Semenjak menaiki mobil, Nufaira menatap ke arah luar melalui jendela di sebelah kirinya. Benaknya tidak berhenti berpikir bagaimana bisa Arsha mengetahui rencana Mai. Mai pasti sudah memperhitungkan jika membawanya ke restoran di dalam Mall pada saat hari kerja tidak akan diketahui siapapun. Para
“Lagi apa?” bisik Kama tepat ditelinga Arsha kemudian melabuhkan kecupan di pipinya. “Abaaaaang, udah pulang?” seperti biasa, keceriaan Arsha menghangatkan suasana apartemen. Kama mengulas senyum simpul melihat Arsha yang tampak bahagia dengan kepulangannya sore ini, jarang-jarang ia bisa pulang c
Kama hanya tersenyum, mengusap kepala Arsha dengan lembut. “Di Negara ini, hal itu merupakan hal yang wajar dan sering dilakukan pengusaha yang enggak datang sama pasangan ... mulai sekarang aku enggak akan menggandeng Nufaira lagi kalau kamu enggak suka.” “Trus mau ngegandeng siapa?” Arsha berha
“Pergi dulu ya, Ca ...,” pamit Kama setelah menghabiskan sarapan paginya, ia pun beranjak berdiri. “Siapa yang pergi?” tanya Caca membuat langkah Kama tertahan, terdapat kerutan di kening pria itu. “Aku,” jawab Kama yang mematung di samping Arsha, masih bingung dengan pertanyaan sang istri tadi.
Lift akhirnya berhenti di lantai sembilan, suasana sangat lengang. Hanya ada beberapa ruangan saja tanpa kubikel-kubikel seperti di lantai lain yang Arsha lalui ketika pintu lift terbuka. Arsha perlahan melangkah sambil matanya bergerak menyisir lantai tersebut, mencari keberadaan seseorang untuk
Keduanya saling menatap beberapa lama dengan Arsha yang mengintimidasi sementara Kama memberikan tatapan lembut banyak permohonan. “Siapa dia?” tanya Arsha dingin, matanya masih tidak berkedip seolah mendesak Kama ke dinding tak kasat mata. “Sekertaris baru, aku—“ Kama memejamkan mata mengingat sa
“Abang minta maaf terus, Caca kesel ... Caca benci sama Abang,” rajuk Arsha. Padahal tadi Arsha begitu menikmati pertautan bibir mereka. “Kamu mau shopping? Belanja ya? Beli apapun yang kamu mau ... diantar supir, mau ya?” tawar Kama berharap Arsha memaafkannya dan berhenti merajuk. Mata Arsha me
“Oke ... thanks ya Bian ... jangan bilang Abang Kama kalau Caca telepon lo, ya!” Arsha memutuskan sambungan teleponnya setelah Fabian memberitau nama dan nomor kamar rawat adik dari Nufaira. Ketika memasuki loby, Caca memindai rumah sakit terbesar di kota itu untuk mencari lift, banyak perawat be