KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 66POV Author"Mobil Mbak Tania yang dari tadi mengikuti kini berjalan melambat, sementara motor Bude Ratmi menyalipnya. Saat jarak motor Bude sudah sedikit jauh tiba-tiba mobil Mbak Tania melaju kembali dengan kencang dan menabrak motor Bude Ratmi dari belakang dengan keras. "Bude ….!" teriak Seva spontan."Ha ha ha, mamp** dia!" Andra yang menghentikan laju mobil kemudian melihat ke belakang justru malah mengucap sumpah serapah untuk Bude Ratmi."Aku mohon, bantu Bude Ratmi," pinta Seva disela isak tangisnya."Ngapain juga harus dibantu? Biarin aja terus disitu! Biar dia merasakan sakit tanpa ada yang menolong!""Mas, nanti kalau ada orang yang lewat malah bisa-bisa kita ketahuan loh," ucap Iqbal."Aku nggak peduli! Ketahuan juga nggak apa-apa!" sahut Andra."Seva mohon … jangan biarkan Bude sendirian … apa kalian nggak kasihan melihatnya?" "Kasihan? Ck, apa arti dari kasihan?" Andra sudah benar-benar tertutup mata hatinya."Mas Andra, bawa aja deh dia, n
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 67POV Author Dengan perasaan was-was mereka mulai menyalakan ponsel. Layar ponsel kemudian menampilkan logo dari merk ponsel tersebut. Akhirnya ponsel itu benar-benar menyala."Coba kamu kirim pesan ke suamimu Va," usul Bude Ratmi."Telepon aja gimana Bude?""Pulsanya nggak cukup, Va," sahut Bude. "Buruan Va, kirim pesan keburu mereka datang.""Iya Bude." [ Kanda, aku dibawa sama Mbak Tania dan Mbak Lidiya juga suaminya. Tempatnya ada di hutan tapi entah dimana. Bude Ratmi sama aku. Jangan telepon ] ok send."Bude, semoga pesanku langsung dibaca ya oleh suamiku." Seva melihat layar di ponsel waktu menunjukkan pukul dua dini hari itu artinya Seva sudah melakukan perjalanan yang cukup panjang, bisa jadi Seva sudah di luar kota. Ah, sial baterai ponsel tinggal satu garis itu artinya tidak lama lagi ponsel ini akan kehabisan daya, Seva merutuki kesialannya sendiri.***Sementara itu, dilain pihak suami Seva sedang mengerahkan anak buahnya untuk mencari istr
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 68POV Author"Bawa mereka ke gudang! Sekarang!" Akhirnya Seva dan Bude Ratmi dibawa ke gudang di sebelah rumah. Seva yang sudah dalam kondisi lemas hanya bisa pasrah tak mampu melawan. Andra langsung mengikat tangan Seva dan Bude Ratmi di belakang kursi di dalam gudang. "Oke Mamih Tiyi, kita main-main sebentar …" ucap Andra."Kalian semua tidak punya hati!" teriak Seva sembari berusaha terus melepaskan ikatan di tangannya."Tidak punya hati katamu?! Kamu yang tidak punya hati! Gara-gara kamu ayah tidak mau memberikan bisnisnya, gara-gara kamu juga ayah tidak mau membagi warisannya! Dan gara-gara kamu juga uang jatah untuk kita tak lagi sebesar dulu! Bahkan sekarang ayah sudah memecat suamiku, pasti itu semua atas hasutanmu! Semua gara-gara kamu!"Plak!Tania melayangkan tangannya pada pipi Seva. Seva menatap mata Tania dengan tatapan tajam dan nafas memburu."Kalian pantas mendapatkannya! Kalian orang-orang yang tidak tau balas budi! Apa kalian tidak inga
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 69POV Seva"Diam kamu …!" teriak Andra.Dor!Tiba-tiba terdengar suara tembakan diiringi dengan jerit kesakitan."Aaaaaaaaaaa…!"Aku yang terkulai lemas sontak kaget dengan suara tembakan dan jeritan. Rasa penasaran dan rasa ketakutan berkumpul menjadi satu. "Mas Andra …!" teriak Mbak Tania. Bersamaan dengan suara teriakkan Mbak Tania, tumbang juga sosok di samping kananku.Seketika orang yang di gudang mengalihkan perhatian pada Mas Andra."Dinda … " Suamiku memelukku erat, sementara tanganku sedang dibuka ikatan talinya."Kanda …'' Aku langsung membalas pelukan suamiku setelah ikatan di tanganku terlepas. Aku tumpahkan air mata ini di pelukkan suamiku. "A—ku ta—kut" ucapku tercekat. Aku semakin mempererat pelukanku."Sssttt … Dinda tenang ya, Dinda sudah aman, maaf, Kanda terlambat ….""Mas Andra … bangun Mas!" Terdengar suara Mbak Tania yang memanggil nama suaminya yang kini terkapar akibat terkena tembakan. Sementara Mas Iqbal dan Mbak Lidiya ikut meng
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 70Aku terbangun ketika mencium bau minyak kayu putih yang sangat terasa. Begitu aku membuka mata terlihat ruangan serba putih dan juga botol infus yang tergantung."Dinda sudah sadar …" Suamiku duduk di samping ranjangku, menatapku lekat.Aku mengusap perutku ingin memastikan kandunganku baik-baik saja. Syukurlah, perutku masih buncit dan aku masih bisa merasakan anak dalam kandunganku yang bergerak."Anak kita baik-baik saja, jangan khawatir." Ternyata suamiku paham dengan yang aku pikirkan, aku bernafas lega. "Dinda pengen sesuatu?" tanya suamiku. Aku menggelengkan kepalaku. Pintu ruangan terbuka kemudian masuklah Riska, Nisa dan juga Bude Ratmi, mereka kemudian mendekatiku."Alhamdulillah, Seva sudah sadar," ucap Bude Ratmi."Bude gimana? Kakinya udah diobati?" tanyaku lirih. Aku ingat kemarin Bude jalannya pincang katanya kakinya terkilir."Nggak apa-apa Va, udah diperiksa juga kok.""Oh iya, Nisa tadi beli jus loh, sama kue. Seva makan ya, biar ada ten
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 71"Sepertinya jarumnya terlepas.""Sebentar Kanda panggilkan perawat." Suamiku lantas memanggil perawat melalui alat yang terpasang di samping ranjang.Tak lama berselang perawat datang bersama dengan dokter kemudian memeriksa keadaanku."Ini infusnya dilepas saja nggak apa-apa, kondisi Bu Seva juga sudah membaik," ucap Dokter."Berarti sudah boleh pulang?" tanyaku pada Dokter."Besok pagi USG ya, kalau semuanya baik nanti boleh pulang. Suster, nanti dilepas saja infusnya ya.""Iya, Dok," jawab perawat itu. Perawat yang sama yang tadi datang disaat moment yang kurang tepat."Baiklah Bu Seva, saya permisi dulu." "Iya Dok, terimakasih."Perawat mulai mengambil infus yang terpasang di tiang kemudian menurunkannya. Plester di tanganku juga mulai di lepas, yang jadi persoalan kenapa perawat itu senyum-senyum sendiri. Terkadang dia mencuri pandang kepadaku lalu ke suamiku. Wajahnya juga memerah dan selalu menunduk."Sudah selesai Bu, saya permisi." Perawat itu ke
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 72"Mbak Nisa yang terlihat berjalan dengan seorang laki-laki yang wajahnya tak asing buatku. Mereka terlihat akrab dan saling bercanda. Reflek aku menggenggam erat tangan suamiku.Laki-laki yang dulu pernah menjadi guru homeschooling ku, laki-laki yang pernah mengutarakan perasaan sukanya padaku dan laki-laki itu pula yang telah menghina suamiku. Ya dia adalah Pak Bagas!Ada hubungan apa Mbak Nisa dengan Pak Bagas?"Kanda …." Lirih aku memanggil suamiku agar dia tau apa yang aku pikirkan. "Ya, Sayang," jawab suamiku sambil tersenyum. Apa suamiku nggak ingat dengan laki-laki yang bersama Mbak Nisa ya?Mbak Nisa dan Pak Bagas kini semakin mendekat, aku yang takut mundur berlindung di belakang badan suamiku."Selamat siang Om, siang Seva" sapa Pak Bagas. Aku tak membalasnya justru aku menundukkan wajahku. Malas rasanya melihat Pak Bagas. "Sepertinya Seva masih takut sama aku."Aku mendongakkan wajahku setelah mendengar ucapan Pak Bagas. "Kamu harus tanggung ja
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 73Aku tepuk jidat sampai lupa kalau belum tau jenis kelamin anakku. Aku kembalikan baju bayi itu pada tempatnya, kemudian aku pilih model baju dan warna yang netral."Kalau nanti anak kita lahir dan sudah tau jenis kelaminnya kita beli baju lagi ya … atau baju yang tadi Dinda pengin, beli saja nggak apa-apa, barangkali nanti anak kita perempuan." "Nggak apa-apa Kanda, kita pilih baju yang lain saja ya," jawabku sambil tersenyum.Setelah puas belanja kami melanjutkan dengan makan di restoran di mall. Kami semua berkumpul bersama.Terlihat mereka sudah menenteng barang belanja mereka.Suamiku memanggil pelayan restoran untuk meminta meja digabung menjadi satu agar kita semua bisa makan bersama tanpa terpisah."Dinda duduk disini ya" Suamiku menyeret kursi dan membantuku untuk duduk. "Ratih, kamu tidak lupa membawanya kan?" tanya suamiku pada Bi Ratih."Tidak Tuan, apa mau saya buatkan sekarang?""Tidak usah, biar saya yang membuatnya." Bi Ratih kemudian meny