Beranda / Pernikahan / Jodoh Wasiat Ayah / 3. Melarikan diri

Share

3. Melarikan diri

Penulis: IR Windy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ck! Menyebalkan! Darren benar-benar ingin mengurungku. Kenapa aku harus terjebak disini dan lagi ... dengan pria itu!?"

Mau tidak mau, Anna harus menunda rencananya untuk menemui tuan Freddy karena dia tertahan bersama Jason, pria itu benar-benar tidak melepaskan pengawasannya terhadap Anna.

Dia bahkan menyediakan apapun yang mungkin Anna butuhkan padahal yang butuhkannya hanyalah kebebasan. Selama beberapa saat wanita itu terus memikirkan cara untuk bisa mengelabuhi Jason.

"Berpikirlah, Anna! Kau harus segera bertindak sebelum pria licik itu berindak lebih jauh!" batinnya.

Anna pun kembali memutar otak, mengingat-ngingat dengan sesekali melihat  Jason yang terus berdiri di dekat pintu balkon. Hingga pada menit berikutnya sebuah ide gila pun muncul memenuhi pikirannya.

"Ah! Sepertinya cara itu akan berhasil," gumamnya menyeringai.

Sembari berdeham Anna pun melirik ke arah Jason dan berkata, "Aku ingin jus, tolong bawakan itu untukku."

"Baik, Nyonya." Tanpa berlama-lama Jason segera berlalu mengambilkan pesanan majikannya.

Sementara Anna segera bangkit dan berjalan cepat menuju ruang tidur untuk mengambil sebuah barang yang disimpan di dalam tas kecil dengan cepat lalu kembali ke balkon sebelum Jason tiba lebih dulu.

Tepat saat Anna tiba di Balkon dan kembali duduk, Jason pun tiba dengan membawa jus jeruk segar. Anna lantas tersenyum saat pria itu meletakkan minuman tersebut di atas meja.

"Terima kasih!"

"Sama-sama, Nyonya. Selamat menikmati." Jason membungkuk dan kembali pada tempatnya berdiri.

Anna lantas meraih gelas itu dengan posisi membelakangi Jason yang kebetulan sedang sibuk dengan ponselnya. Dengan gerakkan cepat wanita itu segera menuangkan sesuatu ke dalam gelas tersebut dan mengaduknya secara perlahan.

Sandiwarapun dimulai, Anna meregangkan tubuhnya seraya menguap, "Sepertinya aku mengantuk, tapi aku belum menghabiskan jus ini sedikitpun," ucapnya lalu melirik Jason, "Buatmu saja, kau pasti lelah dan haus karena berjam-jam hanya berdiri tanpa memakan apapun."

Jason lalu terkesiap mendengar tawaran itu, tapi dia kembali bersikap tenang dan menjawab, "Ah! Saya tidak apa-apa, Nyonya. Nyonya bisa segera istirahat."

"Kau menolakku?"

Anna mengerutkan keningnya seolah memperlihatkan rasa kecewa, hingga membuat Jason terkejut dan merasa bersalah. Dia pun segera menggeleng-gelengkan kepalanya.

"T-tidak, Nyonya. Saya benar-benar tidak ber maksud seperti itu, saya-"

"Kalau begitu minumlah!" Anna menyodorkan gelas berisi jus tersebut, mengancam dengan wajah sinisnya.

Tanpa berlama-lama Jason segera mendekat dan mengambil gelas dari genggaman Anna dengan gemetar pada tangannya yang kentara.

"T-terima kasih, Nyonya," ucapnya dengan nada bicara sedikit bergetar.

Akan etapi Anna hanya tersenyum simpul lalu beranjak dari balkon setelah memastikan pria itu menenggak minuman tersebut, Anna pun tersenyum penuh kemenangan sebelum benar-benar meninggalkan pria itu untuk segera kembali ke kamar.

"Bagus! Tinggal tunggu beberapa saat saja sampai dia teler," gumamnya berusaha menahan tawa.

Di dalam kamar, Anna segera bersiap dan mengemas barang ke dalam tas kecil. Tak lupa pula menghampiri meja rias untuk mengecek penampilannya. Setelah dirasa sempurna, dia kembali keluar kamar dengan berjalan mengendap-endap menuju Balkon.

Tepat seperti prediksinya! Dalam hitungan menit Jason sudah terkapar di atas kursi santai dengan posisi tidak beraturan. Anna kembali menyeringai dan berjalan menghampirinya.

"Darren, ternyata orang-orangmu tidak ada apa-apanya."

Anna segera merogoh beberapa saku jas pria itu dan menemukan kunci mobil. Lalu bergegas pergi dengan memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat kepergian dirinya.

Dengan kecepatan maksimal wanita itu mengendarai mobil sedan hitam yang ditinggalkan Darren, menyusuri jalan yang terlihat lenggang hingga tak sampai serengah jam dia pun tiba di sebuah kantor pengacara milik tuan Freddy.

Saat Anna memasuki gedung tersebut, dia segera mendapat sambutan baik dari para pegawai tuan Freddy karena keluarganya telah menjadi klien tetap disana, mereka bahkan memudahkan Anna untuk langsung menemui tuan Freddy tanpa harus melakukan janji terlebih dahulu.

Begitu melihat kehadirannya, tuan Freddy lantas bangkit dari kursi dengan senyuman ramah yang selalu ditorehkan olehnya, "Nona? A-apakah ini benar-benar anda?"

"Seperti yang anda lihat, saya masih hidup dan sampai di tempat ini," jawab Anna singkat setelah menduduki sofa.

Anna pun terdiam sesaat karena merasa heran dengan sikap diperlihatkan tuan Freddy, pria itu tampak terkejut karena melihat kehadiran Anna yang tiba-tiba seperti ini.

"Ah! Maaf, saya terlalu terkejut karena saya pikir saya tidak akan bisa bertemu lagi dengan Nona setelah menikah," ucapnya.

Anna hanya tersenyum dan kembali fokus dengan tujuannya

"Sudahlah, lupakan. Aku tidak ingin berbasa-basi lagi," ucapnya sembari membenahi posisi duduk dan menatap tuan Freddy dengan lekat, "Katakan! Siapa pria itu sebenarnya? Aku yakin tuan sudah menyelidikinya terlebih dahulu sebelum ayah saya merencanakan hal gila dengan pernikahan ini."

Tuan Freddy pun terkesiap! Mulanya dia tidak mempermasalahkan hal itu karena Anna tidak pernah suka berbasa-basi yang tidak penting, namun berbeda saat Anna tiba-tiba membahas Darren, laki-laki yang dijodohkan dengannya.

Tuan Freddy lantas berdeham tampak berpikir sebelum akhirnya menjelasjan latar belakang Darren dengan detail.

"Tuan Donovan sepertinya tidak sembarangan memilih tuan Darren sebagai suami anda, karena tuan Darren memang orang yang paling berpengaruh di bidang bisnis, bahkan beliau orang yang paling disegani di seluruh penjuru negeri hingga tidak ada satu orang pun yang berani berurusan dengannya," tutur tuan Freddy, "Dan lagi-"

"Cukup!" Anna tiba-tiba mengangkat sebelah tangannya hendak menghentikan penjelasan tuan Freddy yang tidak berhenti memuji Darren, "Aku hanya ingin mengetahui kelemahannya, aku bahkan tidak peduli kalau dia seorang yang menguasai dunia sekalipun."

Tuan Freddy pun terdiam, tampak heran dengan ekspresi Anna yang tidak puas bahkan geram dengan penjelasannya, pun terlihat heran dengan permintaannya yang sedikit terdengar aneh.

"Maaf? Maksud anda ... kelemahan?" Tuan Freddy memperjelas permintaannya lagi dengan sebelah alis yang terangkat.

Anna segera mengangguk dengan penuh percaya diri, "Iya, bukannya setiap orang pasti memiliki kelemahan? Lantas apa kelemahan yang membuatnya bisa terkalahkan dalam sekejap?"

Untuk sesaat mereka pun terdiam, menciptakan suasana hening dan terasa dingin mencekam. Tuan Freddy memandang kosong ke sembarang arah tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Begitu pula dengan Anna yang terus menunggu seolah tidak sabar dengan jawaban pria paruh baya di hadapannya

Di tengah-tengah itu, terdengar suara keributan yang berasal dari luar. Tetapi mereka tidak terlalu mempedulikannya karena terlalu fokus dengan pembahasan tersebut. Namun semakin lama suara keributan itu semakin terdengar jelas bahkan disertai dengan langkah kaki yang berjalan cepat, dan ...

BRAK!!

"Sedang apa kau disini!?"

Anna dan tuan Freddy menoleh dan terkejut setengah mati melihat sosok pria yang muncul dengan napas terengah-engah.

"Darren!?" ucap Anna lalu bangkit, "Kenapa kau bisa disini?"

Alih-alih menjawab, Darren justru menghampiri dan menarik tangan wanita itu, secara refleks Anna berontak dan melepaskan diri.

"Maaf, Tuan Freddy. Saya harus membawa istri saya karena ada hal penting yang harus kami selesaikan berdua, kami permisi!" tutur Darren kembali meraih tangan istrinya namun Anna kembali menepisnya

"Jangan coba-coba menyentuhku atau aku akan teriak!"

Akan tetapi Darren justru mendengkus kesal dan menatapnya dengan nyalang, "Ck! Kau sungguh merepotkan!"

Anna pun hendak menimpalinya namun seketika tubuhnya terasa ringan dan melayang karena tiba-tiba pria itu menggendongnya.

"Tidak, Darren! Lepaskan-" Ucapan wanita itu terhenti saat terdengar bisikkan orang di sekitar mereka yang ternyata tengah menyaksikan adegan konyol tersebut.

"Ah! Romantis sekali pasangan itu, aku sampai iri melihatnya."

"Kau benar! Apa mungkin mereka pengantin baru?"

Mereka sibuk membicarakan keduanya dan terhanyut dalam kesalah pahaman yang terjadi saat ini. Herannya Darren justru diam seolah menikmati situasi tersebut. Tentu saja Anna tak terima dan terus meronta berusaha melepaskan diri.

"Kubilang lepas! Aku-"

"Coba saja berteriak, tidak akan ada yang mau mendengarkan ocehanmu karena kau istriku."

Bab terkait

  • Jodoh Wasiat Ayah   4. Istri pembangkang

    "Tunggu, Anna!" teriak Darren berusaha menghentikan istrinya yang terus berjalan menuju lantai dua.Akan tetapi oanggilan Darren tentu tidak kunjung mendapat respon sehingga lelaki itu pun secara refleks mengejarnya hingga masuk ke dalam kamar hendak menuntut penjelasan darinya atas kejadian hari ini."Kita harus bicara, Anna! Kau berhutang penjelasan padaku." Darren terus berjalan mengikuti langkahnya sampai wanita itu menghentikan langkahnya dan berbalik."Penjelasan?" Anna menatap suaminya dengan tajam, "Aku tidak harus menjelaskan apapun padamu, karena kaulah yang terlalu ikut campur urusanku."Darren seketika mengerutkan kening, merasa heran dengan penuturannya yang membuat amarah Anna semakin membesar sampai-sampai wanita itu menatapnya dengan penuh amarah dan kebencian."Urusanmu? Apa kau lupa bahwa sekarang urusanmu juga urusanku, kau istriku dan kaulah yang harus menuruti kata-kataku, termasuk tidak pergi kemanapun tanpa seizinku. Bukankah sudah kuperingatkan tentang itu?" c

  • Jodoh Wasiat Ayah   5. Beri aku saran

    "Tuan! Ada kabar buruk!" ujar Rhodes sesaat setelah Darren mempersilakannya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.Dia datang dengan masih memegangi ponsel di tangannya. Napasnya terengah-engah serta raut wajahnya begitu khawatir, sontak saja hal itu membuat konsentrasi Darren terganggu dan bergantikan menjadi rasa penasaran."Ck! Kau menggangguku, Rhodes. Tenanglah, ada apa?" tanya pria itu berusaha menenangkan asistennya."Maaf, Tuan. Tetapi ini tentang klien yang kemarin anda tinggalkan di tengah-tengah rapat. Beliau marah besar dan akan membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," tuturnya dengan suara bergetar."Apa!?" Darren sontak terkesiap sampai-sampai bangkit dari duduknya lalu berusaha memikirkan jalan keluar dari masalah yang tengah dihadapi."Ya sudah, aku akan menemui mereka dan minta maaf secara langsung. Aku tidak ingin perusahaanku merugi karena hal kecil," jelasnya, "Kau juga harus bersiap dan temani aku."Tanpa berpikir panjang lelaki itu segera merapikan meja k

  • Jodoh Wasiat Ayah   6. Hadiah perdamaian?

    "Nyonya. Ada kiriman lagi," ucap Jason setelah tiba di balkon tempat Anna biasa menghabiskan waktu.Anna yang sedang serius membaca buku pun sontak terkejut seraya membelalakkan matanya, "Lagi?? Dari siapa?""Dari tuan Darren, Nyonya."Anna pun mendesis, menerima sebuah paper bag yang disodorkan oleh Jason. Sedangkan Jason sedikit meringis mendapati ekspresi majikkannya yang tak biasa.Betapa tidak? Ini merupakan kiriman yang kesekian kalinya padahal hari masih siang. Anna lantas membuka paper bag tersebut yang ternyata berisi sebuah Dress cantik berwarna merah serta satu kotak Redvelvet yang sudah dihias secantik mungkin.Tak hanya itu, di dalamnya pun terdapat sebuah kartu yang berisikan kata-kata manis yang justru membuat Anna semakin meringis kala ia membacanya"Cake manis dan Dress cantik untuk wanita yang manis. Semoga kau suka ... " tulisnya melalui kartu ucapan tersebut.Anna kemudian berdecih, "Wanita yang manis? Aku bahkan masih ingat saat kamu mencibirku dengan sebutan wani

  • Jodoh Wasiat Ayah   7. Sandiwara yang sukses

    "Oh! Akhirnya kau datang!" Darren pun menoleh dan bangkit dari kursinya, melayangkan senyuman manisnya seolah tak terjadi apapun.Pria itu menatap ke arah Anna yang berjalan mendekat, sama seperti Jason yang menatapnya tanpa berkata apapun lagi. Hal itu sungguh membuat Anna risih!"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu??" tanya Anna bernada ketus meski sedikit menahan rasa kesalnya.Darren lalu memicingkan matanya, "A-ah! Tidak, aku hanya merasa khawatir kamu tidak akan datang.""Khawatir?" Anna lantas menautkan alisnya, merasa konyol dengan pertanyaan Darren yang membuatnya semakin geram, "Kau sungguh khawatir padaku??"Anna lalu mendengkus kesal, sadar bahwa saat ini ia harus terus waspada dan tidak gegabah dalam bertindak. Hingga pada akhirnya wanita itu membuang napasnya dengan kasar mencoba menguasai dirinya yang sempat hilang kendali di depan suaminya."Kau hanya akan berdiri seperti itu?" cetus Anna hingga berhasil membuat Darren terkejut."Ah! Silakan duduk," ucap Darren lalu

  • Jodoh Wasiat Ayah   8. Pria menyebalkan

    "Makan dan habiskan saja dulu, setelah itu kita pulang." Darren berkata dengan nada dinginnya, lalu kembali memotong steak dan memasukkannya ke dalam mulut.Begitu tenang, tanpa memedulikan istrinya yang mulai menatapnya dengan nyalang. Kesal dengan sikap Darren yang seenaknya dan bahkan tidak mendengarkan keinginannya.Anna pun mendengkus kesal, "Kalau begitu aku pulang lebih dulu. Aku akan menghubungi Jason agar segera menjemputku," tukasnya bernada kesal.Namun ketika wanita itu merogoh tas hendak mengeluarkan ponselnya, tiba-tiba Darren meletakkan alat makannya dengan kasar sehingga menimbulkan suara.TAK!"Simpan kembali ponselmu, kita pulang," cetus Darren.Anna yang masih terkejut pun lantas menaikkan sebelah alisnya, heran dengan perkataan Darren yang tiba-tiba melarangnya menghubungi Jason, asisten pribadi yang ditugaskan sendiri olehnya."Kenapa? Kita memang pulang bersama tapi tidak satu mobil. Aku ingin-" "Kita pulang sekarang dengan mobilku, atau tetap tinggal sampai mak

  • Jodoh Wasiat Ayah   9. Wanita dan kerumitannya

    "Kita sudah sampai, Tuan, Nyonya." Rhodes berkata setelah mematikan mesin mobil, menatap ke arah belakang yang ternyata disambut oleh tatapan Anna ya g menajam ke arahnya."Terima kasih!" ketus Anna.Rhodes pun meringis mendapati sahutan Anna yang terdengar sangat dingin dan menusuk. Ia melirik ke arah Darren yang bahkan ikut terdiam seraya menggelengkan kepalanya perlahan seolah memberi isyarat agar Rhodes tidak mempermasalahkan sikap perempuan itu.Tanpa menunggu Darren, Anna segera membuka pintu mobil dan keluar dengan langkah cepat menuju pintu depan. Tidak betah berlama-lama satu mobil dengan suaminya.Darren dan Rhodes lantas mengantar kepergian Anna hingga sesaat setelah Anna menapaki teras rumah dengan langkahnya yang cepat, Rhodes pun mendelik ke arah Darren."Apa yang sebenarnya terjadi?"Namun alih-alih mendapat jawaban, Rhodes justru melihat atasan sskaligus sahabatnya yang tampak terburu-buru melepas sabuk pengaman, "Nanti kujelaskan."Darren bergegas keluar dan menutup

  • Jodoh Wasiat Ayah   10. Pria kaku

    "Jason baru saja tiba, perlukah kusuruh dia kemari atau kalian-""Suruh dia ke ruanganku," potong Darren, masih dengan posisinya yang menghadap ke kolam renang tanpa menoleh sedikit pun.Rhodes pun mengangguk, "Baiklah. Aku akan menyuruhnya segera kesana, tapi bisakah kau berhenti minum? Sepertinya kau sudah terlalu banyak minum," katanya sambil melihat bayangan sisa minuman pada botol yang mulai surut.Darren pun menghela napas, melirik meja di sampingnya serta gelas minuman yang dipegangnya. Lalu tanpa memberikan respon lagi lelaki itu mengibaskan tangannya sebagai isyarat kepada Rhodes untuk segera meninggalkannya.Melihat itu, Rhodes tentu mengerti. Ia akhirnya mendengus pelan dan kembali berkata, "Baiklah. Terserahmu saja ... aku hanya tidak ingin besok kau datang ke Kantor dengan pengar yang tersisa. Kau tahu sendiri besok kita-""Tsk! Iya, iyaa ... aku mengerti. Sekarng bisakah kau pergi? Aku ingin menghabiskan ini saja," sela Darren, berbalik badan sembari mengacungkan gelas y

  • Jodoh Wasiat Ayah   11. Di luar dugaan

    "Hari ini aku akan mengunjungi tuan Freddy," cetus Anna setelah selesai dengan sarapannya.Darren sontak mendelik dan memasang raut wajah yang sedikit terkejut, "Lagi? Bukankah waktu itu kau sudah mengunjunginya dan menyelesaikan urusan kalian? Memangnya ada urusan apa lagi sampai harus terus berkunjung kesana?"Tanpa sadar, Darren memberondonginya dengan beberapa pertanyaan sekaligus setelah suasana sarapan pagi yang terasa sunyi di antara keduanya, bahkan Darren seperti tidak memedulikan sikap dingin yang ditunjukkan istrinya selama beberapa saat lalu, hal itu tentu membuat Anna gusar. Ia merasa Darren benar-benar laki-laki dingin yang bahkan tidak peduli dengan sikapnya.Sampai akhirnya Anna memancing Darren dengan rencananya terkait pertemuannya dengan tuan Freddy dan itu berhasil, Darren tampak ketar-ketir tentang hal itu.Anna lalu berdecih seraya meraih gelas dan meminumnya sedikit, "Selesai? Tch! Aku baru saja sampai disana dan kamu tiba-tiba datang menyeretku bahkan mempermal

Bab terbaru

  • Jodoh Wasiat Ayah   22. Hari tanpa Darren

    Hari-hari Anna tanpa Darren berjalan seperti yang ia bayangkan. Ia menikmati kebebasan yang baru, menjalani setiap momen tanpa perlu merasa terkekang. Tidak ada lagi Darren yang menegurnya karena pulang larut, tidak ada lagi perdebatan panjang tentang siapa yang ditemuinya, atau mengapa ia mengenakan pakaian tertentu. Anna merasa ringan, seperti beban yang selama ini menahannya telah terangkat.Seperti saat ini, wanita itu telah siap dengan pakaian ternyamannya dan menuruni tangga menuju ruang makan."Selamat pagi, Nyonya. Anda terlihat bersemangat sekali," sapa bu Ratna.Dengan mengembangkan senyumnya, Anna menjawab. "Apakah jelas terlihat? Aku hanya merasa kembali seperti dulu, menikmati waktu-waktu kesendirianku."Bu Ratna pun mengangguk pelan. "Saya turut senang melihatnya."Anna lalu memulai sarapannya dengan lahap, dengan asyik memainkan tab di sampingnya melihat beberapa tempat menyenangkan yang hendak ia kunjungi."Sepertinya tempat ini menyenangkan," gumamnya membayangkan. "

  • Jodoh Wasiat Ayah   21. Aku bebas!

    "Nyonya??"Terdengar suara Jason dari balik pintu berusaha membangunkan Anna sembari mengetuk pintu beberapa kali. Anna lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, tubuhnya menggeliat di atas kasur besar."Ya, ya ... aku sudah bangun.""Baiklah. Sarapan juga sudah siap, sebentar lagi bu Lasmi juga izin masuk ke dalam untuk membersihkan kamar Nyonya."Anna lalu berdecih. "Ya, ya, ya ... aku mengerti.""Baiklah, saya pamit menunggu di bawah, Nyonya."Anna hanua berdeham, mengiyakan pernyataan Jason.Suasana pun hening mendandakan bahwa Jason sudah tidak ada di balik pintu itu lagi. Sedangkan Anna tidak langsung bangkit dari tempat tidurnya. Begitu Anna tersadar dari tidurnya yang tak nyenyak, hal pertama yang terlintas di benaknya adalah sosok Darren yang tiba-tiba menghilang tanpa pamit. Rasa marahnya masih tersisa, tetapi rasa penasaran yang lebih besar mendorongnya untuk segera mencari tahu lebih banyak. Ia berjalan cepat ke arah pintu, keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju ruang depan

  • Jodoh Wasiat Ayah   20. Hari tanpa Darren

    "Dia belum turun? Tumben sekali," gumam Anna, sembari mengunyah sarapannya.Wanita itu seketika menyapukan pandangannya ke seluruh ruang makan bahkan sesekali melirik ke arah pintu masuk ruang makan tersebut. Namun, ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Darren."Apa dia berangkat pagi-pagi sekali?" terkanya lagi, kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, "kalau benar, aku tidak peduli."Ya, Anna akhirnya tidak terlalu mempedulikan keberadaan suaminya. Ia malah segera menyelesaikan sarapannya dan bergegas pergi bersama Jason karena hari ini ia akan mendatangi makam mendiang kedua orang tuanya. Di dalam mobil, Anna melihat ke arah luar jendela, entah mengapa perasaannya sedikit tak menentu. Ia pun melihat ke arah Jason yang tengah fokus di balik kemudinya."Jason?""Ya, Nyonya?" sahut Jason, sekilas melirik majikannya melalui kaca spion tengah."Kau tahu kemana Darren? Aku belum melihatnya pagi ini, apakah dia berangkat sejak pagi buta?" tanya Anna, tanpa sadar memberondingi Jas

  • Jodoh Wasiat Ayah   19. Jagalah dirimu, kumohon!

    "Ah! T-tidak apa-apa, Nyonga." Jason berusaha menutupi raut wajahnya setelah berbincang dengan Darren, "apakah anda sudah siap?"Anna mengangguk pelan, meski masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Jason.Ya, setiap pagi, Jason sudah menunggu Anna di depan pintu, siap mengantarnya ke berbagai tempat. Bagi Anna, kehadiran Jason adalah semacam pelarian, seseorang yang bisa ia ajak bicara tanpa perlu merasakan tekanan atau pengawasan yang selalu ia rasakan dari Darren. Meski Jason tetap menjaga profesionalisme sebagai pengawal, Anna mulai merasa lebih nyaman bersamanya, dan bahkan mulai menyadari betapa pentingnya Jason dalam rutinitas barunya."Jason, apakah Darren tidak bicara apapun padamu?" tanya Anna, setelah berada di dalam mobil.Ia masih merasa penasaran dengan sikap Jason yang tiba-tiba terlihat canggung bahkan cenderung tertekan. Walaupun Anna sudah menahan dan berusaha untuk tidak membahasnya, tetapi sikap Jason terlalu kentara untuk dilewatkan.Jason sejak tadi me

  • Jodoh Wasiat Ayah   18. Kau kupecat!

    "Aku pergi dulu," ucap Darren, pamit setelah selesai menyantap sarapannya.Anna hanya diam tanpa menanggapi, lalu melihat sekilas kepergian suaminya yang langsung menghilang dari balik pintu.Betapa tidak? Setelah malam perdebatan keduanya malam itu, suasana di rumah tampak berbeda dari biasanya. Ada ketegangan yang terasa di antara mereka, seakan keduanya berada dalam dunia masing-masing tanpa saling menyapa. Darren yang akhir-akhir ini menghabiskan waktu di ruang kerjanya, sibuk dengan tumpukan dokumen dan menerima panggilan telepon, seolah-olah tidak ada waktu atau perhatian yang tersisa untuk Anna. Sebaliknya, Anna sibuk dengan kegiatannya sendiri, menghabiskan waktu di luar rumah, sering kali ditemani oleh Jason, pengawal yang kini lebih banyak mengisi kekosongan di hidupnya daripada suaminya sendiri.Sedangkan di luar rumah, begitu Darren muncul dari balik pintu dengan memasang wajah dinginnya, Rhodes dan Jason yang tengah asyik berbincang sambil duduk pun segera bangkit dan men

  • Jodoh Wasiat Ayah   17. Pesta selesai, Tuan Putri!

    "Pesta sudah selesai, Tuan Putri." Darren berdiri dengan tatapan tegas di hadapan Anna."K-kau??" Anna terkejut bukan main seraya mengemhentikan gerakkan badannya yang sebelumnya meliuk-liuk menikmati musik.Suasana di sekeliling mereka mulai berubah tegang. Anna yang tadinya tersenyum dan menikmati waktunya, mendadak merasa terganggu oleh kehadiran suaminya yang tiba-tiba muncul di klub malam ini tanpa peringatan. Tatapan Darren tak lepas darinya, sorot matanya penuh dengan ketidaksetujuan yang tak tertutupi. Ia bahkan tak perlu bicara banyak, satu pandangannya saja cukup untuk menyingkirkan pria-pria yang mengelilingi Anna, membuat mereka pergi dengan wajah ragu-ragu."Kita pulang sekarang," ujar Darren, suaranya terdengar tegas tetapi rendah, lebih seperti perintah daripada ajakan.Anna yang sudah setengah mabuk dan dikuasai suasana malam yang menyenangkan, menatap Darren dengan wajah kesal dan menolak mentah-mentah. "Tidak. Aku belum ingin pulang. Aku sedang bersenang-senang, tol

  • Jodoh Wasiat Ayah   16. Wanitaku

    "Ck! Kenapa kau tidak bisa diam dan hidup dengan tenang saja, Anna!?" lirih Darren. Darren duduk di belakang meja kerjanya, tangannya menggenggam ponsel erat-erat, mencoba menahan gejolak emosi yang terus membara dalam dirinya. Sudah beberapa kali ia mencoba fokus pada tumpukan dokumen di depannya, tetapi pikirannya terus melayang kepada istrinya, yang saat ini berada di luar kendalinya. Ia tahu betul sifat keras kepala Anna, tapi situasi kali ini benar-benar membuatnya gelisah. Apalagi dengan rencananya berangkat ke luar kota beberapa hari lagi, urusannya belum selesai, namun pikiran tentang Anna semakin mendominasi. "Haruskah aku sendiri yang membawanya pulang seperti waktu itu?" gumamnya menimbang-nimbang. Tetapi niatan itu cepat terurungkan mengingat bagaimana kejadian tersebut membuat hubungan keduanya semakin kacau dan Anna tidak menyukainya. Sementara di sudut ruangan, Rhodes, tangan kanannya yang sudah lama bekerja bersamanya, melihat dengan jelas kegelisahan Darren. Rhodes

  • Jodoh Wasiat Ayah   15. Pergi ke Klub malam

    "Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan wanita itu?" tanua Darren setelah menerima panggilan telepon dari salah satu pengawal yang bertugas mengawasi istrinya. Untuk seketika raut wajah Darren berubah, matanya terbelalak, terkejut setelah mendengar laporan bahwa Anna sedang menuju klub malam, wajahnya langsung berubah merah padam karena marah. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal kuat. “Apa? Anna pergi ke klub?” Darren berbicara dengan nada dingin namun penuh kemarahan yang membara. “Dimana Jason? Kenapa dia tidak mengabariku? Apa dia membiarkannya begitu saja?” Sang pengawal di seberang telepon hanya bisa menjawab dengan nada takut-takut, “Jason sudah mencoba memperingatkan, Tuan, tapi Nyonya tidak mau mendengarkan.” Darren berdiri dari kursinya dengan kasar, melemparkan map di atas meja ke lantai. “Ck! Aki membayar kalian bukan untuk mendenhar laporan seperti ini. Bawa dia pulang sekarang! Aku tak ingin istriku berada di tempat seperti itu!” Amarah Darren seketika memunc

  • Jodoh Wasiat Ayah   14. Turuti saja perintahku!

    "Tunggu di sini dan bersikap baiklah, aku ada urusan dulu dengan pengacara keluargaku," ujar Anna setelah tiba di dalam Lobi Kantor tuan Freddy. Jason pun mengangguk dan menjawab, "Baik, Nyonyam hubungi saya jika butuh sesuatu." ia segera berjalan menuju tempat duduk yang sudah tersedia di sana. Sedangkan Anna melangkah masuk ke dalam ruangan tuan Freddy setelah mengonfirmasi kedatangannya kepada seorang resepsionis. Ruangan itu terasa sunyi, hanya terdengar bunyi detak jam di dinding. "Selamat siang, Nona muda." Tuan Freddy, seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih itu pun menyambut kedatangan Anna dan mempersilakannya duduk. Wajahnya serius, tetapi ada sorot simpati di matanya. "Terima kasih, Tuan Freddy." Anna membuka pembicaraan dengan suara yang tegas, meski dalam hatinya, ia merasa bingung. "Sebelumnya saya mau minta maaf atas kejadian beberapa hari lalu, saya merasa malu karena Darren-" "Ah! Tidak apa-apa, Nona. Jangan terlalu dipikirkan, saya men

DMCA.com Protection Status