Home / Rumah Tangga / Jodoh Wasiat Ayah / 5. Beri aku saran

Share

5. Beri aku saran

Author: IR Windy
last update Last Updated: 2024-08-29 13:50:43

"Tuan! Ada kabar buruk!" ujar Rhodes sesaat setelah Darren mempersilakannya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.

Dia datang dengan masih memegangi ponsel di tangannya. Napasnya terengah-engah serta raut wajahnya begitu khawatir, sontak saja hal itu membuat konsentrasi Darren terganggu dan bergantikan menjadi rasa penasaran.

"Ck! Kau menggangguku, Rhodes. Tenanglah, ada apa?" tanya pria itu berusaha menenangkan asistennya.

"Maaf, Tuan. Tetapi ini tentang klien yang kemarin anda tinggalkan di tengah-tengah rapat. Beliau marah besar dan akan membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," tuturnya dengan suara bergetar.

"Apa!?" Darren sontak terkesiap sampai-sampai bangkit dari duduknya lalu berusaha memikirkan jalan keluar dari masalah yang tengah dihadapi.

"Ya sudah, aku akan menemui mereka dan minta maaf secara langsung. Aku tidak ingin perusahaanku merugi karena hal kecil," jelasnya, "Kau juga harus bersiap dan temani aku."

Tanpa berpikir panjang lelaki itu segera merapikan meja kerja dan beranjak hendak bersiap menemui klien saat itu juga, namun gerakannya tiba-tiba terhenti saat melihat raut wajah Rhodes yang penuh dengan keraguan.

"Tapi, Tuan-"

Darren pun menatap Rhodes dengan kening lantas, "Ada apa lagi? Kita tidak punya banyak waktu."

"Mereka menolak bertemu lagi dengan kita, Tuan. Karena mereka menganggap kita sudah meremehkan mereka."

"Sial!" Darren pun bertolak pinggang merasa begitu frustasi dengan situasi tersebut, "Ini semua karena wanita itu, kalau saja dia menurut padaku dan tidak membuat masalah. Aku tidak akan mengalami hal seperti ini."

Seketika saja dadanya bergemuruh merasakan amarah yang cukup besar menguasai dirinya hingga tidak bisa berpikir jernih bahkan untuk menemukan solusi dari permasalahan perusahaan saat ini.

"Ck! Kupikir semuanya akan berjalan dengan mudah, aku tinggal menikahi wanita itu dan membuatnya patuh padaku saja sampai dia bisa mengurus diri sendiri. Tapi nyatanya?" Darren berkacak pinggang seraya menggeleng-gelengkan kepala merasa tak habis pikir, "Dia benar-benar membuat ketenangan hidupku terganggu!"

Bagaimana tidak? Mulanya hidup pria itu terasa sangat tenang bahkan berjalan dengan semestinya, namun semenjak kehadiran Anna dalam hidupnya, tidak sedetikpun dia merasakan ketenangan.

Tanpa sadar Darren terus merutuki nasibnya tanpa menghiraukan keberadan Rhodes yang masih berada di dalam ruangan tersebut dan turut menyaksikan amarah atasannya yang meledak begitu saja.

Darren lantas mendelik ke arah asistennya, "Apa yang harus aku lakukan, Rhodes? Apa kau hanya akan menyaksikan kesengsaraanku tanpa membantuku berpikir!?"

Rhodes pun mengerjap, dia tampak terkejut melihat amukan Darren yang bahkan bukan karena dirinya.

"M-maaf, Tuan. Saya hanya-"

"Apa aku harus berbuat kasar padanya agar dia patuh!?" tanya Darren pada dirinya sendiri.

Akan tetapi hal itu membuat Rhodes kembali terkesiap.

"Sepertinya itu bukan cara yang tepat, Tuan," tanggap Rhodes tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" Darren menatap Rhodes seraya menaikkan kedua alisnya yang terangkat.

Rhodes pun membungkukkan tubuhnya, "Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud menggurui tetapi jika Tuan mmemikirkan cara itu sepertinya tidak akan berhasil."

Darren terdiam seketika saat mendengar penuturan asistennta, dia berusaha mengatur pernapasannya yang terasa menyesakkan. Pria itu kembali menatap Rhodes dengan lekat seolah menanti penjelasan dari penuturannya.

"Apa kamu punya cara?" tanyanya pada Rhodes dengan datar.

Mulanya Rhodes masih terdiam seolah ragu untuk mengungkapkan pendapatnya, namun tatapan tajam atasannya kembali membuat Rhodes merasa terintimidasi hingga akhirnya dia pun berkata, "Mungkin Tuan harus membuat nyonya merasa nyaman terlebih dahulu."

Darren kembali mengerutkan kening, sedikit belum mengerti dengan perkataan asistennya. Rhodes pun mengerti dengan kebingungan itu, dia lantas tersenyum dan kembali menjelaskan beberapa cara yang bisa dipilih. Meski hal itu sedikit membuat Darren terkejut karena saran yang Rhodes sebutkan terdengar asing baginya

Dengan mata menyipit Darren kembali berkata, "Bunga? Ck! Kau pikir dia orang mati?"

Akan tetapi Rhodes seketika terkekeh, "Astaga! Kenapa Tuan bisa berpikir seperti itu? Wanita mana di dunia ini yang tidak menyukai bunga?"

"Atau Tuan bisa membelikannya makanan kesukaan nyonya, atau bisa juga perhiasan?" ucapnya kembali menyarankan.

Darren pun terdiam, jujur saja dia tidak terlalu paham dengan beberapa hal mengenai wanita karena lelaki itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak punya waktu untuk mengenal wanita dan semua tentangnya. Terlebih Anna? Dia sungguh belum memahami wanita itu sebab mereja belum sempat mengenal satu sama lain sebelum menikah.

"Bagaimana, Tuan? Apa saran saya masih kurang?" Suara Rhodes kembali membuyarkan lamunan sang CEO yang tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Ah! Ya, terima kasih atas saranmu ... aku akan kembali memikirkannya," ucapnya.

Rhodes pun mengangguk, "Sama-sama, Tuan." Dia tersenyum mendengar respon Darren dan cukup memahami keadaannya yang tidak terlalu memahami wanita karena dia merupakan saksi perjalanan hidup Darren yang hanya dipenuhi urusan mengenai perusahaan.

Darren juga tidak terlalu terkejut mendengar pemahaman Rhodes tentang wanita, karena di balik pengabdiannya, Rhodes tetaplah seorang lelaki yang cukup handal dalam urusan mengenai wanita. Dia selalu berhasil membuat wanita terpesona dengan paras tampan yang dimilikinya.

Sedangkan Darren? Selama ini dua selalu acuh terhadap makhluk bernamakan wanita meski beberapa wanita selalu mengejarnya tanpa harus berusaha keras, namun kini keadaan rasanya berbalik. Dia harus mulai berjuang untuk meluluhkan hari wanita keras kepala yang tinggal satu atap dengannya.

Setelah Rhodes pamit meninggalkan ruangan, Darren kembali dengan kesibukkannya sembari memikirkan saran dari Rhodes. Tak dapat disangka hal itu membuatnya cukup pusing hingga tak bisa fokus dengan pekerjaan yang sedang dia kerjakan.

"Apakah bunga dan coklat bisa membuatnya merasa lebih baik?" lirihnya saat sedanf melamun sembari duduk memutar kursi kerja memandangi pemandangan kota melalui jendela ruangan tersebut.

"Sepertinya itu ide bagus, Tuan. Bunga akan membuatnya merasa tersanjung sedangkan coklat akan membuat suasana hatinya merasa lebih baik."

"Benarkah? Lalu-" Ucapannta seketika terhenti saat mendengar suara aneh dari arah belakang, Darren pun sontak berbalik, "Kau!"

Betapa terkejutnya aku saat menyadari Rhodes yang tiba-tiba berada di ruanganku dan menyahutiku.

"Sejak kapan kau disini!?"

Rhodes menundukkan kepalanya sembari tersenyum, "Maaf karena saya sudah lancang, Tuan. Saya sudah mengetuk pintu terlebih dahulu tapi Tuan tidak menjawab, saya khawatir takut terjadi sesuatu jadi saya masuk untuk memastikan keadaan Tuan," tuturnya.

Seketika saja Darren menghela napas panjang merasa malu dengan sikapnya yang tak biasa bahkan di hadapan asistennya.

"Ya sudah, setelah ini tolong carikan buket bunga dan satu kotak coklat yang bagus," titahnya pada Rhodes, "Pastikan kau membungkusnya sebagus mungkin."

"Baik, Tuan!" Rhodes menyeringai dan segera berlalu dengan penuh semangat.

Sementara CEO itu kembali menyandarkan punggung memikirkan keputusan yang baru saja dia ambil, yaitu dengan memberi Anna hadiah meski dia sendiri ragu wanita itu akan menerimanya atau bahkan akan menolaknya mentah-mentah.

"Yah, anggap saja ini sebagai hadiah perdamaian."

Related chapters

  • Jodoh Wasiat Ayah   6. Hadiah perdamaian?

    "Nyonya. Ada kiriman lagi," ucap Jason setelah tiba di balkon tempat Anna biasa menghabiskan waktu.Anna yang sedang serius membaca buku pun sontak terkejut seraya membelalakkan matanya, "Lagi?? Dari siapa?""Dari tuan Darren, Nyonya."Anna pun mendesis, menerima sebuah paper bag yang disodorkan oleh Jason. Sedangkan Jason sedikit meringis mendapati ekspresi majikkannya yang tak biasa.Betapa tidak? Ini merupakan kiriman yang kesekian kalinya padahal hari masih siang. Anna lantas membuka paper bag tersebut yang ternyata berisi sebuah Dress cantik berwarna merah serta satu kotak Redvelvet yang sudah dihias secantik mungkin.Tak hanya itu, di dalamnya pun terdapat sebuah kartu yang berisikan kata-kata manis yang justru membuat Anna semakin meringis kala ia membacanya"Cake manis dan Dress cantik untuk wanita yang manis. Semoga kau suka ... " tulisnya melalui kartu ucapan tersebut.Anna kemudian berdecih, "Wanita yang manis? Aku bahkan masih ingat saat kamu mencibirku dengan sebutan wani

    Last Updated : 2024-09-06
  • Jodoh Wasiat Ayah   7. Sandiwara yang sukses

    "Oh! Akhirnya kau datang!" Darren pun menoleh dan bangkit dari kursinya, melayangkan senyuman manisnya seolah tak terjadi apapun.Pria itu menatap ke arah Anna yang berjalan mendekat, sama seperti Jason yang menatapnya tanpa berkata apapun lagi. Hal itu sungguh membuat Anna risih!"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu??" tanya Anna bernada ketus meski sedikit menahan rasa kesalnya.Darren lalu memicingkan matanya, "A-ah! Tidak, aku hanya merasa khawatir kamu tidak akan datang.""Khawatir?" Anna lantas menautkan alisnya, merasa konyol dengan pertanyaan Darren yang membuatnya semakin geram, "Kau sungguh khawatir padaku??"Anna lalu mendengkus kesal, sadar bahwa saat ini ia harus terus waspada dan tidak gegabah dalam bertindak. Hingga pada akhirnya wanita itu membuang napasnya dengan kasar mencoba menguasai dirinya yang sempat hilang kendali di depan suaminya."Kau hanya akan berdiri seperti itu?" cetus Anna hingga berhasil membuat Darren terkejut."Ah! Silakan duduk," ucap Darren lalu

    Last Updated : 2024-09-10
  • Jodoh Wasiat Ayah   8. Pria menyebalkan

    "Makan dan habiskan saja dulu, setelah itu kita pulang." Darren berkata dengan nada dinginnya, lalu kembali memotong steak dan memasukkannya ke dalam mulut.Begitu tenang, tanpa memedulikan istrinya yang mulai menatapnya dengan nyalang. Kesal dengan sikap Darren yang seenaknya dan bahkan tidak mendengarkan keinginannya.Anna pun mendengkus kesal, "Kalau begitu aku pulang lebih dulu. Aku akan menghubungi Jason agar segera menjemputku," tukasnya bernada kesal.Namun ketika wanita itu merogoh tas hendak mengeluarkan ponselnya, tiba-tiba Darren meletakkan alat makannya dengan kasar sehingga menimbulkan suara.TAK!"Simpan kembali ponselmu, kita pulang," cetus Darren.Anna yang masih terkejut pun lantas menaikkan sebelah alisnya, heran dengan perkataan Darren yang tiba-tiba melarangnya menghubungi Jason, asisten pribadi yang ditugaskan sendiri olehnya."Kenapa? Kita memang pulang bersama tapi tidak satu mobil. Aku ingin-" "Kita pulang sekarang dengan mobilku, atau tetap tinggal sampai mak

    Last Updated : 2024-09-16
  • Jodoh Wasiat Ayah   9. Wanita dan kerumitannya

    "Kita sudah sampai, Tuan, Nyonya." Rhodes berkata setelah mematikan mesin mobil, menatap ke arah belakang yang ternyata disambut oleh tatapan Anna ya g menajam ke arahnya."Terima kasih!" ketus Anna.Rhodes pun meringis mendapati sahutan Anna yang terdengar sangat dingin dan menusuk. Ia melirik ke arah Darren yang bahkan ikut terdiam seraya menggelengkan kepalanya perlahan seolah memberi isyarat agar Rhodes tidak mempermasalahkan sikap perempuan itu.Tanpa menunggu Darren, Anna segera membuka pintu mobil dan keluar dengan langkah cepat menuju pintu depan. Tidak betah berlama-lama satu mobil dengan suaminya.Darren dan Rhodes lantas mengantar kepergian Anna hingga sesaat setelah Anna menapaki teras rumah dengan langkahnya yang cepat, Rhodes pun mendelik ke arah Darren."Apa yang sebenarnya terjadi?"Namun alih-alih mendapat jawaban, Rhodes justru melihat atasan sskaligus sahabatnya yang tampak terburu-buru melepas sabuk pengaman, "Nanti kujelaskan."Darren bergegas keluar dan menutup

    Last Updated : 2024-09-19
  • Jodoh Wasiat Ayah   10. Pria kaku

    "Jason baru saja tiba, perlukah kusuruh dia kemari atau kalian-""Suruh dia ke ruanganku," potong Darren, masih dengan posisinya yang menghadap ke kolam renang tanpa menoleh sedikit pun.Rhodes pun mengangguk, "Baiklah. Aku akan menyuruhnya segera kesana, tapi bisakah kau berhenti minum? Sepertinya kau sudah terlalu banyak minum," katanya sambil melihat bayangan sisa minuman pada botol yang mulai surut.Darren pun menghela napas, melirik meja di sampingnya serta gelas minuman yang dipegangnya. Lalu tanpa memberikan respon lagi lelaki itu mengibaskan tangannya sebagai isyarat kepada Rhodes untuk segera meninggalkannya.Melihat itu, Rhodes tentu mengerti. Ia akhirnya mendengus pelan dan kembali berkata, "Baiklah. Terserahmu saja ... aku hanya tidak ingin besok kau datang ke Kantor dengan pengar yang tersisa. Kau tahu sendiri besok kita-""Tsk! Iya, iyaa ... aku mengerti. Sekarng bisakah kau pergi? Aku ingin menghabiskan ini saja," sela Darren, berbalik badan sembari mengacungkan gelas y

    Last Updated : 2024-09-25
  • Jodoh Wasiat Ayah   11. Di luar dugaan

    "Hari ini aku akan mengunjungi tuan Freddy," cetus Anna setelah selesai dengan sarapannya.Darren sontak mendelik dan memasang raut wajah yang sedikit terkejut, "Lagi? Bukankah waktu itu kau sudah mengunjunginya dan menyelesaikan urusan kalian? Memangnya ada urusan apa lagi sampai harus terus berkunjung kesana?"Tanpa sadar, Darren memberondonginya dengan beberapa pertanyaan sekaligus setelah suasana sarapan pagi yang terasa sunyi di antara keduanya, bahkan Darren seperti tidak memedulikan sikap dingin yang ditunjukkan istrinya selama beberapa saat lalu, hal itu tentu membuat Anna gusar. Ia merasa Darren benar-benar laki-laki dingin yang bahkan tidak peduli dengan sikapnya.Sampai akhirnya Anna memancing Darren dengan rencananya terkait pertemuannya dengan tuan Freddy dan itu berhasil, Darren tampak ketar-ketir tentang hal itu.Anna lalu berdecih seraya meraih gelas dan meminumnya sedikit, "Selesai? Tch! Aku baru saja sampai disana dan kamu tiba-tiba datang menyeretku bahkan mempermal

    Last Updated : 2024-09-30
  • Jodoh Wasiat Ayah   12. Bawalah pengawalku bersamamu

    "Apa maksud-" Rhodes menghentikan perkataannya, setelah sadar bahwa Darren ternyata sedang bergumam sendiri dan bahkan tidak menyadari keberadaannya.Rhodes lantas menghela napas panjangnya, memutuskan untuk diam sesaat dan memperhatikan gelagat yang ditunjukkan atasannya. Meski Rhodes belum tahu pasti penyebabnya tetapi dalam jarak yang cukup dekat Rhodes bisa melihat dengan jelas bahwa Darren tengah dilanda kegundahan, dengan pandangan kosong serta kepalan tangan yang erat."Apa mereka bertengkar? Lagi?" Rhodes menerka dalam hati."Yah, sudah pasti dia bereaksi seperti itu ... kepergianku memang membuatnya senang." Darren berkata dengan lirih lagi seraya tersenyum getir.Rhodes pun menautkan kedua alisnya, semakin dibuat bingung dengan tingkah Darren. Cukup lama pula Rhodes mendiamkan situasi tersebut meski sesekali ia melirik jam tangan yang sudah menunjuk angka 9, tetapi Darren masih sibuk dengan pikirannya sendiri.Hingga pada akhirnya Rhodes yang sudah tidak tahan dengan situasi

    Last Updated : 2024-10-13
  • Jodoh Wasiat Ayah   13. Kesetiaan Jason

    "M-maksudnya bagaimana, Nyonya?" tanya Jason."Aku sudah muak dengan Darren." Anna mengjela napas panjang, suaranya rendah tapi bergetar dengan emosi terpendam. "Dia sudah terlalu lama mencoba menguasai hidupku. Mengatur semuanya seolah-olah aku hanya alat dalam permainan kekuasaannya."Jason tetap diam. Tubuhnya tegang. Ia tahu ini akan lebih dari sekadar perintah biasa. Apa yang akan diucapkan Anna kali ini bisa membuatnya bingung bahkan bimbang.Anna menatap Jason melalui kaca spion yang tengah menundukkan kepalanya berusaha untuk tidak menatap wanita itu, tatapannya dingin dan tegas. "Jason, aku butuh kau lebih dari sekadar sopir pribadiku atau semacamnya. Aku butuh seseorang yang bisa kupercaya. Darren sudah menyusun rencana untuk menyingkirkanku, aku yakin kau juga tahu itu."Jason terkejut, tapi berusaha tetap tenang. "Apa yang anda maksud, Nyonya?"Anna pun mendengkus, kedal dengan Jason yang tetap terlihat tidak mengetahui apapun. "Pokoknya aku tidak akan diam saja, aku akan

    Last Updated : 2024-10-15

Latest chapter

  • Jodoh Wasiat Ayah   22. Hari tanpa Darren

    Hari-hari Anna tanpa Darren berjalan seperti yang ia bayangkan. Ia menikmati kebebasan yang baru, menjalani setiap momen tanpa perlu merasa terkekang. Tidak ada lagi Darren yang menegurnya karena pulang larut, tidak ada lagi perdebatan panjang tentang siapa yang ditemuinya, atau mengapa ia mengenakan pakaian tertentu. Anna merasa ringan, seperti beban yang selama ini menahannya telah terangkat.Seperti saat ini, wanita itu telah siap dengan pakaian ternyamannya dan menuruni tangga menuju ruang makan."Selamat pagi, Nyonya. Anda terlihat bersemangat sekali," sapa bu Ratna.Dengan mengembangkan senyumnya, Anna menjawab. "Apakah jelas terlihat? Aku hanya merasa kembali seperti dulu, menikmati waktu-waktu kesendirianku."Bu Ratna pun mengangguk pelan. "Saya turut senang melihatnya."Anna lalu memulai sarapannya dengan lahap, dengan asyik memainkan tab di sampingnya melihat beberapa tempat menyenangkan yang hendak ia kunjungi."Sepertinya tempat ini menyenangkan," gumamnya membayangkan. "

  • Jodoh Wasiat Ayah   21. Aku bebas!

    "Nyonya??"Terdengar suara Jason dari balik pintu berusaha membangunkan Anna sembari mengetuk pintu beberapa kali. Anna lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, tubuhnya menggeliat di atas kasur besar."Ya, ya ... aku sudah bangun.""Baiklah. Sarapan juga sudah siap, sebentar lagi bu Lasmi juga izin masuk ke dalam untuk membersihkan kamar Nyonya."Anna lalu berdecih. "Ya, ya, ya ... aku mengerti.""Baiklah, saya pamit menunggu di bawah, Nyonya."Anna hanua berdeham, mengiyakan pernyataan Jason.Suasana pun hening mendandakan bahwa Jason sudah tidak ada di balik pintu itu lagi. Sedangkan Anna tidak langsung bangkit dari tempat tidurnya. Begitu Anna tersadar dari tidurnya yang tak nyenyak, hal pertama yang terlintas di benaknya adalah sosok Darren yang tiba-tiba menghilang tanpa pamit. Rasa marahnya masih tersisa, tetapi rasa penasaran yang lebih besar mendorongnya untuk segera mencari tahu lebih banyak. Ia berjalan cepat ke arah pintu, keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju ruang depan

  • Jodoh Wasiat Ayah   20. Hari tanpa Darren

    "Dia belum turun? Tumben sekali," gumam Anna, sembari mengunyah sarapannya.Wanita itu seketika menyapukan pandangannya ke seluruh ruang makan bahkan sesekali melirik ke arah pintu masuk ruang makan tersebut. Namun, ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Darren."Apa dia berangkat pagi-pagi sekali?" terkanya lagi, kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, "kalau benar, aku tidak peduli."Ya, Anna akhirnya tidak terlalu mempedulikan keberadaan suaminya. Ia malah segera menyelesaikan sarapannya dan bergegas pergi bersama Jason karena hari ini ia akan mendatangi makam mendiang kedua orang tuanya. Di dalam mobil, Anna melihat ke arah luar jendela, entah mengapa perasaannya sedikit tak menentu. Ia pun melihat ke arah Jason yang tengah fokus di balik kemudinya."Jason?""Ya, Nyonya?" sahut Jason, sekilas melirik majikannya melalui kaca spion tengah."Kau tahu kemana Darren? Aku belum melihatnya pagi ini, apakah dia berangkat sejak pagi buta?" tanya Anna, tanpa sadar memberondingi Jas

  • Jodoh Wasiat Ayah   19. Jagalah dirimu, kumohon!

    "Ah! T-tidak apa-apa, Nyonga." Jason berusaha menutupi raut wajahnya setelah berbincang dengan Darren, "apakah anda sudah siap?"Anna mengangguk pelan, meski masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Jason.Ya, setiap pagi, Jason sudah menunggu Anna di depan pintu, siap mengantarnya ke berbagai tempat. Bagi Anna, kehadiran Jason adalah semacam pelarian, seseorang yang bisa ia ajak bicara tanpa perlu merasakan tekanan atau pengawasan yang selalu ia rasakan dari Darren. Meski Jason tetap menjaga profesionalisme sebagai pengawal, Anna mulai merasa lebih nyaman bersamanya, dan bahkan mulai menyadari betapa pentingnya Jason dalam rutinitas barunya."Jason, apakah Darren tidak bicara apapun padamu?" tanya Anna, setelah berada di dalam mobil.Ia masih merasa penasaran dengan sikap Jason yang tiba-tiba terlihat canggung bahkan cenderung tertekan. Walaupun Anna sudah menahan dan berusaha untuk tidak membahasnya, tetapi sikap Jason terlalu kentara untuk dilewatkan.Jason sejak tadi me

  • Jodoh Wasiat Ayah   18. Kau kupecat!

    "Aku pergi dulu," ucap Darren, pamit setelah selesai menyantap sarapannya.Anna hanya diam tanpa menanggapi, lalu melihat sekilas kepergian suaminya yang langsung menghilang dari balik pintu.Betapa tidak? Setelah malam perdebatan keduanya malam itu, suasana di rumah tampak berbeda dari biasanya. Ada ketegangan yang terasa di antara mereka, seakan keduanya berada dalam dunia masing-masing tanpa saling menyapa. Darren yang akhir-akhir ini menghabiskan waktu di ruang kerjanya, sibuk dengan tumpukan dokumen dan menerima panggilan telepon, seolah-olah tidak ada waktu atau perhatian yang tersisa untuk Anna. Sebaliknya, Anna sibuk dengan kegiatannya sendiri, menghabiskan waktu di luar rumah, sering kali ditemani oleh Jason, pengawal yang kini lebih banyak mengisi kekosongan di hidupnya daripada suaminya sendiri.Sedangkan di luar rumah, begitu Darren muncul dari balik pintu dengan memasang wajah dinginnya, Rhodes dan Jason yang tengah asyik berbincang sambil duduk pun segera bangkit dan men

  • Jodoh Wasiat Ayah   17. Pesta selesai, Tuan Putri!

    "Pesta sudah selesai, Tuan Putri." Darren berdiri dengan tatapan tegas di hadapan Anna."K-kau??" Anna terkejut bukan main seraya mengemhentikan gerakkan badannya yang sebelumnya meliuk-liuk menikmati musik.Suasana di sekeliling mereka mulai berubah tegang. Anna yang tadinya tersenyum dan menikmati waktunya, mendadak merasa terganggu oleh kehadiran suaminya yang tiba-tiba muncul di klub malam ini tanpa peringatan. Tatapan Darren tak lepas darinya, sorot matanya penuh dengan ketidaksetujuan yang tak tertutupi. Ia bahkan tak perlu bicara banyak, satu pandangannya saja cukup untuk menyingkirkan pria-pria yang mengelilingi Anna, membuat mereka pergi dengan wajah ragu-ragu."Kita pulang sekarang," ujar Darren, suaranya terdengar tegas tetapi rendah, lebih seperti perintah daripada ajakan.Anna yang sudah setengah mabuk dan dikuasai suasana malam yang menyenangkan, menatap Darren dengan wajah kesal dan menolak mentah-mentah. "Tidak. Aku belum ingin pulang. Aku sedang bersenang-senang, tol

  • Jodoh Wasiat Ayah   16. Wanitaku

    "Ck! Kenapa kau tidak bisa diam dan hidup dengan tenang saja, Anna!?" lirih Darren. Darren duduk di belakang meja kerjanya, tangannya menggenggam ponsel erat-erat, mencoba menahan gejolak emosi yang terus membara dalam dirinya. Sudah beberapa kali ia mencoba fokus pada tumpukan dokumen di depannya, tetapi pikirannya terus melayang kepada istrinya, yang saat ini berada di luar kendalinya. Ia tahu betul sifat keras kepala Anna, tapi situasi kali ini benar-benar membuatnya gelisah. Apalagi dengan rencananya berangkat ke luar kota beberapa hari lagi, urusannya belum selesai, namun pikiran tentang Anna semakin mendominasi. "Haruskah aku sendiri yang membawanya pulang seperti waktu itu?" gumamnya menimbang-nimbang. Tetapi niatan itu cepat terurungkan mengingat bagaimana kejadian tersebut membuat hubungan keduanya semakin kacau dan Anna tidak menyukainya. Sementara di sudut ruangan, Rhodes, tangan kanannya yang sudah lama bekerja bersamanya, melihat dengan jelas kegelisahan Darren. Rhodes

  • Jodoh Wasiat Ayah   15. Pergi ke Klub malam

    "Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan wanita itu?" tanua Darren setelah menerima panggilan telepon dari salah satu pengawal yang bertugas mengawasi istrinya. Untuk seketika raut wajah Darren berubah, matanya terbelalak, terkejut setelah mendengar laporan bahwa Anna sedang menuju klub malam, wajahnya langsung berubah merah padam karena marah. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal kuat. “Apa? Anna pergi ke klub?” Darren berbicara dengan nada dingin namun penuh kemarahan yang membara. “Dimana Jason? Kenapa dia tidak mengabariku? Apa dia membiarkannya begitu saja?” Sang pengawal di seberang telepon hanya bisa menjawab dengan nada takut-takut, “Jason sudah mencoba memperingatkan, Tuan, tapi Nyonya tidak mau mendengarkan.” Darren berdiri dari kursinya dengan kasar, melemparkan map di atas meja ke lantai. “Ck! Aki membayar kalian bukan untuk mendenhar laporan seperti ini. Bawa dia pulang sekarang! Aku tak ingin istriku berada di tempat seperti itu!” Amarah Darren seketika memunc

  • Jodoh Wasiat Ayah   14. Turuti saja perintahku!

    "Tunggu di sini dan bersikap baiklah, aku ada urusan dulu dengan pengacara keluargaku," ujar Anna setelah tiba di dalam Lobi Kantor tuan Freddy. Jason pun mengangguk dan menjawab, "Baik, Nyonyam hubungi saya jika butuh sesuatu." ia segera berjalan menuju tempat duduk yang sudah tersedia di sana. Sedangkan Anna melangkah masuk ke dalam ruangan tuan Freddy setelah mengonfirmasi kedatangannya kepada seorang resepsionis. Ruangan itu terasa sunyi, hanya terdengar bunyi detak jam di dinding. "Selamat siang, Nona muda." Tuan Freddy, seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih itu pun menyambut kedatangan Anna dan mempersilakannya duduk. Wajahnya serius, tetapi ada sorot simpati di matanya. "Terima kasih, Tuan Freddy." Anna membuka pembicaraan dengan suara yang tegas, meski dalam hatinya, ia merasa bingung. "Sebelumnya saya mau minta maaf atas kejadian beberapa hari lalu, saya merasa malu karena Darren-" "Ah! Tidak apa-apa, Nona. Jangan terlalu dipikirkan, saya men

DMCA.com Protection Status