutku menolaknya."Sudah Kanda, aku tidak bisa melanjutkannya lagi." Aku kemudian dibantunya untuk tidur kembali. Aku pejamkan mata ini dan tanganku memijit pelipis yang terasa pening. Entah sudah berapa lama aku tertidur, di ruangan ini kini hanya ada suamiku yang sedang berdiri menatap jendela dan seorang laki-laki yang sedang membersihkan ruangan. "Ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 54 Overprotektif

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 54"Jangan banyak bergerak dulu," ucap suamiku sambil mengusap bahuku sementara tanganku melingkar pada perutnya. "Aku bosan tiduran terus, aku mau duduk di sofa sambil makan mangga."Akhirnya dengan dituntun suamiku aku berhasil untuk duduk di sofa dan menikmati mangga. Sebenarnya aku kuat berjalan sendiri, suamiku saja yang terlalu khawatir."Makan mangganya pelan-pelan, Sayang" "Kanda mau?" Aku menyodorkan sepotong mangga yang masih berwarna putih pada suamiku. "Buat Dinda saja, tapi jangan banyak-banyak makan mangganya nggak bagus buat pencernaan Dinda."Aku tak menghiraukan ucapan suamiku terus saja aku menikmati mangga muda yang bagiku lebih enak dari makanan apapun. ***Seminggu berselang, hari ini aku diperbolehkan untuk pulang. Senang sekali rasanya hatiku tak sabar ingin kembali ke rumah bertemu dengan keluargaku, tapi kali ini aku pulang dengan naik pesawat tentunya dengan persetujuan dokter.Dua jam penerbangan akhirnya aku sampai di bandara d

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 55 Permintaan yang aneh

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 55"Mamih …."Kalian?Mbak Tania dan Mbak Lidiya langsung masuk menemuiku."Apa kabar, Mamih?" tanya Mbak Lidiya dengan gaya bicara yang dibuat-buat."Baik Mbak," jawabku. "Mbak Lidiya dan Mbak Tania apa kabar?""Baik donk, kita kan baru pulang dari Australia." Siapa yang tanya coba? Mau pulang dari Australia atau dari neraka juga nggak peduli. "Mih, rumahnya gede ya, Mamih pasti suka banget ya, dulu kan rumah Mamih kecil, terus jelek banget lagi!" Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya."Mbak Tania sama Mbak Lidiya mau ketemu sama Ayah ya?""Iya, ada di rumah nggak?" sahut Mbak Tania sambil celingukan."Ada, Mbak Nisa juga ada kalau mau ketemu.""Nisa?" "Mbak Tania, Mbak Lidiya … Kapan kalian datang?" Mbak Nisa yang baru datang bersama suamiku langsung menghampiri kami."Barusan kok Nis. Kamu kapan balik ke Indonesia, kok kami nggak tau?" Pantas saja tadi waktu aku bilang ada Mbak Nisa mereka seperti bingung, ternyata mereka nggak tau kalau Mbak Nisa sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 56 Dia meminta ibuku

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 56Mbak Nisa yang baru kembali dari mengantar kakak mereka malah membahas lagi persoalan tadi. "Kerjaan suami mereka itu nggak ada yang bener Yah, bisa hancur kalau diserahkan sama mereka.""Ayah tau, sudahlah, Ayah itu sudah mengatur semuanya. Satu minggu lagi kamu kembali ke Australia ya, ada tugas buat kamu." Mbak Nisa hanya tersenyum dan meng iyakan perintah ayahnya.***Hari ini rumah terasa lebih rame, Bapak, Ibu, Seno, bahkan Riska berkumpul di rumah. Itu semua memang permintaan dari Mbak Nisa yang ingin berkumpul dulu sebelum dia berangkat ke Australia."Mbak Nisa, memang kapan berangkat ke Australia?" tanya Seno."Besok, kenapa? Mau ikut?" "Memangnya boleh?" "Boleh, tapi kalau liburan, kalau nilai sekolah kamu bagus.""Beneran? Seno seneng deh punya kakak kayak Mbak Nisa.""Sejak kapan Seno jadi adiknya Mbak Nisa?" tanyaku heran melihat kedekatan Seno dan Mbak Nisa."Sejak Mbak Nisa nginep di rumah, Mbak Nisa yang masak, Mbak Nisa juga yang antar

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 57 Rencana apalagi?

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 57"Bi Ratih, bisa keluar dulu?" "Baik Nyonya" "Pengen itu?" tanya suamiku."Iya …" jawabku malu-malu.Suamiku kemudian membuka kancing jas yang sudah rapih dipakainya dan merentangkan tangan kanan tangannya."Dinda ini aneh, tiap hari kok penginnya nyiumin ketiak? Memangnya nggak ada yang lebih berkelas?" Aku saja bingung dengan keinginanku, semenjak hamil tiap pagi dan malam pengennya di bawah ketiak suami. Bagiku aroma khas tubuhnya jadi candu tersendiri buatku."Nggak usah protes, yang minta bukan aku loh," sanggahku. Maaf ya Nak, kamu dijadikan alasan.***"Va, ada paket buat kamu," ucap Bude Ratmi. Bude Ratmi membawa sebuah kotak besar untukku.Paket itu kemudian ditaruh di atas meja."Paket dari siapa Bude?""Nggak tau Va, tadi Bude cuma dikasih sama satpam. Bude ambil gunting ya buat buka." Aku kemudian membaca dari alamat yang tertera di paket, ternyata dari Mbak Nisa, tapi kok nggak bilang ya kalau mau kirim sesuatu. "Ini Va, guntingnya." Perlah

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 58 Senjata yang memakan tuannya

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 58Aku mendekat menuju sumber suara."Aduh! Kenapa ini lantainya licin sih?" "Makannya jangan kualat kamu jadinya jatuh. Mbak duluan yang masuk toilet!" Mbak Tania melangkahi Mbak Lidiya yang terbaring akibat jatuh. Namun, belum lagi langkahnya sampai, kaki yang satu justru terpleset sehingga tubuhnya menimpa tubuh Mbak Lidiya."Aduh Mbak, kenapa malah jatuh di atasku? Sakit tau!?" "Aku lebih sakit ini!" Mbak Tania tentu saja sakit kakinya sampai terbuka lebar bahkan dres pendek yang dikenakannya sampai sobek.Mereka justru saling menyalahkan satu sama lain. Aku yang iba melihatnya berniat untuk membantu mereka untuk berdiri, namun dicegah oleh Bude Ratmi."Hati-hati lantainya licin, ada minyak tumpah," lirih Bude Ratmi mengatakannya sambil tersenyum. "Biar Bude yang atasi, kamu hati-hati duduk saja" "Maaf Nyonya, tadi saya bawa minyak, tapi sepertinya bocor makannya lantainya licin, ini mau di bersihkan tapi malah Nyonya sudah kayak gini." Bude kemudian m

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 59 Kejutan

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 59"Oke, ini sudah terlihat ya janinnya. Bagus, ukurannya juga sesuai dan jenis kelaminnya adalah ….""Tunggu!" Suamiku tiba-tiba menghentikan hasil pemeriksaan USG yang sedang aku jalani."Ya, Pak Bambang, ada apa?" Dokter Nia kemudian menatap suamiku yang tengah berdiri menemaniku."Tidak usah diberi tahu tentang jenis kelaminnya. Biarlah nanti jadi kejutan." Suamiku terus menggenggam erat tanganku. "Tapi, ada hal yang harus Anda ketahui Pak Bambang.""Apa jenis kelamin wajib diberitahu?"Dokter Nia tersenyum dan kembali melakukan pemeriksaan padaku. "Bukan itu, Pak." Aku terus menatap layar yang ada di monitor di depanku. Layar yang menampilkan janin dalam perutku.Dokter Nia kemudian mengatur kursinya sehingga kini menghadapku dan suamiku."Janin dalam perut Bu Seva tidak hanya satu, tapi dua," ucap Dokter Nia. Aku dan suamiku saling bertatapan mencerna ucapan Dokter Nia."Apa itu artinya—?" Aku ingin memastikan apa yang dokter Nia katakan itu sesuai de

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22

Bab terbaru

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 95 Tak diakui

    "Ehm, Pak Agus kalau pulangnya naik taxi online nggak apa-apa?" "Nggak apa-apa sih, Nona Bos, tapi mobilnya mau dibawa kemana?""Mau dibawa buat momong aki-aki," gurauku."Gimana Bos?" Pak Agus meminta persetujuan dari suamiku."Perintah istriku mutlak wajib dikabulkan," jawab suamiku. Pak Agus kemudian menyerahkan kunci mobil pada suamiku namun sebelum suamiku menerimanya aku sudah terlebih dahulu merebutnya."Aku yang nyetir," ucapku sambil berlalu menaiki mobil."Jangan lupa pasang safety belt ya Kek," candaku saat suamiku duduk di kursi penumpang sebelahku."Mohon maaf Cu, Kakek lupa cara pasangnya." Lah malah suamiku balik ledek."Oke, kita berangkat. Sesuai aplikasi ya," ucapku menirukan driver taxi online. Kemudian aku pacu mobil sedan Mercedes Benz keluaran terbaru berwarna hitam dengan kecepatan sedang."Kita mau kemana, Sayang?" tanya suamiku."Gimana kalau nonton bioskop?" usulku."Boleh, bentar Kanda booking dulu.""Eh, jangan donk, jangan main asal booking. Kita biasa a

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 94 Siapa mertuanya?

    Aku cukup kaget mendengar perintah suamiku, dan Seno pun terlihat langsung menunduk."Darimana kamu belajar nyetir?" tanya suamiku."Dari Bapak," jawab Seno lirih."Maaf Mas Mantu, Seno sebenarnya sudah ada satu tahun belajar nyetir, kadang dia yang antar pesanan ketring, tapi tetap dalam pengawasan bapak. Hanya saja, setelah bapak meninggal, Seno bawa sendiri. Kalau keberatan nanti biar mobilnya ditinggal disini," imbuh Ibu."Apa Kanda marah sama Seno?" tanyaku pada suamiku."Siapa yang marah?""Itu tadi minta mobil di tinggal disini.""Memangnya nggak boleh kalau ditinggal disini?" "Satu minggu lagi kan Seno tujuh belas tahun, bisa buat SIM sama KTP kenapa harus ditinggal disini mobilnya? Kalau ditinggal disini Ibu gimana anter pesanan ketring?" "Dinda jangan marah-marah dulu, belum selesai ngomong udah di protes." "Terus?""Itu mobil yang dibawa Seno udah ketinggalan model, masa anak muda kaya Seno bawa mobil kaya gitu, niatnya mau dibelikan yang baru …," jelas suamiku. "Tapi ka

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 93 Cinta yang sebenarnya

    Perhatian kini tertuju pada perempuan itu, ah iya aku ingat namanya Mayang.Mbak Nisa berbalik, karena perempuan itu datang dari arah belakang Mbak Nisa."Enak banget kamu mau melamar dia?!" pekik Mayang.Ivan yang tadinya berlutut kemudian berdiri menghampiri Mayang."Apa ada yang salah, Mayang?" tanya Ivan."Tentu saja ada!" jawab Mayang dengan nada tinggi. "Kalau kamu melamar dia, apa arti kedekatan kita selama ini?" "Kedekatan? Apa maksudmu? Bukankah dari awal aku sudah memberitahu tentang rencana ini?" tanya Ivan."Kalian selesaikan dulu masalahnya, aku pergi dulu," ucap Mbak Nisa."Tunggu, Nisa!" cegah Ivan."Ada apa lagi? Sudah jelas kan kalau dia berharap lebih pada kamu?""Tapi aku tidak ada maksud apa-apa sama Mayang, aku hanya mencintaimu Nisa ….""Aku juga," jawab Mbak Nisa lirih. "Tapi aku tidak mau ada orang lain yang sakit hati dengan hubungan kita.""Katakan sekali lagi Nisa, apa kamu mencintai Ivan?" tanya Mayang."Maaf, kalau aku salah. Aku memang masih sangat menci

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 92 Will you marry me?

    Setelah dilakukan cek darah, dia terkena tipes dan itu sudah lumayan parah," jelas Dokter. "Dia harus rawat inap di rumah sakit," imbuh Dokter."Lakukan yang terbaik untuk putri saya Dok," ucap Ayah Riska."Rawat dia di ruang VVIP, akan aku booking satu lantai untuk dia," ujar suamiku."Tuh, Ris, ucapan adalah doa. Kamu kan dulu pengen booking satu lantai sekarang kesampaian." "Ya kali harus sakit dulu kaya gini," elak Riska. "Ehm, aku cancel deh buat booking satu lantai, mending pulang aja. Boleh nggak, Dok?" pinta Riska."Nggak bisa. Apa kamu mau sakitmu tambah parah?" Riska akhirnya pasrah harus opname di rumah sakit. "Terimakasih Pak Bambang, sudah sangat peduli dengan anak kami," ucap Ayah Riska saat aku dan suamiku hendak pulang."Tidak apa-apa. Riska adalah sahabat baik istriku, dia sudah saya anggap sebagai—""Stop Pak Bambang!" sergah Riska. "Jangan anggap aku sebagai istrimu!" Mendengar ucapan Riska, Ibu Riska langsung memukul kaki Riska."Astaga! ini bocah kalau ngomong

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 91 Riska kenapa?

    "Maaf Va, tapi benar-benar perutku mual," ucap Riska."Nggak apa-apa." Aku mendorong kursiku kemudian mendekati Riska. Aku pijat tengkuk lehernya, agar dia merasa lebih baik. "Jangan-jangan dia hamil," ucap seseorang yang duduk di meja sebelahku."Apa maksudmu mengatakan hal itu?" tanyaku padanya."Ya nggak apa-apa. Sekarang lihat deh, dia muntah-muntah di pagi hari, bukankah pas sama ciri-ciri orang hamil?""Kalau ngomong disaring dulu mulutnya! Nggak tau apa-apa udah ngomong hamil!""Loh, kok kamu nggak terima?!""Kirim aja nggak gimana aku mau terima? Dasar aneh, kenal juga nggak udah main tuduh!" Ingin aku menyiram muka perempuan itu dengan teh yang ada diatas meja, tapi tanganku malah ditarik oleh Riska."Va … aku pulang aja ya," ucap Riska."Aku anterin ya," usulku pada Riska."Nggak usah, aku naik taksi online aja, kamu kan ada kelas pagi," tolak Riska."Udah, nggak usah dipikirin," jawabku.Aku kemudian membantu Riska untuk berdiri dan memapahnya."Maaf Va, ngrepotin kamu," u

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 90 Ulat bulu tak mau menyerah

    "Va, kamu selalu bawa kan?" tanya Riska. Entah apa maksudnya malah tanya seperti itu."Bawa apaan?" "Permen!" jawab Riska ketus. "Botol Va, botol."Auto mikir dengan ucapan Riska. Aku ingat-ingat tentang botol, yang terlintas di otak malah bayangan tampan suamiku. Aku geser kembali bayangan suamiku, yang keluar malah Song Joong Ki. Hih! Ni otak kenapa mendadak pintar!"Kelamaan mikir kamu, Va!" hardik Riska. Dua orang laki-laki itu sudah sangat dekat jaraknya dengan kami. "Om-om! Lihat deh, ke atas," ucap Riska."Ada apa di atas?" tanya salah satu laki-laki itu."Itu ada cicak bawa koper, kayaknya keberatan deh. Bantuin dulu gih Om," jawab Riska membuatku tepuk jidat. Bisa-bisanya dia bercanda disaat seperti ini."Ngledek kamu, hah?!" bentak laki-laki itu."Siapa yang ngeledek?" elak Riska. "Kalau yang ini beneran deh, tuh lihat dipojokkan," tunjuk Riska pada benda kecil yang terpasang di langit-langit pojok lift. "Kasih lihat giginya dulu, Om!" perintah Riska. Yang lebih mencengang

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 89 Dia mengancam

    "Mbak … Mbak Nisa kenapa?" Aku beranikan diri untuk bertanya pada Mbak Nisa karena semakin lama air mata Mbak Nisa semakin banyak mengalir di pipi."Mbak Nisa nangis pengin balon? Atau mau kue ulang tahun? Nanti Riska ambilkan, tapi jangan nangis ya …" hibur Riska."Kenapa rasanya sakit kaya gini? Seharusnya aku biasa saja. Aku sudah menolaknya, tapi aku sakit melihatnya dengan perempuan lain," ucap Mbak Nisa terisak."Apa itu karena Ivan Mbak?" tanyaku pada Mbak Nisa. "Kenapa Mbak Nisa menolak lamaran Ivan kalau Mbak Nisa cinta sama dia?""A—aku takut dia kecewa Va. Kamu kan tau aku nggak bisa kasih dia keturunan dulu juga ibunya menentang hubungan kami karena hal itu.""Waktu mau melamar Mbak Nisa kan ibunya sudah merestui Mbak, kenapa Mbak Nisa tetap menolaknya?""Aku takut Va, takut jika suatu saat ibunya kembali mengungkitnya.""Mbak Nisa sekarang masih cinta sama Ivan?""Dari dulu aku nggak pernah mencintai laki-laki lain selain dia, bahkan setelah aku meninggalkannya ke Austral

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 88 Kenapa dengan Nisa?

    Malamnya kami sudah sampai di tempat Ibu. Mbak Nisa malah sudah sampai terlebih dahulu karena Mbak Nisa dari kantor langsung ke tempat Ibu. Kue yang aku pesan juga sudah sekalian dibawa sama Mbak Nisa.Di ruang tamu para tamu datang berkumpul untuk mengirimkan doa untuk Bapak."Va, kuenya enak," ucap Riska saat baca doa telah selesai."Hmmmm, makan terus kamu kerjanya! Bukannya ikut kirim doa!" sungutku pada Riska."Aku kan lagi halangan, Va," jawabnya dengan mulut penuh makanan. "Halah! Alasan aja kamu!" timpal Mbak Nisa. "Aku perhatiin kok dari tadi kamu sibuk sama kacang di depan kamu. Tuh lihat kulitnya aja paling banyak di depan kamu." "Lah kan biar pas, nanti kalau kulitnya di buang jadinya kacang yang lupa sama kulitnya," elak Riska.Pukul sembilan malam akhirnya acara telah selesai, semua tamu sudah kembali ke rumah masing-masing. Kami memutuskan untuk menginap di rumah Ibu."Ris, kamu masih ngunyah?" tanya Mbak Nisa saat Riska masih menikmati bola-bola coklat yang ada di de

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 87 Terkuaknya identitas

    Bi Asih kemudian mematikan sambungan teleponnya dan berbalik."Nyo—nya," ucap Bi Asih gelagapan. Mukanya menunduk tak berani menatapku."Iya ini saya. Kaget?!" "Ti—tidak Nyonya, saya kira Nyonya masih di kamar sebelah," jawab Bi Asih melawan rasa gugupnya."Sudah dari tadi saya disini. Mana ponselmu?" Bi Asih kemudian merogoh saku bajunya dan menyerahkan ponsel kepadaku, yang diserahkannya justru ponselku padahal sudah jelas yang aku minta adalah ponsel Bi Asih. Aku terima saja ponselku dan aku masukkan kantong bajuku."Ponsel Bi Asih mana?" tanyaku."Bu—bu—buat apa Nyonya?" "Nggak usah banyak tanya! Saya sudah tau semuanya! Cepat berikan ponsel kamu!" teriaku.Bi Asih kaget dengan suara nada tinggi yang aku keluarkan. Tangannya langsung bertindak cepat merogoh saku kemudian menyerahkan ponsel miliknya padaku."Ada apa Dinda?" tanya suamiku yang baru saja terbangun. Mungkin dia kaget dengan suara kerasku."Maaf Kanda, sudah membuat Kanda kaget sampai terbangun," jawabku pada suamik

DMCA.com Protection Status