Beranda / Romansa / Jodoh Untuk Nona Manja / Bangkrutnya Keluarga Prayogi

Share

Bangkrutnya Keluarga Prayogi

Penulis: Indahsaira
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-19 13:34:38

Sebuah mobil mewah mulai memasuki perkampungan. Jalanan yang semakin sempit terpaksa menghentikan laju mobil itu.

"Van, kayaknya ini mobil udah nggak bisa masuk deh!" ucap Bima.

"Kayaknya masih jauh. Udah paksa jalan aja!"

"Kita bisa tabrakan. Ini jalan cuma muat mobil sebiji!" tambah Bima.

Alvan menghela nafas panjang. Dilipat lengan kemejanya hingga siku. Berharap lelahnya selama perjalanan bisa sedikit berkurang.

"Terus, gimana kita bisa sampai ke penginapan?" tanya Alvan sambil menggeser layar gawai. Barangkali ia menemukan kontak yang bisa dihubungi.

Bima masih memperhatikan lalu lalang jalanan. Jarang ada mobil yang lewat, kecuali mobil pickup untuk mengangkut barang. Sisanya hanya ada motor, sepeda dan si roda tiga. Selain itu tak terlihat jenis angkutan umum lainnya.

"Kamu nggak simpan nomornya Pak Seno, yang ngurusin penginapan?" tanya Bima.

"Ada sih, tapi dari tadi aku hubungi nggak bisa. Udah jalan aja lagi!"

"Jalannya makin sempit Alvan. Lagian sebelah kita sungai. Nih mobil bisa kecemplung."

"Ah alesan. Sini biar aku yang bawa mobilnya!"

Alvan turun dari mobil. Dalam sepersekian detik, seluruh perhatian pengguna jalan langsung tertuju padanya. Setiap langkah Alvan dipandang tiap orang. Termasuk Kayla, gadis yang sedang mengendarai motornya itu sedang memperhatikan Alvan saat berada di tepi jalan.

"Hahhhh, gantengnya. Siapa ya," pikir Kayla penasaran. Ia pun tak bisa berhenti melihat sosok Alvan sampai pria itu kembali masuk ke mobil untuk mengemudi.

"Aduh, ganteng banget. Pingin deh punya pacar kayak dia!" batin Kayla lagi. Ia pun masih tertegun mengingat pesona yang baru saja dilihat.

**

Siang yang panas menyengat. David yang baru saja menghentikan semua fasilitas kartu kredit untuk putrinya kini sedang termenung di ruang kerjanya. Rasanya tak bisa berkata apa-apa lagi. Selain diam dan memegang keningnya yang sangat pusing sejak semalam.

"Mana gadis itu, cepat bawa ke sini!" pinta David di sambungan telepon miliknya.

Tak lama seorang gadis datang bersama sopir David dengan langkah kaki yang dipaksa. Ia terlihat sedang memendam emosi. Tak disangka dirinya akan diperlakukan demikian. Rasanya sudah seperti tahanan kabur.

"Ellysia Prayogi, akhirnya kamu pulang nak!" ucap David pada putri tunggalnya.

Sopir tadi akhirnya dipersilahkan keluar dari ruang kerja David. Kini hanya ada David dan Ellysia. Suasanapun seketika hening dan menyeramkan. Khususnya bagi Ellysia.

"Mau sampai kapan kamu sering kabur-kaburan gini?" tanya David. 

"Sampai Papa mau kuliahkan Ell ke luar negeri!" jawab Ellysia ketus.

David hanya diam. Ia sebenarnya sudah bingung bagaimana menghadapi sikap putrinya yang makin menjadi. Pusing di kepalanya semakin terasa berat. 

Melihat Papaya hanya diam. Gadis itu berusaha berbicara lagi. Ia bahkan mengeluarkan nada sedikit keras.

"Papa, kenapa sih berubah? Mana Papa yang dulu yang selalu menuruti semua keinginan Ell? Terus kenapa Papa blokir semua kartu Ell," ucap Ellysia. Ia kini sedikit menajamkan matanya.

"Papa berubah, karena kehidupan kita sebenarnya sudah berubah Sayang!" terang papanya dengan tatapan sendu.

Ellysia membuang muka. Namun, ia kembali menatap wajah papanya. Dilihat wajah orang yang telah bersamanya sejak kecil itu sangat serius. Tampaknya papanya tidak berbohong. Lagi pula selama ini tak pernah ada kebohongan di antara mereka.

"Maksud Papa?"

"Kita udah jatuh miskin Nak. Jadi, nggak mungkin lagi buat biayain kuliah kamu ke luar negeri!"

Ellysia berubah masam. "Papa bohong kan?" 

Rasanya lutut gadis itu lemas. Ellysia yang terbiasa bergelimang harta harus mendengar papanya bangkrut adalah sebuah pukulan yang berat.

"Sekarang, lebih baik kita pulang. Kita bicarakan ini di rumah."

"Tapi inikan masih jam kerja Pa!"

"Iya, tapi ini bukan lagi kantor Papa. Papa udah nggak punya perusahaan."

David menggandeng putrinya. Mengajaknya berjalan bersama untuk pulang.

Sementara Ellysia masih belum sepenuhnya percaya. Ia berharap ini lelucon. Keluarganya tak mungkin bangkrut. Meski begitu, ia tetap berjalan bersama David. Pulang dan berharap ini semua tidak nyata.

** 

Rumah kediaman keluarga Prayogi sedang dikosongkan sebagian. Ellysia yang masih belum bisa pecaya akan kebangkrutan papanya masih syok. Namun, siang ini ia melihat sendiri, para debt collector datang ke rumah.

"Pa, mereka mau bawa mobil Ell ke mana?" tanya Ellysia melihat mobilnya dibawa orang yang tak dikenal.

"Bank," jawab David dengan tenang.

"Tapi, kita masih bisa tinggal di rumah ini kan Pa?"

David menatap putrinya sangat dalam. Ia tahu kabar ini pasti akan membuatnya terpukul. Tapi, untuk saat ini. Nasi sudah menjadi bubur. Semuanya telah terlanjur terjadi.

"Rumah ini juga akan disita, Sayang!"

Ellysia menggeleng tak percaya. Ia pun berlari cepat ke arah kamarnya yang ternyata pintunya dalam keadaan terbuka.

"Apa yang kalian lakukan di kamarku. Cepat keluar!" teriak Ellysia yang langsung menyita perhatian sang papa di lantai bawah.

"Kami sedang mengambil beberapa barang branded milik Nona untuk dibawa ke bank. Tas, jam tangan, kacamata juga perhiasan." Terang sosok bertubuh besar dan tegap.

"Enggak, ini nggak mungkin! Papaaaaaa!" teriak Ellysia lagi lebih kencang dan tak lama setelah itu Ellysia jatuh tak sadarkan diri.

**

Rumah sudah hening. Para debt collector telah meninggalkan kediaman keluarga Prayogi. 

Terlihat David sedang memperhatikan lembaran kertas kerjanya. Namun matanya seolah mengeluarkan bulir. Hanya saja, buliran itu tak sampai jatuh. Ia dengan segera membersihkannya.

"Pa! Papa nangis?" tanya Ellysia yang sempat melihat.

"Maafin Papa ya nak!"

Ellysia tanpa berkata apapun langsung mendaratkan pelukan pada papanya. Ia tahu orang tuanya itu sedang bersedih. Tapi, dirinya juga lebih sedih lagi.

David melepas pelukan putrinya perlahan. Ia mencoba menangkap kedua mata Ellysia dengan matanya. 

"Ell, besok kamu ikut Pak Heru ya!"

"Ikut Pak Heru ke mana?"

"Sementara ini, kamu tinggal di kampungnya Bibi Tari. Sampai Papa punya tempat layak untuk kita."

"Maksudnya, aku harus tinggal di desanya Bibi Tari?"

"Iya karena rumah ini akan disita bank dalam waktu dekat."

**

Pagi ini, Ellysia bersiap meninggalkan rumahnya. Ia mencoba melihat rumahnya lebih lama lagi. Mungkin ini yang terakhir.

"Selamat tinggal my home. I will miss you," gumam Ellysia.

Mobil yang dikendarai Ellysa untuk pergi ke kampung bibinya sudah melaju. Rumah yang diperhatikan itu makin lama makin jauh. Akhirnya Ellysia benar-benar meninggalkan tempat tinggalnya.

**

Ellysia sudah sampai di tujuan. Ia mendapati sebuah rumah sederhana dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Terbuat dari kayu dan berlantai semen. Pepohonan rindang mengelilingi. Ellysia mulai melangkah masuk.

"Ini rumah, yang bener aja!" batin Ellysia. 

Ruang tamu hanya ada kursi kayu berwarna pudar. Tak ada pendinginan ruangan. Debu dan cahaya masuk membuat suasana semakin hangat meski di dalam rumah. 

"Nona Ell, udah datang. Silahkan masuk!" sambut bibi Tari, orang yang akan merawat Ellysia selama berada di sini.

"Kamarku mana Bi?"

"Sebelah sini Non!"

Ellysia berjalan masuk ke dalam kamarnya dan rasanya saat itu juga. Ia ingin kembali pingsan. 

Bab terkait

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Ellysia Jatuh Ke Sawah

    Ellysia harus menarik napas dalam. Ia berusaha keras meyakinkan hatinya. Bahwa yang ada di depannya sekarang adalah kamarnya.Kakinya melangkah lagi untuk masuk, terasa cukup berat. Aroma kayu yang tersiram air hujan masih bisa dihirup. Atapnya terlihat seperti kebocoran. Tapi, gadis yang kerap disapa dengan nama Ell tersebut masih berusaha menerima."Ini seperti mimpi buruk," gumam Ellysia."Apa Nona," sahut Tari. Ia seperti mendengar sedikit ucapan nona mudanya itu."Bukan apa-apa Bi.""Kalau gitu, Bibi tinggal ke dapur dulu ya. Kebetulan Bibi belum siapkan makan siang."Ellysia tersenyum. "Iya Bi!"Kedua pasang mata Ellysia tak bisa berhenti melihat setiap sudut kamarnya. Jendela kecil yang pengaitnya hanya terbuat dari paku yang dibengkokkan. Baginya terlalu mengenaskan. Belum lagi lemari yang ukurannya begitu kecil bagi Ellysia."Ya ampunnn," ucap Ellysia sekali lagi.Kini tubuhnya berusaha duduk di kasur.

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-20
  • Jodoh Untuk Nona Manja   Mungkin Ini Jodoh

    Satu per satu lumpur yang menempel di tubuh Ellysia terkikis. Jatuh bersama air yang mengalir langsung ke sungai."Tadi Pak Heru kan udah bilang. Awas kepereset. Nggak tahunya kepereset beneran," ucap Pak Heru yang melihat Ellysia membersihkan tubuhnya dibantu oleh Bibi Tari."Udah Non, lanjutin di kamar mandi aja!" pinta bibi Tari pada Ellysia yang masih kesal dengan aroma yang berasal dari tubuhnya sendiri.Ellysia membuang napas kaaar. Matanya terpejam merasa lelah dengan segalanya. Ia seperti sudah jatuh harus tertimpa tangga. Susah payah dirinya mencoba mencari hiburan di sebuah kampung kecil yang tidak ada apa-apa. Yang terjadi dirinya malah harus terpelosok di sawah. Ia merasa hidupnya mulai mengenaskan."Ya udah deh. Bantuin Bi!" Ellysia menegakkan tubuh. Menjulurkan tangan agar Bibi Tari membatunya untuk berdiri. Rasanya ia masih tak percaya dengan keadaan yang menimpa dirinya sekarang.Ellysia seperti malas bergerak. Ia geli dengan tubuhn

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • Jodoh Untuk Nona Manja   Satu Motor

    "Cepat nak, bantuin Bapak ya!" pinta Pak Heru saat itu juga. Ia melihat Alvan masih terbengong sendiri. Agak bingung sebenarnya, mengapa Alvan melihat Ellysia sampai seperti itu."I, iya Pak," jawab Alvan agak terbata.Alvan menarik napas cukup dalam. Ia kini berhadapan lagi dengan gadis yang selalu menyusahkan sejak pertama kali bertemu.Bagaimana bisa takdir bertindak seperti ini. Ia seperti dipermainkan keadaan. Sejauh ia berjalan ke bagian terpencil bumi. Tetap saja sosok gadis ini yang ditemui. Apa tidak ada lagi wanita lain untuk dipertemukan dengan dirinya.Tidak butuh banyak tenaga untuk menggendong Ellysia. Alvan melakukannya dengan begitu mudah. Tapi tidak dengan hatinya yang seperti menahan beban cukup berat.Dengan jarak sedekat itu, Alvan bisa melihat tiap garis wajah dari gadis muda tersebut. Mata yang tertutup terlihat cantik dengan bulu mata lentik. Alis tebalnya tampak menawan ditambah ada tahi lalat kecil

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-23
  • Jodoh Untuk Nona Manja   Pria Yang Menyebalkan

    Ellysia berusaha duduk dengan tegap di atas motornya. Sesekali Alvan harus mengerem tiba-tiba hingga membuat Ellyisa berpikir pria di depannya adalah pria mesum yang suka memanfaatkan keadaan.Spontan karena motor kembali direm mendadak. Ellyisa memukul bahu kanan Alvan. Cukup keras pukulan itu. Hingga membuat Alvan sangat terkejut dan merasa sakit."Hey, hati-hati. Kamu mau kita jatuh. Emang kamu nggak mau kita sampai rumah dengan selamat?" teriak Alvan di tengah hujan yang kembali mengguyur. Tidak sederas tadi. Namun, tetesannya berhasil masuk ke mulut Alvan saat dirinya sedang berbicara dan ia merasa gak terganggu dengan hal tersebut."Aku juga maunya selamat sampai tujuan

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-25
  • Jodoh Untuk Nona Manja   Ellysia Menangis

    "Ngelamun Si Alvan. Ihhhhh, ogah banget. Emang dia siapa. Cuma cowok yang kebetulan lewat dan mengacaukan hariku," gumam Ellysia yang sedang mandi.Ia mulai membuat dirinya basah. Sabun dengan aroma vanilla disebar di seluruh tubuh hingga harumnya membuat tenang.Sesaat rasanya Ellysia bisa sejenak melupakan masalah yang menimpanya. Bukan perkara gampang bagi seorang Ell menerima kenyataan pahit yang tiba-tiba datang dalam hidupnya.Kenyataan tentang keluarganya yang bangkrut. Belum lagi ia harus tinggal di perkampungan yang amat jauh dari kota. Mimpinya mengenyam pendidikan di luar negeri juga harus pupus."Menyebalkannn, terus gimana nasibku setelah ini," ucap Ellysia yang masih di dalam kamar mandi.

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-28
  • Jodoh Untuk Nona Manja   So Beauty

    Alvan membuang wajahnya menatap bagian lain dari langit yang gelap. Dipejamkan matanya sesaat setelan meletakkan gelas kopinya di atas meja.Tiba-tiba sebuah langkah kaki yang cukup keras mengejutkan. Alvan menoleh ke langkah kaki yang berasal dari dalam rumahnya itu."Bima, apaaan sih lari-lari di dalam rumah," ucap Alvan sedikit berteriak karena kesal merasa dikegeti.Bima dengan cepat duduk di sebelah Alvan sambil menunjukkan ponsel pintarnya. "Gawat Van. Kayaknya kita emang harus masuk ke pabrik Papa kamu buat memastikan semuanya. Aku udah minta perkiraan laba bulan lalu ke perusahaan pusat dan mencocokkan dengan hasil di komputer pabrik yang ada di sini. Hasilnya, ternyata selisih banyak Bro. Banyak banget," terang Bima sambil menunjukkan perbandingan laporan.Alvan

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-29
  • Jodoh Untuk Nona Manja   Sindiran Halus Untuk Ell

    Bima terdengar mengalunkan lagu cinta dari bibir tipisnya. Ia terlihat sangat senang dengan mata yang tampak berbinar.Seperti kebiasaannya beberapa hari ini. sepulang dari pasar, ia akan menyiapkan makanan untuk sarapan pagi. Juga untuk makan siang beserta makan malam jika bisa. Namun, ada sedikit perbedaan yang dirasakan oleh Alvan sepulang Bima dari pasar.Putra tunggal dari Tomi Anderson itu, tiba-tiba merasa fokusnya pecah. Ia yang tadinya sibuk meneliti denah bangunan pabrik yang hari ini akan dieksekusinya. Terpaksa berhenti untuk melanjutkan kegiatannya.“Aneh, kayak denger suara orang nyanyi,” batin Alvan ragu-ragu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-29
  • Jodoh Untuk Nona Manja   Memulai Untuk Menyamar

    Cara berpikir yang tak bisa berbuat apa-apa tanpa uang benar-benar tertanam pada seorang Ellysia Prayogi. Harta banyak yang selama 18 tahun menemaninya setiap hari. Menjadikannya pribadi dengan pola pikir yang tak pernah tahu bagaimana berada di luar zona nyaman.Saat ini, dirinya berada di zona tersebut. Zona yang tidak nyaman. Zona yang tidak pernah terpikirkan oleh Ellysia, bahwa dirinya akan berada di sana. Zona yang sengaja diciptakan oleh sang papa agar Ellysia mau dan bisa berubah.“Tak tak tak tak.” Terdengar suara meja yang dipukul dengan jari telunjuk secara terus menerus.Pria dengan setelan jas rapi tengah serius membaca dokumen di tangan kirinya. Sementara tangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31

Bab terbaru

  • Jodoh Untuk Nona Manja   29. Perang Dingin Sahabat

    Rasanya sudah seperti perang dingin. Antara Alvan dan Bima. Selama ini tidak hanya hubungan sebagai teman kerja saja di antara, mereka berdua. Tapi, juga sebagai sahabat karib, yang kemanapun bisa dibilang selalu bersama.Ya, tapi meski begitu, Alvan sadar. Ia bukan anak laki-laki yang baru menginjak remaja. Hati pria dewasa memang rumit. Jika ada yang bisa menjelaskan pun belum tentu orang yang mendapat penjelasan itu akan paham. Dicoba oleh Alvan untuk membuang sikap egois yang mungkin muncul dan tanpa sadar juga dirasakan juga oleh Bima."Bima!" panggil Alvan seperti biasa di ruangan kerjanya."Iya!" Bima mendekat. Ia tersenyum ceria seperti biasa. Mungkin karena merasa sudah menang satu kosong pagi ini dalam mencari perhatian dari Ellysia. Makanya ia bisa bersikap

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Persaingan Dimulai

    Malam ini rasanya sulit sekali untuk tidur. Ellysia menatap langit-langit kamarnya yang kosong dan terlihat berlubang. Atapnya berwarna hitam karena adabekas air yang menetes dan agak berlumut. Dulu hal itu terlihat seram. Tapi, untuk saat ini, Ellysa seperti sudah terbiasa.“Besok Papa datang. Mungkin nggak sih kalau papa bakal bawa aku balik ke kota,” gumam Ellysia sendiri. Ia bertanya pada hatinya.Rasanya ingin sekali memejamkan sepasang matanya. Berharap ia bisa segera masuk ke alam mimpi dan bertemu dengan sang papa. Namun, saat dirinya memejamkan mata. Yang muncul bukannya sang papa. Tapi, justru malah pria sok yang akhir-akhir ini terlihat baik.“Alvan!” Ellysia membuka matanya dengan

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Perasaan Yang Jujur

    Ellysia bergegas meninggalkan Alvan dan Pak Heru.. Ia sudah tidak berselera lagi untuk berbasa-basi dengan Alvan.Pak Heru menjadi tidak nyaman. Ia menatap pada Alvan karena merasa bersalah. “Maaf ya Nak. Nak Alvan jdi lihat pemandangan kayak tadi,” ucap Pak Heru.“Nggak papa Paman. Ell emang kayak gitu kan!” Alvan seolah mengerti dengan sifat Ellysia. Dari tempatnya berada, ia bisa melihat Ellysia yang akan masuk ke dalam rumah.Sebelum Ellysia benar-benar masuk. Ia berhenti sejenak pada bibi Tari. Diserahkan amplop yang diterimanya tadi dari Alvan. Amplop yang berisi uang dari hasil kerjanya seharian ini.‘Amplop itu diberikan pada Bibi Tari. Yang bener aja.’ A

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Ada Rasa

    Ellysia bisa merasakan peluhnya. Panas siang ini, benar-benar terasa menyengat. Beruntung, ia mampu melewati semua itu. Saat ini ia memutuskan untuk beristirahat. Menunggu waktu yang lima menit lagi adalah waktu untuk pulang kerja.Gadis itu memutuskan untuk berada di salah satu sudut. Di mana sudut itu bisa membuat dirinya mampu untuk melihat senja yang ada di ujung persawahan.Dia mengagumi pemandangan itu. Pemandangan matahari terbenam yang berdiri sendiri dan begitu menyilaukan bagi setiap pasang mata yang melihatnya. Hilang begitu saja, tapi kemunculannya sangat ditunggu-tunggu. Apalagi jika bisa melihatnya di tempat yang nyaman dan tenang, seperti pantai mungkin. Tapi itu, hanya imajinasi dari keinginan terdalam seorang Ellysia.Tak lama setelah itu, seorang pria terli

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Mulai Ada Perhatian

    Alvan kembali ke ruangan miliknya. Diletakkan kembali minuman yang diibawanya tadi di atas meja. Lalu duduk bersandar di kursi. Kedua matanya menerawang ke atap kantor. Hanya kosong yang dilihat. "Perasaan apa ini? Gimana bisa aku jadi kesel banget sama Bima gara-gara lihat dia beri minuman ke Ellysia." Bingung merajai perasaan Alvan. Ia tak paham apa yang menimpa hatinya. Tak pernah seperti ini sebelumnya. Sementara itu, Ellysia yang merasa diperhatikan oleh seseorang tiba-tiba mengawasi sekeliling. Ia mencermati yang ada, tapi dilihat lebih detail. Ternyata tidak ada siapa-siapa yang tampak mencurigakan. Namun, rasanya seperti ada sepasang mata yang melihat ke arahnya. "Ell, kamu kenapa? Kok kayak bingung gitu?" tanya Bima. Ia lalu meneguk minumannya.

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Berubah Lebih Baik

    Di waktu malam yang begitu dingin, semilir angin sejuk mengalir dari sawah yang ada di sekeliling tempat tinggal Ellysia. Ia menikmati dingin itu, meski terasa tajam menyentuh pada kulit halusnya. Tapi, dibiarkan saja.Tersenyum menatap langit yang banyak bintang, Ellysia sedikit demi sedikit bisa merasa bahagia di tengah keterbatasan yang ada. Tinggal di desa yang sebagian besar dipenuhi persawahan. Baginya ini yang pertama dan paling mengesankan.Sulit sebenarnya menerima apa yang telah terjadi. Namun, seiring waktu ada kesadaran dari hati seorang Ellysia. Ia sadar bahwa dirinya harus berjuang. Mungkin sudah hampir terlambat, tapi ia tetap akan berusaha.Apalagi, mengingat sore ini. Saat dirinya baru pulang bekerja dari tempat Alvan. Ia dengan gaji harian

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Minta Maaf Lagi

    Siapa sangka, matahari ternyata akan mendung. Cuaca yang tadinya cerah, sudah berubah dengan sangat cepat. Hari yang sudah hampir sore. Jam pulang kerja kan segera tiba. Tapi, yang terjadi justru terasa ada gerimis.Ellysia sudah hampir selesai. Ia mendapatkan tugas untuk membereskan segala perlengkapan yang tadi digunakan untuk menyortir ikan kering. Beberapa kotak baskom yang terbuat dari plastik harus segera dikembalikan ke tempat sanitasi. Sudah ada karyawan yang menunggu untuk membersihkan di sana."Aduhhh …., banyak juga yang perlu dibersihkan. Apa jamku cukup ya?" gumam Ellysia.Ia membawa setumpuk kotak baskom di tangannya. Hampir saja karena buru-buru ia kembali akan terjatuh. Tapi, Alvan berhasil menolongnya."Hati-hati, jangan sampai keteledoran s

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Pernyataan Cinta Kayla

    Pagi ini matahari bersinar cukup cerah tidak seperti hari-hari sebelumnya. Dimana mendung lebih sering menghiasi langit. Kali ini mentari tersenyum. Menunjukkan kekuasaan sinarnya yang begitu luar biasa.Alvan sudah bersiap di tempat pengepulan. Ia sudah bekerja cukup giat pagi ini. Beberapa karyawan yang juga telah datang ikut menunjukkan loyalitasnya termasuk Ellysia.Gadis itu tampak cukup cekatan enteng membantu beberapa pekerjaan yang dulu sempat membuatnya terkesan sulit untuk melakukan. Namun akhir-akhir ini gadis itu tampak begitu bersemangat.Masih ingat dalam bayangan Alvan, kejadian beberapa hari yang lalu. Saat ia mengetahui Ellysia terisak di dalam kamar mandi. Ia sebenarnya ingin mencari tahu mengapa gadis itu melakukannya. Tapi, dia langsung mengur

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Terbayang Ellysia

    Senja terlukis di langit yang begitu luas. Hamparan air di persawahan yang bergelombang menari diterpa angin menghasilkan pemandangan yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. membuat tenang setiap mata memandang. Apalagi ada angin sejuk yang menyentuh kulit memberi kenyamanan tak terhingga. Senang rasanya bisa berada di persawahan seperti ini.“Ell, cepet bereskan ikan-ikan ini. masukkan ke dalam keranjang!” pinta Bima yang sejak tadi menemani Ellysia bekerja di sawah.Ellysia menoleh. Ia yang sejak tadi memandang hamparan air sawah yang hijau bergegas menghampiri Bima. “Ikan yang mana?” tanya Ellysia.“Yang ini!” jawab Bima sambil menunjuk sebuah keranjang besar. “Itu yang loncat-loncat kamu masukkan lagi ke tempatnya sesuai ukur

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status