Share

Jodoh Wasiat Ayah
Jodoh Wasiat Ayah
Penulis: IR Windy

1. Malam pertama

"Kau!? Mau apa kau datang kesini?" ucap Anna refleks bangkit dari meja rias dan mundur beberapa langkah.

Wanita itu terlihat sangat terkejut saat mendengar suara pintu kamar yang tiba-tiba saja terbuka bahkan menampakkan sosok pria berwajah dingin yang dengan santainya berjalan memasuki ruangan itu begitu saja.

"Aku?" Pria itu menaikkan alisnya dan kembali berkata, "Aku kesini untuk menemui istriku, kau lupa kalau sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri?"

Mendengar penuturannya yang percaya diri lantas membuat Anna semakin geram, wanita itu pun menautkan alis seraya berdecih, "Ck! Jangan mimpi, Darren! Bukankah kita sudah sepakat tidak akan-

BRAK!

Tanpa aba-aba Darren menarik tubuh Anna dan memojokkannya hingga menyentuh dinding. Lelaki itu menatap lekat manik coklat yang tampak bergetar, tapi hal itu tidak lantas membuatnya tersadar bahwa perempuan di hadapannya tengah menunjukkan rasa takutnya.

Bahkan Darren hanya memasang wajah sangar dan sedikit mengangkat sebelah bibirnya. Hingga akhirnya pria itu menautkan bibirnya, memainkannya dengan beberapa sentuhan intens dan sukses membuat Anna terkejut sampai-sampai debaran jantungnya tak karuan.

"S-stop, Darren!" Anna meronta berusaha melepaskan diri tetapi tenaganya tentu kalah jika dibandingkan dengan tenaga seorang lelaki.

Darren terus menyerang Anna di beberapa titik sensitifnya. Hal itu membuat Anna merasakan bahwa sentuhan tersebut semakin lama semakin kasar dan menyebabkan rasa ngilu pada beberapa bagian tubuhnya.

"Darren ... p-please ... "

Alih-alih menuruti permintaan Anna. Rintihan itu justru membuat Darren semakin terpacu karena suara yang dikeluarkan Anna terdengar seksi baginya.

Anna berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjaga kesadarannya. Di tengah kesunyian malam, hanya deru napasnya yang terdengar, berpadu dengan bisikan angin yang menerpa tirai jendela. Matanya memejam rapat, mencoba menghalau sensasi yang mengalir dari ujung jemari Darren yang terus menerus memberikan rangsangan pada bagian paling sensitif dari tubuhnya.

"Darren, hentikan ... " suaranya terdengar serak dan hampir hilang, namun Darren hanya tersenyum tipis, seolah tidak mendengar permintaan Anna.

Sementara itu, dalam benaknya, Anna memutar kenangan-kenangan masa kecilnya, berusaha menciptakan benteng yang kuat untuk menahan gelombang sensasi yang menghantam dirinya. Dia membayangkan dirinya berlari di padang rumput, mencium aroma bunga liar, dan merasakan hangatnya sinar matahari di wajahnya.

Namun, setiap kali dia hampir berhasil, Darren kembali menggoyahkan pertahanannya dengan berbagai sentuhan yang selalu membuat tubuhnya bereaksi dengan sendirinya.

"Sial! Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri," umpatnya dalam hati. "Sadarlah, Anna!"

Dengan desakan terakhir yang tersisa, Anna mengumpulkan semua kekuatan yang masih dimilikinya. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpuljan kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya hingga, tetapi sialnya ... tenaganya tentu tidak cukup untuk melawan tubuh kekar milik pria di hadapannya. Alih-alih berusaha menggerakkan tubuhnya, hanya gemetar tubuhnya saja yang semakin kuat.

Sedangkan Darren merasakan tubuh Anna yang gemetar di bawah sentuhannya. Sejenak dia terdiam, lalu mendengkus kesal hingga menghentikan aksinya. Tatapan matanya berubah dingin, menatap Anna dengan penuh cemoohan.

"Tch! Gadis polos!" Darren mencibir, suaranya sarat dengan kekecewaan dan kemarahan terpendam. "Kamu benar-benar menyebalkan."

Anna mengerutkan tubuhnya, merasakan dinginnya sandaran dinding dan kata-kata Darren yang menusuk. Dia mencoba menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk menatap Darren, meskipun tatapannya sendiri dipenuhi air mata yang tertahan.

"Segera berbenah dan istirahat. Aku tidak ingin mendengar lagi keluhan darimu malam ini." Darren berkata dengan nada perintah, seolah-olah Anna hanyalah benda yang bisa dia atur sesuka hati.

"Kau-"

Gerakkan Darren pun terhenti kala dia hendak memutar tubuhnya untuk meninggalkan Anna. Pria itu lantas menyeringai, melempar senyuman sinisnya saat melihat keadaan istrinya yang berantakkan.

"Tidurlah, kau pasti lelah," cetusnya.

Anna lantas terdiam dan tidak lantas menimpali, namun keterdiamannya ternyata membuat Darren merasa aneh. Dia pun menatap istrinya sembari menautkan alis.

"Ada apa lagi denganmu?"

Belum sempat Anna menjawab pertanyaanya, lelaki itu kembali menimpalinya, "Ah! Ya. Sepertinya aku harus menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk mengajarimu karena ternyata aku mendapatkan istri yang saaangat polos, sepertimu. Aku sungguh takjub karena keluargamu berhasil menjaga anak gadisnya."

Darren kemudian tersenyum sinis, mencemooh dengan tatapannya. Hal itu tentu membuat Anna kembali geram! Wanita itu segera bangkit dari sandarannya dan membenahi diri 

"Apa katamu!? Kau pikir aku wanita seperti apa!?" elaknya, "Aku tidak pernah sudi disentuh oleh pria licik sepertimu!"

"Licik!?"

Darren tiba-tiba merubah raut wajahnya, dia menatap Anna dengan nyalang seolah tersinggung dengan perkataannya

Sembari berpangku tangan Anna pun mendengkus kesal, "Apa perkataanku kurang jelas? Kau laki-laki yang tidak lebih dari seorang penjilat, tamak, tidak jauh dengan seekor musang."

"Apa maksudmu? Kenapa kau terus bicara melantur seperti itu? Kau habis meminum alkohol?" sergahnya tak terima.

"Ck! Jangan berkelit! Aku tahu apa yang sedang kau rencanakan pada keluargaku," ucap Anna kembali mengambil napas sebelum akhirnya dia melanjutkan perkataannya, "Kau sengaja merencanakan kematian orang tuaku dengan menyuruh mereka membuat wasiat sialan itu agar kau bisa menguasai bisnis keluarga kami dan merebutnya saat aku lengah. Ya! Kau pria serakah yang berambisi memiliki semua yang kau inginkan, tidak peduli berapa nyawa yang harus hilang karena keserakahan yang kau miliki."

Deg!

Seketika saja hatinya terasa panas, jantungnya berdebar sangat kencang saat mengingat kematian kedua orang tuanya yang sangat mendadak dan terasa ganjil.

Masih teringat dengan jelas bagaimana hari setelah pemakaman kedua orang tuanya yang penuh haru akibat kecelakaan tragis itu, Anna harus menghadapi kenyataan bahwa dia kini sendirian. Dia kemudian menemukan sebuah amplop yang disembunyikan di dalam brankas pribadi ayahnya. Di dalam amplop itu terdapat surat wasiat yang ditulis oleh kedua orang tuanya.

Anna membuka surat wasiat itu dengan tangan gemetar. Isinya membuatnya terkejut dan bingung. Di dalam surat itu, tertulis bahwa kedua orang tuanya ingin dia menikah dengan seorang pria bernama Darren yang tak lain merupakan CEO dari pesaing bisnis keluarganya.

"Apa ini?" gumam Anna. "Mengapa mereka meminta hal ini?"

Di akhir surat itu, terdapat catatan yang menjelaskan bahwa Darren adalah putra dari sahabat lama ayahnya, meski saat ini perusahaan keduanya tengah bersaing. Bahkan pernikahan ini bertujuan untuk memastikan Anna tetap aman sampai dia bisa mengelola sendiri bisnis peninggalan keluarganya.

Anna pun berdecih dan meragukan pilihan mendiang ayahnya terkait pria yang kini telah sah menjadi suaminya.

"Ck! Sulit dipercaya, bisa-bisanya ayahku memilihmu ... " Anna menatap Darren dengan nyalang, menyiratkan bahwa gadis itu begitu tidak menyukai keberadaannya.

Sedangkan Darren semakin menyipitkan matanya, "Apa kau bergurau!? Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?"

Anna pun tertawa sinis, "Kenapa? Kau terkejut karena aku mengetahui rencana busukmu?"

"Kau!" Darren melayangkan tatapan tajamnya, dia tampak sangat kesal karena penuturan istrinya tentang dirinya.

"Dengar! Kau bisa menipu semua kerabatku hingga sangat menggilaimu sampai memaksaku memenuhi wasiat itu, tapi tidak denganku. Aku tidak akan pernah membiarkan pria ular sepertimu mengambil semua harta Donovan. Kecuali kau melangkahi mayatku terlebih dahulu," ungkap Anna secara lantang meski dengan suara yang bergetar masih saja terdengar.

Ya! Anna terus berusaha memberikan pertahanan dan tidak memberinya kesempatan untuk bisa berkelit dari semua tuduhannya karena dia ingin melihat reaksi Darren meski situasi terasa pengap begitu pula dengan perasaan sedih yang terus meluap karena teringat dengan kematian kedua orang tuanya.

Usaha itupun berhasil! Darren terlihat diam dengan kedua tangan yang terkepal serta sorot mata yang terus menatap Anna bagai seorang pemangsa.

Tiba-tiba Darren menatap Anna dan tersenyum sinis, "Baiklah, anggap saja semua tuduhanmu terhadapku itu benar. Lantas, apa yang akan kamu lakukan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status