“Aabaaang?” panggil Arsha manja dari atas ranjang. “Hem?” jawab Kama, pria itu sedang sibuk dengan berkas dan laptop duduk di atas sofa yang berada tidak jauh dari ranjang. Bugh! Sebuah bantal mengenai kepala Kama hingga terdorong beberapa derat ke depan, tidak sakit sama sekali namun kesalnya bu
Tangannya bergerak lihai memberikan banyak sentuhan dan begitu juga dengan Arsha yang mulai melakukan tugasnya dan menunjukan keahliannya. *** Kama mengecup kening Arsha kemudian menarik segala hasrat yang telah tertanam dalam tubuh mungil dengan sesuatu yang menjepit kesat di bawah sana, berguli
Sepanjang perjalanan yang sedang mereka tempuh saat ini, Kama sibuk dengan Macbooknya. Sesekali menghubungi Fabian dan Nufaira yang berada di mobil yang mengikutinya dari belakang. Diam-diam Arsha mengamati wajah Kama dari samping, pria itu sedang serius menatap layar pipih. Kama yang memiliki ra
Tidak lama Kama berbasa-basi, ia pamit dari hadapan Pak Presiden lalu membawa Arsha menuju meja kosong yang telah disediakan untuk tamu. “Gue susah dapet jodoh kalau kemana-mana sama Nufaira,” celetuk Fabian yang baru saja menghampiri lalu duduk di kursi yang kosong. “Ya berarti jodoh lo tuh si Nu
Arsha mengerjap pelan, dadanya terasa sesak. Baru ia sadari ketika membuka mata ternyata masih berada dalam pelukan suaminya. Tenggelam di dada bidang dengan aroma khas campuran musk dan kayu-kayuan, ke dua tangan sang suami melingkari tubuhnya posesif. Mereka masih dalam keadaan tanpa busana, set
Mai akan memastikan Kama sibuk dan tidak bisa mengantar Arsha kembali ke hotel. Mai berencana memperkenalkan Kama pada satu klien potensial yang bisa pria itu prospek untuk bisnisnya. Mai hingga berani merelakan klien tersebut untuk perusahaan Kama demi bisa membawa Kama ke atas ranjang. Pada keny
“Ca ...,” panggil Kama lembut, menarik tangan Arsha yang sedang merapihkan pakaian ke dalam koper. “Caca mau pulang,” ketus Arsha seraya menghela kasar tangan Kama. “Iya ... kita pulang sekarang tapi denger aku dulu, Ca.” “Caca mau pulang ke Indonesia!” Arsha berseru meninggikan nada bicara men
Demi menghargai pilihan Kama untuk berkencan, Arsha terus melangkah dengan semangat. Lama-lama perjalanan ini cukup menyenangkan, Arsha menyandar di tubuh Kama ketika tour guide mempersilahkan para pendaki untuk beristirahat sejenak. Atau Kama merangkul pinggangnya saat ia nyaris terjatuh atau men
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang