“Kamu nggak salah alamat? Atau salah orang?”
Athalia tertawa karena pertanyaan Asa, apalagi ekspresinya yang benar-benar bingung dan clueless. “Nggak kok. Aku nggak salah. Kita udah di tempat yang bener.”
“Kamu yakin?”
“Aku yakin kok, Sa.” Athalia tersenyum setenang mungkin supaya Asa juga bisa merasakan ketenangannya.
“Ya udah, aku ikut turun aja ya?” tawar Asa seraya mematikan mesin mobilnya. “Aku bisa hubungin Papa untuk reschedule kunjungan ke Red House hari ini.”
“No, no, no,” sergah Athalia dengan cepat. “Jangan dong, Sa. Aku nggak enak sama papa kamu kalau gitu. Lagipula nggak ada yang harus dikh
Athalia merasa ada yang aneh di hari ini, tapi entah apa. Sejak siang tadi Athalia terus mencari apa yang membuatnya merasa kurang pada dirinya, hanya saja ia tak kunjung menemukannya.Athalia tidak salah kostum. Pakaiannya hari ini biasa saja–setelan kulot berwarna cream dengan kemeja beraksen crinkle putih susu yang kini membalut tubuhnya dengan pas di balik jas lab.Pagi tadi pun ia sempat minum Energen sebelum masuk lab, jadi ia tidak sakit perut karena terlambat makan. Yah, meskipun Energen bukan benar-benar makanan, tapi setidaknya perut Athalia tidak terlalu kosong.Ponselnya ada di tempat, tidak hilang atau ia lupa taruh di mana. Jadi, apa yang hilang hingga membuatnya merasa kurang?“Kamu kayak nggak fokus hari ini. Ad
Hari ini Asa sudah merasa lebih baik setelah kemarin dijenguk Athalia Iya, ini terdengar gombal tapi Asa selalu mengatakan hal ini kepada Athalia, sejak pagi tadi mereka bertemu untuk berangkat ke kantor bersama.Maka dari itu sepulang kerja, Asa mengajak Athalia makan malam bersama dan Athalia memberi usul supaya mereka makan malm di kos-kosannya. Khusus malam ini, Athalia memasak sendiri makan malam mereka karena tak ingin Asa jatuh sakit lagi kalau mereka makan sembarangan.“Aku nggak sempet tanya ini seminggu yang lalu ke kamu….” Asa melirik Athalia yang tengah menyantap makan malamnya. “Seminggu yang lalu pas kita pulang dari rumah kakakmu, kamu kayak banyak pikiran. Kamu baik-baik aja?
“Tumben nggak dianter Asa hari ini?”“Iya, kemarin dia lembur.” Athalia terdiam sebentar, bingung memilih hijau mana yang akan ia pilih untuk melukis daun di pohonnya. “Aku nggak enaklah kalau minta dia nganterin aku, mending dia istirahat dulu mumpung libur.”Aline mengangguk mengerti sambil terus melukis kanvasnya menggunakan cat akrilik yang disediakan. “Nanti dia jemput kamu?”“Nggak tahu, kayaknya aku nggak mau minta dia jemput deh.”“Emang selama ini kalau dia anter-jemput kamu, kamu yang minta?”Athalia langsung nyengir saat mengerti pertanyaan kakaknya. “Hehehe, nggak sih. Malah selalu dia yang nawarin anter-jemput aku, bahkan di saat aku lagi n
Kalau dipikir-pikir, Athalia jarang mengkhawatirkan Asa yang tiba-tiba menghilang karena lelaki itu hampir tidak pernah melakukannya.“Ke mana ya Asa?” gumam Athalia setelah keluar dari taksi yang mengantarnya sampai halaman rumah kediaman Tanaka.Di mana pun Asa berada, ia akan selalu mengabari Athalia. Mau itu saat Asa ke luar kota, sedang sibuk-sibuknya, dan bahkan saat sakit. Lelaki itu tidak pernah membiarkan Athalia tak tahu kabarnya dan melakukan hal yang sama juga kepada Athalia, selalu menanyakan kondisi Athalia dan memastikannya aman.Namun, hari ini Asa tidak membalas pesannya sama sekali. Kalau cuma sekali-dua kali, mungkin Athalia tidak heran, tapi pesannya tidak dibalas sejak kemarin.Athalia pikir kemarin Asa hibernasi seharian, tapi dugaan itu kini sepertinya salah dan Ath
Pernahkah kamu merasa kalau waktu ternyata bisa berhenti dan membiarkanmu ada di dalam satu fase waktu tertentu, dengan dimensi yang juga seakan berhenti bergerak?Athalia pikir hal itu adalah hal yang mustahil. Kini, ia mulai memikirkan ulang pemikirannya tersebut karena bersama dengan Asa di kamarnya saat ini, membuat Athalia merasa kalau waktu tengah berhenti.Waktu tengah berhenti dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengambil jeda sejenak.“Kamu nggak pegel?”“Nggak.” Athalia menjawab tanpa menoleh, hanya tangannya yang lanjut mengusap puncak kepala Asa,Di bawah sentuhannya, rambut Asa terasa halus dan sangat lembut, bak rambut bayi yang membuatnya gemas ingin menyentuhnya lagi dan lagi.
“Kamu pasti akan bilang bosen Papa tanyain ini.”Asa tertawa, bahkan sebelum Badai Tanaka menyuarakan pertanyaannya. Ia tahu apa yang sekiranya akan ditanyakan sang ayah.“Athalia mana, Pa?” tanya Asa sebelum Badai bertanya padanya.Dengan perut yang mulai bergemuruh karena lapar, Asa yang baru tiba di ruang makan segera duduk di kursi yang biasa ia duduki dan mulai mengisi piringnya.Sepertinya sang mama menyadari kalau Asa pasti akan bangun kesiangan dan langsung kelaparan, makanya sisa sarapan tadi pagi masih disediakan di meja makan, walaupun saat ini jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang.“Ada di halaman belakang, lagi diajarin mamamu merajut sama Ilana dan Meisie juga,&rdqu
“Mamamu sukanya bunga apa?”“Aku nggak tahu.”“Oke.” Athalia tak ambil pusing atas jawaban Asa. Wajar jika Asa tak tahu apa bunga kesukaan ibu kandungnya karena dari apa yang Athalia dengar, Asa tak menghabiskan banyak waktu dengan perempuan tersebut.“Kita beli yang ada aja ya,” usul Athalia lagi.“Boleh, biasanya aku juga begitu.” Asa mengangguk setuju. “Beli yang kelihatan cantik aja di antara semua bunga.”Athalia menggandeng tangan Asa dengan lebih erat saat mereka berjalan dari mobil yang telah terparkir, ke toko bunga yang tak jauh dari gerbang TPU.Siang ini, ia dan Asa pergi ke makam Anastasya. Sepanjang perjalanan, Asa bercerita kalau ia hanya bisa ke maka
Athalia mengetuk ujung sepatunya ke lantai pelataran lobi dengan gelisah. Hujan masih turun dengan derasnya. Tempiasnya yang disebabkan angin yang agak menderu mulai membasahi setengah lantai pelataran tersebut.Walau begitu, Athalia memilih untuk tetap bertahan di tempatnya. Sebentar lagi seharusnya mobil GoCar yang ia pesan akan memasuki kawasan gedung kantornya, jadi ia bisa segera sampai di kosan dan menghangatkan diri, sembari menunggu Asa tiba untuk makan malam.“Mbak, pesen GoCar ya? Platnya yang belakangnya EVJ bukan?”Pertanyaan satpam yang berjaga di pelataran lobi itu segera Athalia sambut dengan anggukan. Jika di jam pulang kerja begini, satpam tersebut memang akan memastikan kalau mobil yang masuk benar-benar ditunggu oleh penghuni gedung tersebut.Karena ada mobil yang sering keluar-