Bab 29A"Nayla, ini benar-benar kamu Nay?" Pak Rusdi tercengang melihat penampilan Nay yang memakai hijab. Ia segera memeluk putrinya dan mengucap syukur tak henti-hentinya."Bapak nih, lupa sama anak sendiri," gerutu Nay dengan nada candanya. Pak Rusdi hanya menggelengkan kepala. Sedetik kemudian pandangannya beralih pada laki-laki yang berdiri di belakang putrinya ternyata laki-laki yang sama dengan penolongnya tadi."Nak Aryo?!" seru Pak Rusdi dengan raut heran."Ya, Pak.""Ini Pak Aryo teman Nay, Pak.""Pak Aryo?" Kening Pak Rusdi berkerut semakin dalam. Aryo yang tanggap langsung memberi kode pada Nayla."Maksud Nay, Mas Aryo, Pak. Teman Nay di kampus." Nayla menggaruk kepalanya yang tertutup pasmina. Ia segera mengajak bapaknya pulang supaya tidak bertanya lebih jauh.Lima belas menit akhirnya Nay sampai di rumahnya karena Aryo memesankan taksi untuk mereka bertiga pulang ke rumah. Nay memaksa bapaknya ikut pulang supaya menemani Aryo ngobrol."Silakan diminum Nak Aryo! Saya Ran
Bab 29B"Jadi Nak Aryo teman kamu dan Mika di kampus?" lanjut Pak Rusdi."Bukan teman, malahan Mas Aryo dosen Nay di kampus.""Apa?!""Maaf ya, Nak Aryo harus menunggu lama." Pak Rusdi dan bu Ranti sudah berhenti mengobrol di belakang setelah Nay memberi kode terlalu lama meninggalkan Aryo sendirian."Tidak apa-apa, Pak, Bu.""Nak Aryo bukan teman Nayla di kampus?" Aryo tersentak dengan pertanyaan tak terduga Pak Rusdi, terlebih wajah serius tercetak di sana. Niat hati tidak ingin menunjukkan identitas di depan keluarga Nayla sebelum waktunya. Namun justru Pak Rusdi sedang menanyainya saat ini."Maaf, Pak," ucap Aryo Lirih. Ada kekhawatiran jika Pak Rusdi marah mengetahui dirinya menutupi identitas."Benar, saya dosen Nayla di kampus, Pak, Bu." Melihat ekspresi tak terbaca di wajah orang tua Nayla, Aryo menelan salivanya. Ia menarik napas panjang untuk memberikan penjelasan."Saya minta maaf sebelumnya, Pak, Bu. Saya serius ingin menjadikan Nayla sebagai pendamping hidup saya." Nayla
Bab 30"Siapa, ya?" " Cuci muka dulu, ada mbeleknya?""Siapa tamunya?""Hmm, itu lihat aja sendiri. Laki-laki seumuran kita kayaknya."Nayla merasa tidak punya janji. Ia penasaran lalu masuk ke kamar mengambil pasmina dan memakainya dengan cepat."Assalamu'alaikum." Terdengar salam yang membuat Nay merasa gugup, lalu ia menjawab dengan sedikit terbata. Ternyata ada Andra yang datang ke kosnya tanpa memberitahu terlebih dahulu. Sontak Nay segera mengusap wajah yang masih tecetak bekas bantal. Sedikit penyesalan dirasa, Nay tidak sempat membasuh mukanya."Nay ke mana aja? Aku khawatir sampai mencarimu kemana-mana. HP mu kenapa tidak bisa dihubungi, pesanku juga nggak dibalas. Kamu sehat-sehat aja, kan?" Begitu banyak rentetan pertanyaan yang diutarakan Andra ke Nayla menunjukkan kekawatiran. Nay mendaratkan badannya di kursi karena lelahnya perjalanan belum sepenuhnya hilang. Entah kenapa teman sebelah kamar datang membawakan minuman hangat dan cemilan. Meskipun Cici sedang pulang kam
Bab 30BTak lama kemudian Andra muncul menenteng bungkusan berisi bubur ayam. Menunggu beberapa menit, akhirnya Nay sudah berubah penampilan membuat Andra terkesima. Mereka makan bersama di ruang tamu. Andra tak sesekali melirik ke arah Nayla."Sejak kapan berhijab?" Andra bertanya dengan menyunggingkan senyum."Belum ada sebulan," jawab Nay dengan nada biasa, walau dalam hati terasa jumpalitan. Benaknya masih terusik dengan layar ponsel My Love berganti Cindy."Cantik." Ucapan singkat yang membuat hati Nay mengembang sekaligus berkecamuk."Makasih.""Jilbabnya yang cantik.""Ckk, sudah kuduga." Nay sudah mendengkus kesal."Jangan marah. Teruskan niat baikmu, Nay. Aku mendukungmu, cantik luar dalam." Sudut bibir Andra terangkat ke kanan dan kiri membuat jantung Nay berdebar kencang. Menghela napas dalam, Nay tidak ingin terlihat gugup di depan Andra."Gimana kabar Mbak Cindy, Mas? Nayla memberanikan diri me
Bab 31 A"Apa Mas Andra balik lagi?" batin Nay. "Kenapa balik lagi, Mas An...?" Nay tercengang melihat sosok yang memunggunginya berbalik menghadap ke arahnya. Belum selesai bicara, Nay dikagetkan oleh kedatangan tak terduga Aryo yang berdiri menjulang di ambang pintu. Aura dingin di wajahnya sungguh menusuk hati. Nay hanya bisa menelan salivanya. "Mas Aryo," ucapnya terbata. "Kamu tidak mempersilahkan tamu untuk duduk, Nay?" Nayla tergagap, lalu buru-buru mempersilakan Aryo duduk. "Silakan duduk Pak, eh Mas. Kenapa Mas balik lagi?" tanya Nayla yang berusaha santai dengan raut ceria seperti tidak terjadi apa-apa. "Memangnya tidak boleh? Biar kamu bisa berduaan sama Andra, ya? jawab Aryo dengan sikap dingin membuat Nay merasa salah ngomong. Dia bingung mau bicara apalagi. "Maaf Mas, saya juga nggak tahu Mas Andra ke sini. Pas saya turun dari taksi tadi dia udah ada di sini." Nay bicara pelan-pelan agar Aryo tidak marah. "Jadi dia baru pulang sejak tadi pagi? tanya Aryo dengan
Bab 31B"Mas nggak tidur beneran?" tanya Nay dengan wajah memerah. "Nggaklah." Tawa Aryo meledak membuat Nay mendecis kesal dikerjai. "Jahat." "Biarin. Membalas tadi karena kamu sudah makan bareng laki-laki lain." "Mas! Dia bukan laki-laki lain. Mas Andra temanku," pekik Nay tak terima. Wajahnya bersungut. Bibirnya pun mengerucut. "Nggak usah mengerucutkan bibir. Astaghfirullah." Nay terhenyak melihat Aryo beristighfar lalu menggelengkan kepala. "Ckk, gini kalau ngobrol sama orang dewasa. Pikirannya mes*m," celetuk Nay sambil menutup mulutnya karena keceplosan. "Sepertinya saya berubah pikiran. Nggak jadi melamarmu bulan depan, Nay." "Maksudnya?" Nay mengernyitkan keningnya. "Tapi melamarmu minggu depan." "Oh, tidak!" jerit Nay yang dibalas dengan tawa Aryo. "Bercanda, Nay. Saya sih siap aja." "Jangan Mas! Saya perlu menyiapkan mental dulu." "Ya, betul. Kamu harus siap mental menjadi Nyonya Aryo Syailendra sekaligus ibu dari anak-anaknya nanti." Nay tersipu malu dengan uc
Bab 32Sebulan kemudian, lamaran Aryo untuk Nayla telah berlangsung. Nay tidak menyangka semua dimudahkan dan dilancarkan termasuk menata hatinya untuk meraih cinta-Nya. Nay merasakan kelegaan saat mama dan papa Aryo bersikap baik padanya. Keduanya seolah menunjukkan keikhlasan menerimanya sebagai menantu. Nay menganggapnya sebagai sebuah motivasi untuknya menempatkan diri dengan baik di keluarga Aryo. "Nayla!"jerit Cici dan Mika bergantian memeluk Nayla di taman kampus. "Ada apa sih, heboh bener?" celetuk Riyan. Sahabat laki-laki satu-satunya yang mereka punya. "Tahu nggak, Yan? Nay lagi dekat sama Pak Aryo. Duh, pantesan aja mukanya cerah plus merah merona hari pertama masuk liburan." Cici tak henti-hentinya mengoceh di hadapan ketiga sahabatnya. Namun, mereka bertiga yang mendengar hanya menahan senyum seraya memegangi perutnya. Tak kuasa menahan, gelak tawa pun akhirnya keluar dari mulut Mika dan Riyan, sedangkan Nay hanya memberi kode dengan pelototan mata. "Apaan, sih? Apa a
Bab 32B"Sebenarnya, aku..." ucapan Andra nyatanya hanya tertahan di dalam benaknya. Nay menghentikan langkahnya, berpura-pura membenahi pasminanya seraya berkaca di sebuah ruang sepanjang koridor. Tanpa diduga, Andra justru semakin merapatkan diri hingga jarak mereka terkikis. Aroma parfum yang dihafal Nay menyeruak ke indra penciuman membuat Nay menghirupnya dalam lantas memejamkan mata. Sedetik kemudian Nay membuka matanya lebar. Ia sadar tidak ingin tenggelam dalam fatamorgana. "Nay," bisik Andra sangat dekat di telinga kiri Nay dari arah belakang. Tak pelak Nay berjengkit kaget dengan tindakan Andra. "Mas! Ini di kampus." Nay memberi jarak dengan langkah menggeser ke kanan. Jantungnya jelas bertalu-talu, wajahnya pun sudah memerah. Andra spontan terbahak melihat respon Nay yang terkejut oleh ulahnya. "Ini lho, aku cuma mau meniup semut di jilbabmu," ujar Andra dengan wajah gemas. Ingin tertawa khawatir Nay ngambek. "Astaga," saking kagetnya, Nay tidak bisa menopang tubuhnya