Share

Masih Harus Menunggu

Penulis: Isti12
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-14 09:46:25

Dengan tas kecil di punggung dan beberapa tumpuk buku di pelukannya, Arandra berdiri di trotoar depan kampusnya. Menunggu Axellino menjemput. Sudah lebih dari setengah jam, tapi lelaki itu belum sampai juga.

Arandra meletakkan ponselnya di telinga setelah menjawab panggilan dari Axellino. Lelaki itu meneleponnya.

["Kau masih menungguku?"]

Arandra mengangguk. Tapi sadar Axellino tidak bisa melihatnya, wanita itu kemudian menjawab 'ya'.

["Mobilku tidak bergerak sama sekali. Di sini benar-benar macet. Kau pulang saja lebih dulu bersama supir mu, hm?"]

"Tidak mau. Aku akan menunggumu," balas Arandra. Axellino sudah memintanya pulang lebih dulu sejak mobilnya mulai terjebak macet. Tapi Arandra tetap keras kepala menunggunya. Tidak peduli pada awan yang menghitam, yang mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Dan benar saja. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi–tidak deras, tapi tetap akan membuat tubuh basah jika tidak berteduh. Arandra hanya diam di tempatnya. Menutupi kepalanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Kedatangan Ibu

    Alexander menatap wajah Arandra yang tenang ketika terlelap. Lelaki itu mengelus lembut rambut halus Arandra, lalu beralih ke bibir Arandra yang menggoda. Alexander benar-benar tergila-gila pada perempuan ini. Setiap detik, setiap waktu. Arandra adalah segalanya.Lalu, tatapannya teralihkan ketika suara pintu kamarnya diketuk. Alexander menyahuti sebelum kemudian pintu terbuka dan seorang pelayan berdiri di sana.Pelayan itu menunduk hormat. "Maaf menganggu Anda, Tuan Muda. Tapi ada orang tua Nyonya Muda di bawah."Alexander menaikkan alis, menatap Arandra sejenak sebelum kemudian turun dari ranjang. Keluar dari kamar untuk menemui orang tua Arandra."Ibu di sini? Kenapa tidak bilang akan datang?" basa-basi Alexander ketika Riana terlihat duduk di sofa ruang tamu."Ibu hanya ingin bertemu dengan Arandra sebentar sebelum kembali ke Korea," balas Riana. Wanita itu meletakkan beberapa paper bag yang dibawanya ke atas meja. "Di mana Arandra?" Riana menoleh ke kiri dan kanan."Dia sedang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Kalung Hasil Memungut Katanya

    "Alex, aku tidak mau ikut.""Kau harus ikut."Arandra menekuk bibirnya ke bawah. Lelaki itu memang mengajaknya ke pesta keluarga Lakspire–Presiden baru Spanyol yang baru saja dilantik.Arandra tidak menyukai pesta dan keramaian. Tapi mau tidak mau, dia harus datang ke pesta itu karena paksaan Alexander. Katanya, dia tidak mau disebut menyedihkan karena datang sendirian ke pesta. Padahal Arandra sudah menyarankannya untuk membawa Rosaline. Kenapa Alexander tidak mau?"Nyonya terlihat sangat cantik," ucap Rosaline setelah memberikan sapuan bedak terakhir di wajah Arandra. Wanita itu tampil sangat cantik dengan gaun pesta model straight yang lurus dari atas sampai bawah dengan detail model wrap atau lipat samping dan aksen ruffle di ujungnya. Sangat serasi dengan setelan jas mahal Alexander."Terima kasih." Arandra memperhatikan penampilannya di cermin dengan senyuman sumringah."Menurutku dia tidak secantik itu."Senyumnya hilang mendengar komentar dari Alexander. Dia berbalik. Menata

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Cerita

    Tangannya senantiasa menggenggam tangan istrinya. Menyalurkan rasa hangat pada wanita yang masih menutup matanya itu. Sudah hampir satu jam Alexander duduk di samping Arandra. Tatapan lelaki itu tidak pernah lepas dari wajah Arandra yang pucat. Arandra mengalami shock, dan dokter sudah menyuntikkan obat penenang padanya. Meski keadaannya sudah membaik–hanya menunggu sadar saja, tapi rasa khawatir masih tetap menguasai Alexander.Jantung Alexander seakan berhenti berdetak ketika mengetahui Arandra tenggelam. Tidak butuh banyak pertimbangan untuknya langsung menceburkan dirinya ke kolam renang–menyelamatkan Arandra. Alexander menekan dadanya, memberikan napas buatan, tapi Arandra tetap tidak mau bangun. Dia benar-benar takut saat itu."Bangun, Ara," bisik Alexander serak. Matanya yang memerah tidak sedikitpun berpaling dari wajah Arandra. Wajah lelaki itu tampak kusut dengan pakaian basah yang bahkan belum berganti. Alexander hanya ingin menemani istrinya. Menunggunya hingga sadar.L

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Marah dan Takut

    Alexander bergerak perlahan. Mengangkat kepala Arandra dengan sangat hati-hati untuk menarik lengannya yang berada di bawah kepala Arandra. Semalam Alexander tidur bersama Arandra di ranjang rumah sakit. Istrinya itu ingin ditemani. Semalaman lengannya menjadi bantalan untuk kepala Arandra. Tapi dia tidak masalah selama istrinya merasa nyaman.Setelah membenarkan posisi kepala Arandra di bantal, Alexander kemudian turun dari ranjang. Ketika itu ponselnya bergetar. Lelaki itu menjauh dari ranjang. Berdiri di dekat jendela, karena tidak ingin suaranya membangunkan Arandra.["Ada apa, Ad?"] tanyanya langsung setelah menggeser tombol hijau di layar. Asisten pribadinya–Adrian menelepon.["Maaf menganggu Anda, Tuan Muda. Saya hanya ingin bertanya, apakah Anda tidak akan datang ke kantor? Jadwal untuk pemotretan sudah hampir dimulai."]"Kau saja yang mengurus masalah pemotretan itu. Aku tidak bisa datang ke kantor hari ini." Alexander tidak bisa meninggalkan Arandra. Pekerjaannya tidak lebi

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Anak Kita

    Mata Arandra mengedip-ngedip lambat. Tampak mengantuk. Semilir angin yang masuk melalui jendela mobil yang dibuka membuatnya ingin menutup mata. Arandra dalam perjalanan pulang bersama Alexander dengan mobil lelaki itu. Sementara Anggy pulang dengan mobil lain.Arandra bergeser, merapatkan duduknya pada Alexander. Memeluk pinggang Alexander dari samping. Lalu kepalanya dia sandarkan di bahu Alexander. Mencari posisi yang nyaman untuk tidur.Alexander tersenyum. Dia ikut merengkuh Arandra dalam pelukannya. Satu tangannya dia gunakan untuk mengusap puncak kepala Arandra. Tatapan Alexander mengarah pada jalan di depan. Tangannya tidak berhenti mengusap kepala Arandra. "Ara." Alexander memanggil Arandra pelan. Dan Arandra memberikan tanggapan dengan gumaman. Mata wanita itu terpejam. Tapi dia belum tidur."Maaf jika apa yang aku lakukan tadi membuatmu takut."Arandra membuka matanya. Mendongak menatap Alexander. Lelaki itu menatapnya merasa bersalah. Arandra tersenyum. "Tidak apa-apa. H

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Tidak Peka

    Alexander membuka pintu mobil Arandra. Menghalangi bagian atas mobil yang dilewati Arandra dengan telapak tangannya di saat tangannya yang lain meraih pergelangan tangannya. Menariknya keluar.Mereka sudah sampai di mansion. Alexander menggenggam tangan Arandra untuk bersama-sama masuk ke mansion. Tapi Arandra menghentikan langkah ketika akan mencapai pintu."Mau kemana?" tanya Alexander ketika Arandra melangkah menjauh dari pintu. Alexander menahan tangannya. "Membantunya." Arandra menunjuk pelayan yang sedang membawa dua kantong hitam besar berisi sampah dengan kesusahan. Sepertinya akan membuangnya. Alexander berdecak. "Kenapa kau peduli padanya. Itu memang tugasnya." Dia kembali menarik tangan Arandra. Anggy juga sudah berseru dari dalam mansion agar mereka segera masuk. Di luar dingin. Arandra memanyunkan bibirnya. Mengikuti tarikan Alexander. Tapi belum sepenuhnya masuk, wanita itu kembali berhenti ketika tanpa sengaja melihat mobil Arthur di kejauhan. Baru saja memasuki gerb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Lipstik dan Menggoda

    Mentari sudah menampakkan sinarnya ketika kelopak mata Arandra mulai bergerak-gerak. Menyorot tajam ke arah Arandra melalui celah jendela kamar yang tirainya terbuka. Arandra perlahan membuka mata. Mengerjap sebentar, sebelum mendudukkan dirinya. Dia melihat ke sekitar. Alexander sudah tidak ada di ranjang. Lalu dia melirik ke jam yang menempel di dinding. Pukul sepuluh siang.Alexander pasti sudah berangkat ke kantor. Arandra bangun siang lagi. Jika Ibu mertuanya bukan Ibu Anggy, Arandra yakin dia pasti akan mendapat omelan setiap hari karena terus bangun siang. Arandra kemudian turun dari ranjang. Dengan gaun tidur sutra dan rambutnya yang berantakan, wanita itu keluar dari kamar. Tidak berniat pergi ke kamar mandi lebih dulu.Arandra berdiri di depan pintu kamar. Menoleh ke kiri-kanan. Seorang pelayan dengan sigap menghampiri."Alex di mana?" tanya Arandra. "Tuan sedang ada di ruang baca, Nyonya."Arandra mengernyit. "Dia tidak pergi ke kantor?" gumamnya yang lebih bertanya pada

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Timbal Balik

    "Saatnya makan, Ara. Pergilah ke meja makan. Nanti aku menyusul."Arandra mengangguk setelah beberapa saat hanya diam. Mereka keluar bersama dari ruang baca. Tapi berpisah ketika sampai di lantai bawah. Arandra berbelok ke kiri, pergi ke ruang makan. Sementara Alexander menemui Clarice."Alex, lihat siapa yang datang," seru Anggy semangat ketika Alexander memasuki ruang tamu. "Sudah lama sekali kita tidak bertemu dengannya kan?"Clarice meringis kecil. "Aunty, sebenarnya aku sudah bertemu dengan Alex. Aku menjadi model untuk peluncuran pesawat terbarunya.""Ah, jadi kalian sudah saling bertemu?" Anggy mengangguk, sebelum dia menatap pada Alexander. "Kenapa tidak memberitahu Ibu kau bertemu dengan Clarice? Kau ini."Alexander memutar bola mata. Untuk apa juga dia memberitahu? Lagipula dia tidak bertemu secara sengaja dengannya."Ada apa kemari?" Alexander menatap Clarice. Duduk di single sofa, kaki kanannya dia tumpukan ke kaki kiri."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berkunjung saja.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22

Bab terbaru

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Sempurna

    "Alexander! Pulang sekarang! Arandra akan melahirkan!"Alexander memacu kakinya secepat mungkin. Berlari menyusuri koridor rumah sakit setelah melewati satu jam perjalanan.Jadi ini saatnya...Setelah melalui sembilan bulan yang panjang–mereka yang masih beberapa kali bertengkar perihal masalah yang sama, Arandra yang beberapa kali kesakitan, dan Alexander yang terus diliputi ketakutan–sekarang akan berakhir. Dan semuanya akan baik-baik saja."Bagaimana Arandra?" tanya Alexander cepat begitu sampai di hadapan Anggy dan Arthur yang duduk di depan ruang persalinan. Napasnya tidak beraturan."Arandra di dalam. Cepat temani dia," kata Arthur pelan sembari menepuk bahu putranya. Sementara Anggy masih duduk dengan kepala tertunduk–berdoa untuk keselamatan menantu dan kedua cucunya.Alexander menarik napas dalam. Dia berjalan memasuki ruangan tempat Arandra akan melahirkan. Degup jantungnya berpacu dengan keras, serta tangannya yang men

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Bicara dan Bukti

    Arandra menunduk dengan kedua tangan tertaut. Punggungnya menempel di kepala ranjang, selimut menutupinya kakinya yang diposisikan lurus. "Maaf, Ibu. Pesta kejutan untuk ayahnya jadi batal karena aku," katanya merasa bersalah.Sejak Arandra bangun, Anggy sudah ada di sini dengan tatapan kesal pada Arandra Dia tidak mengatakan apapun, hanya diam saja. Jadi tidak salah jika Arandra berpikir wanita itu marah padanya."Kau pikir Ibu kesal karena itu?" balas Anggy dengan nada bicara garang.Arandra lantas mengangkat kepalanya, mendongak menatap Anggy yang berdiri di sebelah ranjang dengan kedua tangan terlipat di dada."Kau hamil. Sampai sudah berapa bulan itu? Tapi Ibu tidak tahu sama sekali," sindir Anggy. Arandra membuka bibirnya, baru tahu kenapa Ibunya kesal seperti itu. Dia menarik sudut bibirnya, tersenyum merasa bersalah. "Aku ingin memberitahu Ibu dan Ayah. Tapi belum ada waktu," berinya alasan."Belum ada waktu?" Anggy berd

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Pemikiran Jahat

    Kelopak mata Arandra bergerak-gerak karena terusik oleh kecupan-kecupan yang mendarat di wajahnya. Perlahan dia membuka mata, lalu mendapati Alexander di depannya dengan sebuah senyuman tipisnya."Kau sudah pulang?!" Arandra langsung bangun, menerjang Alexander dan langsung memeluknya sambil tertawa riang. Alexander terkekeh kecil. "Rapatnya tadi lebih lama dari biasanya. Jadi aku pulang telat," beritahunya. "Aku menghubungimu beberapa kali. Tapi kau tidak mengangkatnya."Arandra menyengir. "Aku tidur.""Sepanjang hari?"Arandra mengangguk. "Aku bermain sebentar dengan Zzar tadi. Setelah itu kembali tidur."Alexander mengusap puncak kepala Arandra sambil mengamati wajahnya. "Wajahmu kenapa pucat?" Lelaki itu memperhatikan wajah Arandra dengan teliti, baru menyadarinya.Kening Arandra berkerut. "Memangnya iya?" Dia menyentuh wajahnya sendiri–memeriksa tanpa melihat wajahnya. "Tapi aku baik-baik saja. Mungkin karena terlalu banyak tidur," jawabnya asal. Alexander berdecak, dia akan me

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Tidak Bisa Lagi Marah

    Arandra sedikit mendongakkan kepala untuk menatap wajah Alexander. Lelaki itu berbaring di sebelahnya–menyangga kepalanya dengan satu tangan di saat tangannya yang lain mengusap kepala Arandra."Tidur," kata Alexander dengan raut tenangnya sembari terus mengusap kepala Arandra. Sudah cukup dia marah pada wanita ini. Alexander tidak bisa terus melakukannya. Arandra selalu memiliki cara untuk menghentikan amarahnya.Arandra memperlihatkan deretan giginya yang tersusun dengan rapi–tersenyum cerah. Lalu dia menempelkan wajahnya di dada Alexander, memejamkan matanya."Aku sangat menyayangimu, Ara."Arandra membuka lagi matanya, menatap Alexander. Lalu sebelah tangannya terangkat, menyentuh rahang Alexander."Alex..." Arandra menatap serius Alexander. "Aku berjanji akan melahirkan mereka dengan selamat. Mereka berdua akan baik-baik saja sampai dilahirkan nanti."Alexander mengangguk dengan senyum kecil. "Dan kau juga harus baik-baik saja," ucapnya menambahkan.Arandra tidak memberikan tangg

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Candaan Penyebab Masalah

    "Sebuah teori menyebutkan bahwa Ayah akan lebih cenderung merawat anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang jika anak tersebut mirip dengannya." Kening Arandra berkerut membaca sebuah kalimat dalam buku yang sedang dibacanya. Arandra merebahkan tubuhnya dengan posisi telungkup–mencari posisi yang lebih nyaman untuk membaca. Namun menyadari apa yang dia lakukan, wanita itu langsung beranjak bangun lagi.Arandra mengusap perutnya dengan gumaman permintaan maaf. Kemudian dia melirik Alexander yang berada di sofa dengan posisi setengah berbaring. Matanya terpaku pada ponsel di tangannya. Arandra tersenyum. "Kalian harus mirip dengan Alex ya ketika sudah lahir nanti," gumam Arandra, berbicara pada kedua anaknya. Alexander yang sempurna. Mereka harus mirip dengannya. "Kenapa?" tanya Arandra ketika kemudian Alexander menolehkan kepala ke arahnya. Di saat wanita itu yang sejak tadi memandangi Alexander, dia malah yang bertanya dengan santainya.Alexander mengarahkan kembali matanya pada

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Mencari Jawaban Pasti

    Alexander menampilkan wajah datar di saat matanya menatap tanpa berkedip layar monitor yang memperlihatkan dua janin seukuran buah stroberi. Mereka kembar. Karena itu Arandra menyebut kata 'mereka' dalam kalimatnya sebelumnya.Apakah Alexander merasa senang? Dia tidak tahu. Setelah kehilangan anaknya yang pertama, sekarang Tuhan menggantinya dengan memberikannya dua sekaligus. Tapi apakah harus dengan taruhan nyawa Arandra? Lebih baik tidak perlu. Alexander hanya membutuhkan Arandra. "Apakah jenis kelamin bayinya sudah bisa diketahui?!"Bola mata Alexander melirik Arandra yang berbaring di ranjang–tampak antusias dengan pertanyaan yang diajukannya pada dokter. "Belum ya, Mrs. Alexander. Jenis kelamin bayinya baru bisa diketahui setelah sekitar 16 minggu kehamilan."Lalu tampak Arandra mengerucutkan bibirnya sebagai tanda kecewa atas jawaban yang diberikan dokter perempuan itu. Hanya sebentar ketika kemudian wanita itu mendongak–menatap Alexander yang berdiri di samping kepalanya den

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Menginginkan dan Menghilangkan

    Alexander tidak kembali ke kamar mereka hingga malam tiba. Dia tidak mau berbicara dengan Arandra. Ketika memiliki masalah, mereka hanya perlu saling membicarakannya–lalu masalah mereka selesai begitu saja. Tapi jangankan untuk berbicara, Alexander bahkan sepertinya tidak mau melihat wajahnya. Arandra menunduk dalam. Dia tahu dia salah. Alexander pasti sangat kecewa padanya. Arandra tidak berniat terus menyembunyikan kehamilannya darinya. Dia hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya. Arandra ingin meyakinkannya terlebih dahulu bahwa dia akan baik-baik saja dengan kehamilan ini. Tapi Alexander ternyata mengetahuinya lebih dulu. Dan sekarang lelaki itu sangat marah."Jangan didengarkan perkataan Alex tadi, ya. Dia hanya sedang marah," ucap Arandra sambil mengelus perutnya dengan sayang. Bagaimanapun anak ini adalah anaknya. Alexander pasti akan menerimanya. Arandra menghapus air matanya, kemudian menyingkap selimut–menurunkan kakinya dari ranjang. Berniat keluar untuk

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Jaminan

    Arandra memberikan gelasnya kembali ke pelayan setelah meminum sedikit airnya. Kemudian meletakkan kepalanya lagi di kepala ranjang–masih merasa pusing."Nyonya Arandra pingsan karena terlalu kelelahan." Rosaline bersuara. Lalu dia menatap Arandra dengan wajah garang–seperti seorang ibu yang siap memarahi anaknya. "Saya kan sudah bilang agar Nyonya istirahat saja. Tapi Nyonya tidak mendengarkan dan ngotot berkebun. Karena itu berakhir pingsan seperti ini."Arandra meletakkan jemarinya di pelipis–memijatnya sambil memejamkan mata. Tidak menanggapi kalimat Rosaline yang terdengar seperti omelan untuknya. Arandra hanya memajukan bibirnya sesaat. Tapi kemudian dia membuka mata cepat ketika menyadari sesuatu. Jas biru Alexander–yang lelaki itu pakai saat ke kantor tadi pagi–sudah tersampir di sandaran sofa sejak Arandra membuka matanya beberapa saat lalu."Alex sudah pulang?" tanya Arandra cepat. "Sudah, Nyonya. Saya tadi menghubungi Tuan dan memberitahukan jika Nyonya Arandra pingsan. Tu

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Harapan Setelah Kesedihan

    Alexander menusuk potongan roti tawar dengan selai blueberry di dalamnya menggunakan garpu, kemudian memasukkannya ke dalam mulut di saat satu tangannya lagi sibuk bergerak di atas layar ponselnya. "Rosaline!" "Iya, Tuan?" Wanita paruh baya yang namanya terpanggil itu bergegas menghampiri Alexander–berdiri di samping Alexander yang duduk dengan tenang di meja makan. "Kemungkinan aku akan pulang malam nanti. Kau awasi Arandra. Pastikan dia makan, tidur siang, dan meminum vitaminnya," pesan Alexander pada pelayan pribadi Arandra itu. "Baik, Tuan." Rosaline mengangguk patuh. "Apakah Nyonya Arandra masih tidur?" "Hm. Bangunkan dia saat sudah waktunya sarapan. Sekarang biarkan saja dulu. Dia–" "Alex..." Ucapan Alexander terpotong karena suara lembut seseorang yang sudah sangat dia kenali. Arandra muncul dari balik pintu ruang makan dengan gaun tidurnya yang berwarna biru–terlihat jelas baru bangun tidur dan belum mencuci wajahnya, rambutnya pun masih berantakan. "Kemari." Alexande

DMCA.com Protection Status