Share

4. Istri pembangkang

"Tunggu, Anna!" teriak Darren berusaha menghentikan istrinya yang terus berjalan menuju lantai dua.

Akan tetapi oanggilan Darren tentu tidak kunjung mendapat respon sehingga lelaki itu pun secara refleks mengejarnya hingga masuk ke dalam kamar hendak menuntut penjelasan darinya atas kejadian hari ini.

"Kita harus bicara, Anna! Kau berhutang penjelasan padaku." Darren terus berjalan mengikuti langkahnya sampai wanita itu menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Penjelasan?" Anna menatap suaminya dengan tajam, "Aku tidak harus menjelaskan apapun padamu, karena kaulah yang terlalu ikut campur urusanku."

Darren seketika mengerutkan kening,  merasa heran dengan penuturannya yang membuat amarah Anna semakin membesar sampai-sampai wanita itu menatapnya dengan penuh amarah dan kebencian.

"Urusanmu? Apa kau lupa bahwa sekarang urusanmu juga urusanku, kau istriku dan kaulah yang harus menuruti kata-kataku, termasuk tidak pergi kemanapun tanpa seizinku. Bukankah sudah kuperingatkan tentang itu?" cecar Darren, "Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu? Dan apa yang kau lakukan pada Jason?"

Anna terlihat kesal dengan cecaran Darren yang bertubi-tubi namun sebelum wanita itu membuka suara dan melawan perkataannya, Darren pun lebih dulu menimpalinya.

"Tidak bisakah kamu mengerti sebentar saja? Dengan menjadi istri baik dan tidak membahayakan dirimu sendiri? Aku berjanji akan membawamu jalan-jalan kemanapun bahkan keliling dunia sekalipun, tapi tolong beri aku waktu sampai pekerjaanku selesai," ucapnya dengan nada bicara sedikit bergetar.

Bagaimana tidak? Darren berusaha meredam amarah serta kekhawatiran yang bercampur dalam dirinya karena kejadian hari ini. Dia bahkan rela meninggalkan rapat penting dan mempertaruhkan proyek besar yang senilai jutaan dollar hanya untuk bisa menyelamatkan Anna dari orang-orang yang membahayakannya.

Karena terlampau kesal, lelaki itupun memberondonginya dengan berbagai pertanyaan yang dia sendiri sudah tahu bahwa wanita itu tidak akan menjawab bahkan tidak akan peduli.

"Ck! Harusnya kau tanyakan itu pada dirimu sendiri. Karena kau mempekerjakan orang lemah seperti dia yang bahkan tidak pintar menyadari situasi, beruntung saja aku tidak menuangkan racun untuknya," jelas Anna tersenyum sinis, "Satu hal lagi, aku bukan anak kecil yang bisa kau atur-atur sesukamu. Aku bisa mengurus diriku sendiri."

 

Wanita itu pun tanpa segan membalas tatapan Darren seolah tidak berniat mematuhi ucapannya, bahkan tak ada sedikitpun ketakutan dalam diri perempuan itu. Terasa dingin dan penuh penekanan.

"Astaga! Sebenarnya dari mana sifat pembangkangmu muncul!? Kenapa kau sangat berbeda dengan tuan dan nyonya Donovan yang lebih ramah?" ucap Darren seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Seketika saja Anna kembali mengerutkan keningnya dan menjawab, "Diam! Jangan pernah kau sebut orang tuaku dengan mulut licikmu! Kau tidak tahu apapun tentangku."

Darren pun terdiam melihat reaksinya yang selalu bertambah garang saat membahas kedua orang tuanya, namun dengan demikian lelaki itu jadi tertantang sesuatu karenanya.

Dengan tersenyum sinis Darren kembali berkata, "Kalau begitu cobalah buktikan! Renungi perbuatanmu hari ini."

Tanpa menunggu respon Anna, Darren mulai melangkah mundur dan mencabut kunci pintu kamar tersebut. Sementara itu Anna terlihat heran dengan tindakan suaminya yang dirasa mencurigakan baginya.

"Mau apa kau!?"

Akan tetapi Darren tidak menjawab dan hanya tersenyum sinis.

"Kau tidak boleh keluar sampai kau merenungi perbuatan konyolmu hari ini," tukas Darren seraya menutup pintu.

"Tidak! Darren-"

BLAM!

Darren segera menguncinya dari luar dan tidak mempedulikan Anna yang terus berteriak tak karuan bahkan sampai menggedor-gedor pintu.

"Pria gila! Berani kau mengurungku!" teriaknya dari dalam.

"Ck! Diamlah! Teriakkanmu sangat mengganggu, Nona muda."

Darren kemudian berjalan menjauh dari pintu tersebut sembari menekan-nekan pelipisnya berusaha meredakan sakit kepala yang menyerang. Betapa tidak? Pikirannya terasa begitu kalut karena kejadian hari ini yang berhasil membuatnya ketar-ketir, penampilannyapun terlihat lusuh sebab harus berpindah tempat dalam sekejap.

"Dimana Jason?" gumamnya pada diri sendiri dengan terus berjalan hendak mencari pria itu, namun langkahnya seketika terhenti kala melihat seseorang dari celah pintu balkon yang sedikit terbuka.

Darren lantas memperjelas penglihatannya seraya berjalan menuju balkon. Tiba-tiba dia tersentak melihat sosok pria yang tengah terbaring dengan posisi tak karuan di atas kursi santai.

"Jason!?" Darren mengernyit sembari berdecak kesal melihat pria yang telah kupercaya untuk menjaga Anna ternyata malah tertidur tanpa mengetahui kejadian genting yang baru saja terjadi.

"Jason, bangunlah ... "

Tanpa berlama-lama dia pun segera membangunkannya dengan menggoyangkan bahunya. Namun ternyata pria itu tidur cukup lelap sehingga butuh beberapa kali untuk membangunkannya.

"Ck! Merepotkan! JASON!!"

Dengan sedikit menaikkan volume suaranya Jason pun mengerjap, berusaha mengembalikan kesadarannya.

"Ah! I-iya, Tuan?" Jason segera berdiri saat menyadari siapa yang tengah berdiri di sampingnya, dia juga terlihat menyapukan pandangannya tampak panik, "D-dimana Nyonya??"

Melihat itu, Darren bertambah geram sembari menggeleng-gelengkan kelapanya, tak habis pikir dengan perbuatan yang dilakukan Anna hingga berhasil membuat Jason seperti itu.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa Anna bisa lolos begitu saja sementara kamu malah bersantai disini?" cecar Darren.

Jason pun terkejut mendengar Anna yang ternyata berhasil kabur dari pengawasannya, dia pun seolah mengingat-ngingat apa yang terjadi sebelumnya. Kedua matanya lantas melihat ke arah gelas kosong yang tersimpan di atas meja dan seketika saja dia terbelalak.

"M-maaf, Tuan. Saya mengaku salah, saya-"

"Aku kecewa padamu, Jason."

Ya! Rasa khawatir Darren yang belum mereda kini bertambah dengan rasa kecewanya pada Jason, dia berusaha menguasai diri namun sialnya rasa takut terhadap keselamatan Anna lebih besar.

Sementara Jason masih menundukkan kepalanya tanpa berani menatap lawan bicaranya, dia tampak merasa bersalah namun Darren sama sekali tidak peduli.

Dengan embusan napas kasar Darren pun kembali berkata, "Ini terkahir kalinya, kalau sampai hal ini terjadi lagi ... aku tidak akan memaafkanmu."

Jason tentu terkesiap mendengar penuturan majikannya, dia menampakkan ketakutannya melihat Darren yang menatap nyalang ke arahnya. Ketakutan pun terlihat jelas saat dia mendengar ancaman yang diberikan.

"Sekarang istriku ada di dalam kamarnya, jangan sekali-kali membukakan pintu untuknya. Awasi sampai aku kembali." Tanpa ingin mendengar perkataan apapun lagi Darren segera berlalu meninggalkan pria itu.

Setibanya di halaman rumah, Rhodes sudah tiba dengan mengendarai mobil Anna yang sebelumnya tertinggal di Kantor pengacara. Dia membungkukkan tubuh dan menyerahkan kunci mobil.

"Kita kembali ke Kantor," tegas Darren, dengan terus memasang wajah dinginnya.

Rhodes yang sudah mengerti keadaan pun tidak banyak berkomentar dan hanya menyanggupi perintah tuannya. Perjalanan pun terlewati dengan suasana hening, tetapi tidak dengan pikiran Darren yang berkecamuk. Rhodes pun terus memperhatikan majikannya dari kaca spion di bagian tengah, tampak kekhawatiran terlukis jelas di wajahnya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Darren tiba-tiba.

Akan tetapi Rhodes menggelengkan kepalanya, "Cukup parah, Tuan. Tapi tidak perlu khawatir karena kami sudah membawanya ke Rumah Sakit."

Darren lantas menghela napas lega, "Syukurlah."

Untuk sesaat dia kembali terdiam, pikirannya masih sibuk memikirkan beberapa cara untuk mencari dan menghadapi seseorang di balik semuanya.

"Rhodes, sepertinya kita harus lebih hati-hati lagi dan tidak meremehkan mereka, apalagi mereka berani melukai salah satu pengawalku," ucapnya lagi yang kali ini menatap Rhodes dengan lekat.

Rhodes mengangguk, "Tentu, kami akan melakukan yang terbaik untuk keselamatan Nyonya dan juga anda."

Ya! Keputusan Darren menempatkan beberapa pengawal untuk mengawasi dan menjaga Anna dari jarak jauh memanglah tepat, dari laporan mereka pula dia bisa mengetahui keberadaan Anna dengan mudah. Meski risikonya cukup besar dia juga akhirnya mengetahui bagaimana kekuatan lawan. Darren benar-benar tidak bisa membayangkan bahaya apa yang mengintai istrinya jika dia tidak menugaskan mereka.

Darren pun kembali memandang ke arah luar jendela dengan pikiran menerawang, "Maafkan aku tuan Donovan, ini kali terakhirnya aku lengah. Namun aku berjanji akan melakukan apapun untuk melindungi Anna, sesuai amanat anda."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status