Share

Bab 7

Author: Pena Merah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Laki-laki itu kembali membantu Jasmin menyebrangi jalan dan merelakan mobilnya berhenti di tengah jalan.

" Terimakasih " ucap Jasmin menunduk

" Sama-sama " jawabnya, ia pun langsung berjalan menuju mobilnya.

" Sebenarnya siapa dia ?" batin Jasmin melihat sosok laki-laki tersebut yang berjalan membelakanginya.

Jasmin pun memutuskan untuk kembali ke dalam kedai, ia menghampiri ibunya yang sudah menghabiskan es krim pesanannya. Pandangan Jasmin melihat es krim miliknya yang sebagian sudah mencair. Jasmin duduk dan mulai menghabiskan es krimnya. Setelah menghabiskan es krim, Jasmin dan Fatimah kembali melanjutkan perjalanan yang hanya beberapa menit sampai rumah.

Setibanya di rumah Jasmin mengejar ibunya yang sudah duluan masuk ke dalam rumah.

" Bu ... Sebentar lagi kan bulan puasa, Jasmin boleh belajar sesuatu dari ibu ?" tanyanya sambil mengatur napas

" Boleh, belajar apa nak ?" Fatimah berbalik tanya seraya meletakkan tempat makan yang kotor di atas meja.

" Buat kue kacang " jawabnya sambil mengembangkan senyum manis.

" Oke... Setelah sholat Ashar ya nak, ibu mau istirahat sebentar " Fatimah menyuruh Bi Ani untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat kue nanti bersama Jasmin, termasuk menyangrai kacang tanah terlebih dahulu. Dalam benak Jasmin ia ingin selalu belajar memasak dengan ibunya, agar setelah menikah nanti, ia mampu bergulat di dapur suaminya. 

Waktu terus berjalan cepat, Ismail yang sedang sibuk dengan berkas-berkas penjualan yang berada di mejanya, sejenak terdiam kala dirinya mendengar ketukan dari balik pintu ruangannya. Ismail dengan tangan yang masih sibuk mempersilahkan tamunya untuk masuk kedalam ruangannya.

" Assalamualaikum Om " sapanya sopan

" Wa'alaikumus salam " jawab Ismail seraya membenarkan kacamatanya yang bertengger di hidungnya. Ismail mencoba menebak laki-laki yang kini berdiri di hadapannya.

" Nak Syarif ?" tanya Ismail

" Iya om, saya Syarif putra Bapak Musa yang akan meminang putri bapak " jawabnya seraya mencium tangan Ismail 

" Silahkan... Silahkan duduk nak " Ismail bahagia melihat kedatangan Syarif ke kantornya. Syarif pun duduk, ia mengutarakan kedatangannya.

" Saya kesini untuk menyerahkan CV saya Om, tadi siang Abi memberikan alamat kantor Om" ucapnya seraya menyodorkan map coklat di atas meja

" Saya terima CV-nya, nanti sepulang kerja akan saya serahkan kepada putri saya " jawabnya seraya mengambil amplop coklat milik Syarif.

" Bagaimana dengan usaha mu nak ? Om dengar kamu sudah sukses " tanyanya

" Alhamdulillah Om, hasilnya sudah bisa untuk membeli rumah dan fasilitas lainnya " jawabnya dengan rendah hati.

" Alhamdulillah, semoga sukses selalu " Ismail turut senang 

" Aamiin, Oh iya Om maaf saya tidak bisa berlama-lama. Saya izin pamit pulang, Assalamualaikum " ujarnya dengan sopan berpamitan kepada laki-laki paruh baya yang mungkin akan menjadi ayah mertuanya.

" Wa'alaikum salam " jawabnya, Syarif beranjak dari tempat duduknya dan kembali mencium punggung tangan Ismail.Laki-laki bernama lengkap Muhammad Syarif Afendra merupakan pengusaha sukses. Diusianya yang terbilang sangat muda, ia mampu mengembangkan sayapnya di bidang bisnis parfum yang kini berdiri di ibukota.

Di tempat lain tepatnya di dapur, semua bahan sudah siap di atas meja. Bi Ani telah menyiapkan semua bahan lengkap dengan peralatan yang akan di gunakan. Jasmin mulai mengikuti ucapan ibunya, dengan senang Jasmin mulai membuat adonan kue kacang tentunya tidak lepas dari pengawasan Fatimah. Fatimah hanya duduk di kursi melihat putrinya yang sedang belajar, step demi step Fatimah ajarkan kepada putrinya. Setelah adonan siap di cetak, Jasmin dengan senang hati membentuk kue menjadi beberapa bentuk yang unik. Tak lupa ia pun memberi olesan telur diatasnya, loyang pertama berhasil masuk ke dalam oven yang sudah ia panaskan. Sembari menunggu ia terus mencetak kue sampai selesai.

" Lelah bu, tapi menyenangkan " cicit Jasmin seraya duduk di dekat Ibunya.

" Istirahat dulu nak " jawab Fatimah yang mulai bergantian untuk mencetak kue. Sudah dua puluh menit lamanya, dua loyang keluar dari dalam oven.

" Emmm wangi bu " ucap Jasmin sambil memejamkan matanya, Fatimah yang melihat tingkah putrinya hanya bisa tersenyum sembari membereskan meja.Benar yang dikatakan Jasmin, kue kacang hasil buatannya menebarkan wangi ke seluruh penjuru ruangan.

Tepat pukul lima sore Ismail pulang dengan membawa map coklat milik Syarif. "Assalamualaikum " Ismail memasuki rumah dengan hidung yang terus mengendus aroma kue kacang.

" Wa'alaikumus salam, ayah... Ayah sini cobain kue hasil buatan Jasmin " ucap Jasmin mencium tangan ayahnya lalu menarik dan memerintah ayahnya untuk duduk serta mencicipi kue hasil buatannya.

" Ibu dimana nak ?" tanya Ismail sembari berjalan ke wastafel untuk cuci tangan.

" Ibu, baru saja masuk ke kamar yah " jawabnya

" Kuenya enak nak, ayah suka. " pujian setelah melahap kue kacang buatan Jasmin.

" Ini untuk mu nak, semoga saja kamu bisa menerimanya menjadi imam mu kelak " imbuh Ismail seraya mengulurkan map berwarna coklat, seketika Jasmin menghentikan aktivitasnya. 

" Ayah, secepat ini kita bisa bertukar CV. Memang Om Musa rumahnya dimana yah ?" tanya Jasmin sembari mengambil map tersebut.

" Dari sini cukup dekat sayang, ya sudah ayah mau mandi dulu nak. Nanti ayah lanjut lagi makan kuenya " Ismail beranjak dari tempat duduknya, ketika ayahnya sudah masuk ke dalam kamar, Jasmin buru-buru merapikan hasil kuenya, ia ingin sekali membuka map dari calon imamnya. Rasa tidak sabar tumbuh begitu saja, membuat dirinya tergesa-gesa saat berjalan ke kamar.

Sesampainya di dalam kamar, Jasmin berjalan kesana kemari sambil memegang map ditangannya. Hatinya terus bergetar saat ingin membuka map tersebut.  Jasmin melihat jam dinding yang menunjukkan waktu Maghrib akan segera tiba, ia pun mengurungkan niatnya meletakkan map tersebut di atas tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri, Jasmin mengambil air wudhu lalu ia memakai mukena dan duduk di atas sajadah untuk mengulang hafalannya. Suara merdu menyelimuti ruangan kamarnya, sampai tibalah waktu Maghrib Jasmin pun berdiri untuk melaksanakan sholat. Di sela-sela doanya, Jasmin menyelipkan doa agar dirinya ikhlas saat membuka map dari calon imamnya. 

Usai berdoa tangan Jasmin mulai meraih map yang berada di atas tempat tidur.

" Bismillah " gumamnya, tangannya mulai membuka map tersebut. Jasmin mengambil satu lembar kertas putih dari dalamnya. Dengan seksama Jasmin membaca biodata calon imamnya.

Jasmin tersenyum ketika membaca biodata milik Syarif dan tercengang saat membaca di bagian profil diri.

" Hal-hal yang paling dibenci : " Saya tidak suka menunggu, termasuk menunggu mu menjadi bagian tulang rusukku " lirih Jasmin tersenyum dan memeluk secarik kertas tersebut.

" Dasar laki-laki " gumamnya seraya menyandarkan tubuhnya di sisi tempat tidur.

***

Dari balik pintu yang sedikit terbuka Fatimah melihat putrinya yang sedang memeluk erat kertas di tangannya, terlihat jelas rasa bahagia dari wajah Jasmin.

" Semoga saja laki-laki itu memang jodoh mu nak, ibu berharap semoga kamu menjadi istri yang selalu Istiqomah " batin Fatimah merasa bahagia melihat putri semata wayangnya hidup bahagia. Cukup lama Fatimah berdiri di depan pintu, hingga akhirnya ia mengetuk pintu untuk menyadarkan Jasmin.

Related chapters

  • Jodoh dari ayah   Bab 8

    " Eh ...Ibu " Jasmin menoleh melihat ibunya yang kini tengah berdiri di depan pintu, Fatimah melangkah masuk menghampiri putrinya yang dia ketahui sedang membuka map milik calon imamnya." Ini milik calon imam Jasmin bu, apakah ibu ingin melihatnya ?" Jasmin tersenyum seraya melihatkan isi coretan dalam kertas tersebut, Fatimah menyadari adanya kesalahan dari CV itu yang tidak menyertakan sebuah foto." Nak apa ada fotonya ?" tanya Fatimah, Jasmin menggelengkan kepalanya. Fatimah berusaha mencari keberadaan foto yang biasanya terlampir." Rupanya disini " ucap Fatimah menemukan selembar foto yang ukurannya tidak terlalu besar. Jasmin merasa pernah melihat wajah yang ada didalam foto." Sepertinya Jasmin pernah bertemu dengan orang ini, tapi dimana ya ?" Jasmin kembali mengingat namun, ia belum bisa mencari jawaban dimana ia bertemu." Nanti juga bertemu sayang, sudah yuk sekarang waktunya untuk makan. Kasian ayah sudah menunggu " ajak ibunya seraya

  • Jodoh dari ayah   Bab 9

    Malam ini adalah malam pertemuan yang paling berkesan untuk dua keluarga, meski harus ada rasa canggung namun hati Jasmin tidak bisa berbohong bahwa dirinya sangat senang akan segera menikah. Pukul sembilan malam keluarga dari mempelai pria dan beberapa tamu lainnya berpamitan untuk pulang, dari keluarga Jasmin mengantarkan sampai ke pintu depan rumahnya. Ayesha yang sangat ramah, membuat Jasmin merasa senang akan memiliki ibu mertua yang baik. Saat berpamitan pulang, Ayesha mengatakan bahwa dirinya sangat senang akan memiliki anak mantu seperti Jasmin. Jasmin pun tersenyum ramah, saat hendak pulang mereka saling berjabat tangan. Namun ketika Jasmin mengatupkan tangannya ke arah Syarif, terlihat jelas gugup dan rona merah di wajahnya.Ketika mobil keluarga Syarif melesat jauh, Jasmin beserta keluarganya masuk kedalam rumah. Jasmin melihat parsel serta kotak-kotak yang dihiasi cantik yang berjajar di ruang tamu." Bu ini nggak salah, banyak sekali bu

  • Jodoh dari ayah   Bab 10

    Di kamar Jasmin nampak cantik dengan balutan kebaya pengantin, tentunya dengan gaun yang tertutup dan menghindari baju yang ketat agar lekuk tubuhnya tidak terlihat. Dengan di bantu MUA untuk merias wajah, Jasmin berpesan agar tidak mencukur alisnya. Setelah sudah selesai semuanya, Hana datang ke kamar Jasmin. Sebagai sahabat yang baik, Hana tidak ingin melewatkan acara sakral sahabatnya." Assalamualaikum " salam Hana masuk ke dalam kamar Jasmin, dan melihat Jasmin yang usai dirias." Wa'alaikumus salam " jawab Jasmin yang kini masih duduk di depan cermin." Masya Allah... Alhamdulillah wa syukurillah, akhirnya sahabatku akan melepas masa lajangnya " ucap Hana seraya memeluk tubuh Jasmin dari belakang, yang kini duduk menghadap ke cermin. Wajah haru Hana terlihat jelas di cermin." Alhamdulillah... Terimakasih atas supportnya, kamu memang sahabat terbaik ku Hana " jawab Jasmin seraya mengusap lembut pipi Hana yang kini menyandar di bahunya." Doak

  • Jodoh dari ayah   Bab 11

    Syarif yang merasa nyaman saat memeluk tubuh Jasmin, namun tidak dengan Jasmin. Ia merasa sangat canggung, meskipun benar yang dikatakan oleh Syarif jantungnya terpacu lebih cepat tidak seperti biasanya. " Mas... Sudah takut ada yang lihat " kilah Jasmin yang memang sudah lemas menghadapi sifat suaminya. Tangan Jasmin berusaha melepaskan tangan Syarif yang memeluknya. " Sebentar saja " pinta Syarif. " Ya Allah baru beberapa jam hamba menikah, rasanya badan panas dingin " batin Jasmin pasrah dengan perlakuan Syarif. Sayup terdengar suara Bi Ani mengetuk pintu. " Mas ada yang ketuk pintu, sepertinya Bi Ani" Jasmin menyadarkan suaminya, " Tunggu disini ... Cup " Syarif melepaskan pelukannya dan mencium pipi Jasmin. Ia berjalan menuju pintu, setelah pintu terbuka benar Bi Ani datang untuk menanyakan kondisi Syarif. Selepas kepergian Bi Ani, Syarif menghampiri Jasmin yang kini duduk di depan meja rias. " Mas Syarif cium pipi ku, ini s

  • Jodoh dari ayah   Bab 12

    Sesuai perkataan Syarif, mereka sholat Sunnah berjamaah. Ketika sudah selesai Syarif menoleh ke belakang, mereka duduk berhadapan. Syarif melihat wajah istrinya yang cantik menggunakan balutan mukena." Kenapa, apa kamu belum bisa tidur ? " tanya Syarif mengusap lembut kedua tangan Jasmin, Jasmin pun mengangguk dan menunduk." Maaf mas, Jasmin belum terbiasa " Jawabnya, mendengar perkataan Jasmin, Syarif tersenyum" Itu hal yang wajar, apa lagi ini adalah pertama kalinya" ucap Syarif membuat pipi Jasmin merah merona." Tapi ... Harus dibiasakan " imbuh Syarif" Iya mas " jawab Jasmin, Syarif mengetahui bahwa istrinya sangat pemalu." Kenapa dengan pipi mu dek, merah seperti tomat bikin mas gemas mau gigit saja " goda Syarif tersenyum, Jasmin tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tangan Syarif mulai membuka mukena Jasmin, Jasmin yang mendapat perlakuan Syarif hanya diam. Syarif mulai merapikan rambut-rambut halus Jasmin yang berantakan dan m

  • Jodoh dari ayah   Bab 13

    Tepat pukul dua belas siang, mereka sampai dikediaman orangtua Syarif. Syarif memarkirkan mobilnya di halaman rumah, setelah melihat ke arah samping ternyata Jasmin masih tertidur pulas. Syarif keluar dari dalam mobil untuk menekan bel rumahnya. Selang beberapa menit Ayesha membuka pintu." Assalamualaikum Ummi, " Syarif mencium tangan ibunya." Wa'alaikumus salam, dimana istrimu nak ?" tanya Ayesha sembari menengok ke arah mobil Syarif." Tidur di dalam mobil mi.... tunggu sebentar ya mi " ucap Syarif kembali kedalam mobil untuk mengangkat tubuh istrinya." Ummi... bantu Syarif bukakan pintu kamar " ucapnya memohon sembari mengangkat tubuh Jasmin yang lumayan berat." Ayo Ummi cepat, berat " imbuh Syarif ketika sudah berada di depan pintu ia bicara tanpa suara." Sabar nak... Ummi sedang cari kunci cadangan " jawabnya sembari memilih kunci yang pas untuk dimasukkan ke dalam lubang pintu.Setelah beberapa menit Ayesha menemukan kunci

  • Jodoh dari ayah   Bab 14

    Usai berwudhu mereka duduk di atas sajadah berhadapan. Jasmin tidak mengenakan mukena ia menggunakan jilbab syar'i yang berwarna hitam. Syarif mulai membacakan ayat pertama di juz tiga puluh, setelah syarif ... Jasmin membaca ayat dua. Begitupun selanjutnya mereka menghafalkan bergantian. Hingga suara adzan Ashar berkumandang, menyadarkan mereka untuk melaksanakan salat berjamaah di kamarnya.Usai salat Syarif kembali mengecek laporannya yang belum selesai, kali ini Syarif memilih tempat duduk di luar kamar dengan sebotol minuman jus jeruk yang baru saja ia ambil dari lemari pendingin yang ada di dalam kamarnya. Syarif meletakkan minumannya di samping laptop, sedangkan Jasmin memutuskan untuk mandi karena siang ini cuacanya begitu panas. Jasmin pun tidak lupa membawa baju gamis untuk ganti di dalam kamar mandi.Lima belas menit sudah waktu berlalu, Jasmin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di kepalanya. Syarif yang menyadari istrinya usai mandi pu

  • Jodoh dari ayah   Bab 15

    Selepas salat Maghrib sepasang pengantin baru kini keluar dari kamarnya, mereka menuruni anak tangga dengan tangan Jasmin yang bergelayut di tangan suaminya. Dari jarak yang lumayan jauh Jasmin dan Syarif samar-samar mendengarkan percakapan di ibu Ummi dan Abi nya." Bii ... kok Syarif nggak ngajakin istrinya makan ya ?" tanyanya sembari menyiapkan sayur matang ke dalam piring." Mungkin lagi bikin cucu buat kita miii... Kaya nggak pernah muda saja " jawabnya tanpa mereka tahu orang yang sedang di bicarakan sekarang ada di belakang mereka. Jasmin dan Syarif saling melemparkan senyuman, meski di hati Jasmin malu mengingat kejadian sore ini." Ummi lupa rasanya muda seperti... " ucapannya tidak dilanjutkan karena melihat kedatangan Jasmin dan Syarif." Ehh mantu Ummi duduk nak, yuk makan" ajak Ayesha." Maaf ya mi, Jasmin nggak bantuin Ummi masak " ucapnya seraya duduk di kursi yang telah ditarik oleh suaminya." Nggak apa-apa nak, pasti gara-

Latest chapter

  • Jodoh dari ayah   Bab 41

    Sepuluh bulan berlalu, hari-hari Jasmin di sibukkan dengan mengurus putranya dengan penuh kasih sayang. Di usianya yang akan menginjak satu tahun, Hanif bertambah aktif dengan segala tingkah lucu dan menggemaskan. Jasmin mengurus Hanif dengan bantuan Bi Sumi yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, sesekali mereka bertukar tugas rumah untuk menjaga Hanif. Namun yang sering Jasmin lakukan dia lebih senang melakukan tugas rumah, melihat Bi Sumi yang sudah tua rasanya Jasmin tidak tega untuk terus menggunakan tenaganya. Seperti saat ini dari jarak yang tidak terlalu jauh Jasmin yang sedang menyiapkan makan siang untuk Hanif, ia melihat kearah Bi Sumi dan putranya yang sedang duduk. Hanif selalu senang saat bermain dengan Bi Sumi, melihat putranya tertawa terbahak layaknya anak kecil, Jasmin teringat suatu hal di hatinya." Seandainya ibu tahu, Jasmin sudah memiliki putra yang sangat lucu bu " batin Jasmin memang selalu merindukan kehadiran ibunya. Seketika air mata Jasmin su

  • Jodoh dari ayah   Bab 40

    Usai makan Rafa bercengkrama sejenak dengan keluarga Jasmin dan Syarif, sedangkan para wanita membereskan piring kotor dan membantu membereskan tempat yang digunakan mereka saat makan. Jasmin berjalan sambil memandangi perut Dokter Nina, merasa seperti ada yang aneh." Apa jangan-jangan dokter Nina hamil ?" batin Jasmin seraya menyerahkan piring kotor kearah Bi Sumi." Dok, kalau boleh tahu... Apakah dokter sedang hamil ?" tanya Jasmin menghampiri Dokter Nina yang kini sedang menata mangkok berisi lauk pauk. Dokter Nina tersenyum dan mengangguk kecil kearah Jasmin." Benarkah alhamdulillah ya Allah .... " seru Jasmin sembari memeluk tubuh Dokter Nina, kedekatan mereka kini sudah melebihi dari persahabatan. Jasmin menganggap Dokter Nina sebagaimana saudara perempuan yang saling berbagi ilmu dan menyayangi." Semoga baby-nya sehat terus ya " lanjut Jasmin, tangannya mulai mengelus perut Dokter Nina yang mulai membuncit. Dokter Nina memegang tangan Jasmin ya

  • Jodoh dari ayah   Bab 39

    Gelapnya malam yang terasa sunyi, membuat semua insan tertidur pulas. Kehadiran Hanif membawa perubahan bagi Jasmin dan Syarif. Malam ini mereka mengubah posisi tidurnya, mereka saling memeluk Hanif yang kini berada di tengah-tengah mereka. Jasmin sengaja tidak memberikan guling sebagai batasan antara Syarif dan Hanif, karena Jasmin tahu suaminya sangat menyayangi putranya. Tengah malam Syarif merasakan gerakan Hanif, kaki mungilnya terus menendang-nendang tangan Syarif yang tepat berada di bawahnya. Perlahan Syarif mulai membuka matanya, Syarif melihat putranya yang tengah terjaga. Pandangannya beralih ke arah Jasmin yang masih terlelap dan tidak merasakan putranya yang kini bangun, senyuman terlihat di wajah Syarif kala melihat istrinya." Dia pasti sangat lelah " batin Syarif beralih menggendong putranya yang kini sudah berada di tangannya, awalnya Syarif merasa takut saat menggendong buah hatinya yang masih terlihat sangat kecil namun ia menyadari tidak mungkin membangun

  • Jodoh dari ayah   Bab 38

    Usai mengadzani putranya, melalui sambungan telepon Syarif memberikan kabar bahagia kepada orang - orang yang selama ini menunggu kehadiran buah hatinya. Rona bahagia tak lepas dari wajah tampannya yang terus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada istrinya yang sudah berjuang." Mas .... Putra kita belum diberi nama " ucap Jasmin sembari memegangi tangan suaminya yang hendak pergi keluar ruangan." Mas, serahkan kepada kamu sayang karena kamu yang sudah berjuang " lirih Syarif kembali duduk di sisi Jasmin" Mas saja, Mas Syarif kan sekarang sudah jadi kepala keluarga " Jasmin tersenyum begitupun dengan Syarif." Mas beri nama Hanif Yasser Syathibi, bagaimana apa kamu setuju sayang ?" tanyanya yang dianggukki oleh Jasmin." Iya mas, nama yang bagus "jawab Jasmin tersenyum.Tepat pukul sembilan malam Ayesha, Musa dan Ismail tiba di rumah sakit dimana Jasmin berada, mereka tiba secara bersamaan disaat Syarif sedang melaksanakan shalat

  • Jodoh dari ayah   Bab 37

    Empat bulan berlalu .....Kini usia kandungan Jasmin memasuki usia delapan bulan, Jasmin sering mengeluh kesulitan saat tidur dan sering merasa panas di tubuhnya. Malam pun ia sering terbangun karena sering buang air kecil, tak jarang Syarif selalu dibangunkan di malam hari untuk menemaninya makan karena perutnya terasa lapar. Syarif pun menyadari bahwa istrinya sedang berbadan dua, dengan senang Syarif selalu menemani istrinya. Akhir-akhir ini Syarif harus menjadi suami yang siap siaga. Pagi ini adalah terakhir kalinya Jasmin cek kandungan, Syarif selalu antusias saat mengantarkan Jasmin karena ia sangat senang ketika melihat perkembangan buah hatinya di layar monitor." Alhamdulillah ... Tinggal tunggu waktu saja, posisi baby-nya sudah pas " ucap Dokter Nina sembari menggerakkan alat USG di atas perut Jasmin." Alhamdulillah... Semoga dilancarkan " doa Jasmin yang masih terbaring" Aamiin " sahut Syarif dan Dokter Nina bersamaan.Usai cek kandung

  • Jodoh dari ayah   Bab 36

    Ba'da Maghrib semua warga mulai berkumpul di rumah Syarif, Syarif memang terkenal dengan sikapnya yang ramah di kalangan masyarakat sekitar. Jasmin yang hendak keluar menyapa para tamu pun di halangi oleh Syarif." Sayang diluar kan laki-laki semua, lebih baik temani Ummi saja di kamar " jelas Syarif, Jasmin pun mengangguk mengerti." Mas tidak rela, jika bidadari mas dipandang oleh banyak orang " tutur Syarif tersenyum seraya memegangi dagu Jasmin, sekilas terlihat senyuman manis di wajah Jasmin. Syarif menggandeng tangan Jasmin, untuk diantarkan ke kamar Ayesha. Setibanya di depan pintu, tangan Syarif memegang handel pintu." Ummi, Syarif titip istri kesayangan Syarif ya mi " ujar Syarif menitipkan Jasmin seperti anak kecil. Ayesha yang kini sedang menonton berita di televisi pun tersenyum." Duduk sini nak, Syarif memang terkadang protektif nya kelewatan " sahut Ayesha yang tahu sekali sikap putranya. Ayesha meminta Jasmin untuk duduk di de

  • Jodoh dari ayah   Bab 35

    Malam ketika Jasmin sudah tertidur pulas, Syarif masih terjaga karena merasa haus. Ia melihat gelas kosong yang berada diatas meja, Syarif pun beranjak dari tempat tidurnya dan dengan pelan membuka pintu kamarnya. Namun ada yang ia lupakan, Syarif tidak menggunakan kembali kaos yang tadi ia lepas. Sesampainya di dapur, masih ada Aira yang juga sama hendak mengambil air minum untuk ia bawa ke dalam kamarnya." Sejak kapan Mas Syarif tidur telanjang dada, apa jangan-jangan nggak di kasih jatah ya... Sama Mba Jasmin ?" tanya Aira dengan nada menggoda kakaknya dan memegang gelas di tangannya." Berisik dek, anak kecil mau tahu saja " jawab Syarif dengan acuh, namun bukan Aira kalau tidak terus-menerus bertanya. Aira mendekati Syarif dengan arah sedikit berjinjit." Mas nikah itu, enak nggak sih ?" tanya Aira penasaran, tentu saja dengan suara lirih seperti sedang berbisik. Syarif pun tersenyum jahil, sebelum menjawab pertanyaan adik perempuannya ia menengguk air min

  • Jodoh dari ayah   Bab 34

    Sore hari ketika sang Surya sudah mulai terbenam dan menggambarkan semburat jingga yang disuguhkan dengan indahnya langit sore menjelang malam. mobil Jasmin dan Syarif kini memasuki sebuah rumah sakit dimana disana mereka sudah berjanjian dengan seseorang, siapa lagi kalau bukan Dokter Nina. Saat memasuki rumah sakit Syarif menggandeng tangan istrinya. Setibanya di depan pintu ruangan Nina, Syarif dengan sopan mengetuk pintu, setelah mendapatkan sahutan dari dalam Jasmin dan Syarif masuk. Syarif pun mengatakan niat kedatangannya, dengan cekatan Dokter Nina mengarahkan pasangan pasutri itu ke sebuah ruangan khusus dimana Jasmin akan melakukan cek USG.Jasmin dan Syarif memasuki ruangan yang menurutnya sangat asing, Jasmin diarahkan untuk berbaring di sebuah Brankar yang mana akan dilakukan USG. Syarif terus mendampingi istrinya dan duduk di samping Jasmin. Sedangkan dokter Nina, ia mulai menuangkan cairan di atas perut Jasmin. Dokter Nina mengarahkan Syarif dan Jasmin untuk me

  • Jodoh dari ayah   Bab 33

    Malam hari Aira dan Ayesha sibuk di dapur untuk membuat hidangan menuju hari Idul Fitri. Keberadaan Bi Sumi jangan ditanyakan, Bi Sumi diizinkan pulang ke kampung halamannya untuk beberapa waktu yang kemungkinan cukup lama. Kepulangan Bi Sumi membuat Ayesha meminta bantuan kepada Aira, putrinya untuk memasak berbagai menu khas lebaran." Ummi ... Aira panggil Mba Jasmin untuk bantuin kita ya mi " ujar Aira tangannya sibuk memegang sendok, memasukkan beras yang sudah dicuci bersih ke dalam ketupat." Jangan ganggu mereka nak, biarkan mereka melepas kangen " jawab Ayesha sembari mengaduk sayur di atas kompor." Iya iya mi " sahut Aira, merasa kecewa tidak bisa bertemu dengan kakak iparnya.Di balkon kamar Jasmin yang hendak keluar dari kamar terus dihalangi oleh suaminya dengan alasan ingin terus bersamanya di sepanjang malam ini. Terpaksa Jasmin harus mengikuti kemauan suaminya." Mas lepas... Jasmin mau duduk " Sampai detik ini Syarif b

DMCA.com Protection Status