Keduanya saling menatap beberapa lama dengan Arsha yang mengintimidasi sementara Kama memberikan tatapan lembut banyak permohonan. “Siapa dia?” tanya Arsha dingin, matanya masih tidak berkedip seolah mendesak Kama ke dinding tak kasat mata. “Sekertaris baru, aku—“ Kama memejamkan mata mengingat sa
“Abang minta maaf terus, Caca kesel ... Caca benci sama Abang,” rajuk Arsha. Padahal tadi Arsha begitu menikmati pertautan bibir mereka. “Kamu mau shopping? Belanja ya? Beli apapun yang kamu mau ... diantar supir, mau ya?” tawar Kama berharap Arsha memaafkannya dan berhenti merajuk. Mata Arsha me
“Oke ... thanks ya Bian ... jangan bilang Abang Kama kalau Caca telepon lo, ya!” Arsha memutuskan sambungan teleponnya setelah Fabian memberitau nama dan nomor kamar rawat adik dari Nufaira. Ketika memasuki loby, Caca memindai rumah sakit terbesar di kota itu untuk mencari lift, banyak perawat be
Rachel menyimpan ponsel suaminya kembali ke atas nakas sebelum Aarash keluar dari kamar mandi. Suara gemericik air masih terdengar tapi jantung Rachel terasa mau copot dengan tangan bergetar membaca setiap kalimat yang wanita lain kirim kepada suaminya. Suaminya membalas dengan kalimat biasa yang
“Tapi aku merasa bersalah, Rash!” Nabila maju satu langkah mengikis jarak. “Kamu merasa bersalah atau kamu enggak rela karena aku menikah dengan wanita lain?” Nabila menggelengkan kepala. “Jujur, aku merindukanmu ... aku kembali ke Indonesia untuk kamu,” Nabila melirih, menundukan kepalanya berha
Pintu lift tertutup kembali menyisakan Aarash dan Rachel di dalam sana dengan suatu masalah rumah tangga. Rachel menunduk, memejamkan mata sekilas, napasnya tersendat. Jantung Rachel dengan kuat menggedor-gedor rongga dadanya membuat sesak. Tidak perlu ditanya lagi bukan, apa yang Aarash dan Nabi
Kama meletakan paperbag berisi kotak nasi di atas meja tepat di hadapan Arsha yang sedang asyik menonton film di saluran tv berbayar. Semenjak beberapa hari lalu Arsha datang ke kantor Kama membawa makan siang dan berujung dengan pertengkaran rumah tangga sesaat karena Arsha salah paham melihat Kam
“Abang enggak pantes ngomong gitu,” kata Arsha di sela gelak tawanya. *** “Ca ... gue boleh liburan ke sana, enggak?” Pertanyaan itu tercetus setelah panjang lebar Rachel melakukan salam pembuka di awal sambungan teleponnya bersama Arsha. “Lo berantem sama Kak Aarash, ya?” tebak Arsha tepat sa