KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 58Aku mendekat menuju sumber suara."Aduh! Kenapa ini lantainya licin sih?" "Makannya jangan kualat kamu jadinya jatuh. Mbak duluan yang masuk toilet!" Mbak Tania melangkahi Mbak Lidiya yang terbaring akibat jatuh. Namun, belum lagi langkahnya sampai, kaki yang satu justru terpleset sehingga tubuhnya menimpa tubuh Mbak Lidiya."Aduh Mbak, kenapa malah jatuh di atasku? Sakit tau!?" "Aku lebih sakit ini!" Mbak Tania tentu saja sakit kakinya sampai terbuka lebar bahkan dres pendek yang dikenakannya sampai sobek.Mereka justru saling menyalahkan satu sama lain. Aku yang iba melihatnya berniat untuk membantu mereka untuk berdiri, namun dicegah oleh Bude Ratmi."Hati-hati lantainya licin, ada minyak tumpah," lirih Bude Ratmi mengatakannya sambil tersenyum. "Biar Bude yang atasi, kamu hati-hati duduk saja" "Maaf Nyonya, tadi saya bawa minyak, tapi sepertinya bocor makannya lantainya licin, ini mau di bersihkan tapi malah Nyonya sudah kayak gini." Bude kemudian m
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 59"Oke, ini sudah terlihat ya janinnya. Bagus, ukurannya juga sesuai dan jenis kelaminnya adalah ….""Tunggu!" Suamiku tiba-tiba menghentikan hasil pemeriksaan USG yang sedang aku jalani."Ya, Pak Bambang, ada apa?" Dokter Nia kemudian menatap suamiku yang tengah berdiri menemaniku."Tidak usah diberi tahu tentang jenis kelaminnya. Biarlah nanti jadi kejutan." Suamiku terus menggenggam erat tanganku. "Tapi, ada hal yang harus Anda ketahui Pak Bambang.""Apa jenis kelamin wajib diberitahu?"Dokter Nia tersenyum dan kembali melakukan pemeriksaan padaku. "Bukan itu, Pak." Aku terus menatap layar yang ada di monitor di depanku. Layar yang menampilkan janin dalam perutku.Dokter Nia kemudian mengatur kursinya sehingga kini menghadapku dan suamiku."Janin dalam perut Bu Seva tidak hanya satu, tapi dua," ucap Dokter Nia. Aku dan suamiku saling bertatapan mencerna ucapan Dokter Nia."Apa itu artinya—?" Aku ingin memastikan apa yang dokter Nia katakan itu sesuai de
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 60"Kalian harus menjaga istri saya dengan baik, melayaninya, dan pastikan kalau istri saya tidak kelelahan ataupun kekurangan. Penuhi apapun yang istri saya inginkan. Pastikan istri saya jangan sampai terluka, kalau sampai saya temukan luka lecet pada istriku, saya tidak akan segan-segan memecat kalian! Apa kalian paham?!" "Paham Tuan!" jawab mereka serentak."Kalau kerja kalian bagus dan sampai nanti kedua anak saya lahir, gaji kalian akan naik jadi tiga kali lipat," lanjut suamiku."Ti—ga kali lipat Bos? Itu artinya?" Pak Agus mulai menghitung jarinya bersama yang lain. Mereka mulai berbisik dan tertawa."Tunggu … Pak Bambang tadi bilang dua anak lahir? Maksudnya apa ya Pak Bambang?" tanya Bude Ratmi. Mereka yang tadinya asyik menghitung kini terdiam dan mulai berpikir sama seperti Bude Ratmi."Apa Nyonya hamil anak kembar?" tanya Bi Ratih.Suamiku kemudian mengelus perutku. "Ya, istriku sedang hamil anak kembar." "Wuaaaaaaa!"Mereka menjerit dan melompa
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 61Aku yang melihatnya tak sanggup menahan air mataku. 'Pulanglah Mbak, Seva juga kangen sama Mbak Nisa.' Akhirnya video call itu justru berakhir dengan drama haru. Mbak Nisa akan berusaha untuk pulang dalam waktu dekat ini katanya.***Siang ini kami kembali lagi ke rumah, suamiku tidak ikut pulang tapi lanjut ke kantor, ada urusan katanya jadi aku diantar oleh Riska sementara Bapak dan Ibu sudah pulang terlebih dahulu."Sebentar Nyonya, saya turun dulu biar saya yang buka pintu mobil buat Nyonya," ucap Bi Ratih."Benar-benar kamu udah kaya permaisuri Va," ucap Riska sambil geleng-geleng. "Kamu tau? Ingin sekali aku menolaknya tapi nanti Bi Ratih ngadu sama suamiku dan akhirnya nanti panjang urusannya." Ya, bukan sekali aku protes, risih rasanya. Pintu mobil akhirnya dibuka oleh Bi Ratih dan aku dibantunya untuk turun dari mobil. "Va, aku langsung balik ya, mau langsung ke kampus ada kuliah." "Oke, kamu hati-hati ya, makasih udah nganter aku." Mobil Risk
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 62"Nona Bos! Awas … !" Pekik Pak Agus. Aku yang sedang ngobrol dengan Bi Ratih reflek melihat ke belakang. Mobil sedan hitam sedang melaju kencang ke arahku. Ya Tuhan, lindungi aku … Bi Ratih langsung mendorongku, adegan yang begitu spontan membuatku kaget tak bisa menyeimbangkan bobot tubuhku. Bahu ini terasa ada yang mencengkram, dan bagian belakang tubuhku terasa ada yang menopangnya sehingga tubuhku kembali seimbang. Mobil sedan yang tadinya melaju kencang kini berhenti di bahu jalan namun tak lama kemudian melaju kembali."Terimakasih Pak Agus, untung Pak Agus menyelamatkanku." "Sama-sama Nona Bos, apa Nona Bos terluka?"Tidak Pak, hanya kaget saja." "Nyonya nggak apa-apa?" tanya Bi Ratih."Nggak apa-apa, untung kalian menyelamatkanku.""Sepertinya Agus kenal dengan mobil itu.""Saya juga kenal Pak Agus, tapi biarlah ini rahasia diantara kita, jangan beritahu ke suamiku ya …." Aku hanya takut hubungan ayah dan anak itu semakin renggang, ya walaupun
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 63"Ups, kelepasan aku." Riska menutup kedua mulutnya. Sepertinya ada yang Riska sembunyikan dariku."Kamu mau main rahasia sama aku? Kalau iya, bye! Cukup sekian persahabatan kita!" Aku mengancam Riska agar dia mau bercerita."Iya, iya, bumil mah gitu hawanya emosi mainnya ngancem mulu. Jadi, tadi aku ditembak sama dosen ganteng yang dulu aku ceritain itu loh." Aku mencoba mengingat tentang cerita Riska. Dulu dia sempat cerita kalau dosennya ada yang ganteng tapi galak."Iya aku ingat sekarang, terus gimana? Kamu terima?" tanyaku penasaran."Aku bilang aku jawab seminggu lagi, ya kali aku langsung jawab iya, nanti dibilang aku ngebet sama dia.""Lah, padahal emang iya kan?" tukasku. Riska hanya tersenyum simpul."Nyonya, sudah siap rekaman? Ini Tuan sudah mengingatkan." Bi Ratih mengingatkanku untuk minum susu."Rekaman apa, Va?""Rekaman minum susu hamil," jawabku singkat."Wuiiih, kamu sekarang endorse susu hamil? Kurang duit kamu sampai endorse susu?" "M
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 64"Nanti juga Dinda tau. Bawa masuk, Gus!""Siap Bos!"Tak lama berselang datanglah dua orang laki-laki dengan mendorong yang aku tau itu adalah mesin pendingin untuk es krim.Mereka kemudian mengaturnya sesuai dengan arahan dari Pak Agus."Kamu mau jualan es krim, Va?" bisik Riska."Nggak tau." Setelah mesin tertata kedua laki-laki itu kemudian datang lagi dengan membawa dus yang yang berisi es krim dan menatanya ke dalam freezer."Sudah selesai, Bos!" Kami kemudian mendekati freezer es krim. Freezer sudah penuh dengan berbagai macam es krim tapi yang paling banyak adalah yang kemasan cup."Ini maksudnya apa Kanda?""Ya, ini semua buat Dinda. Kanda tadi sempat membaca artikel kalau pengin bayinya gede disuruh makan es krim, ya udah Kanda beli ini semua biar nggak repot kalau mau makan tinggal ambil." Astaga, apa lagi ini?"Asyiiik es krim, boleh minta nggak?" Suamiku kemudian menganggukkan kepalanya.Riska kemudian menggeser tutup es krim dan memilihnya.
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 65Aku yang sedang bersantai sambil membaca buku langsung menutupnya."Bi, Bude Ratmi sudah tau belum?" "Sudah, Bude sedang mengawasi di dapur." "Baiklah, aku akan keluar.""Nyonya, hati-hati ya, sepertinya dari raut wajah Nyonya Tania dia sedang marah." Bi Ratih memperingatkan aku agar hati-hati dengan Mbak Tania. Sepertinya mereka belum kapok dengan usaha mereka yang selalu gagal."Bibi jangan jauh-jauh dari Seva ya," pintaku pada Bi Ratih."Iya Nyonya, Bibi akan selalu di dekat Nyonya." "Selamat siang Mbak Tania, apa kabar?" ucapku basa-basi saat menemui Mbak Tania."Siang juga!" jawabnya ketus."Ada apa ya Mbak?" Aku langsung mengambil tempat duduk di depannya. Kemudian Mbak Tania terlihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya, dan memberikan secarik kertas untukku.'SENO ADIKMU ADA PADAKU, KALAU MAU ADIKMU SELAMAT IKUT BERSAMAKU! SENDIRIAN! JANGAN SAMPAI ADA YANG TAU! KALAU SAMPAI ADA YANG TAU ADIKMU JADI TARUHANNYA!!!!'Mataku tak berkedip membaca tuli