“Opa ... kenalin ini Abang Kama,” Arsha berujar setelah sampai di meja sang Opa yang duduk bersama Oma, kedua orang tuanya juga Aldo dan Jessie. Beni beranjak dari kursi dibantu Diana namun dengan sigap Kama menahan tubuh sang Kakek ketika pria tua tinggi besar itu hampir oleng. Siap tanggap Kama
“Ni cewek, bahaya kalau engga cepet-cepet dihalalin!” batin Kama bicara, mengusap wajahnya dengan satu tangan. Arsha terkikik geli sambil menutup mulutnya. “Ih ... si Abang, mukanya kaya pengen ngajak ke kamar gitu,” ujar Arsha di dalam hati. *** “Rachel mana, Rash?” Nenek dari Rachel bertanya m
Aarash memandangi layar ponselnya, ia ragu untuk melangkah melewati teras menuju mobilnya yang terparkir di garasi luar. Nabila mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu yang sudah bisa dipastikan akan membicarakan pertunangannya dengan Rachel. Nabila tidak pernah memintanya menunggu, begitu
“Mereka pergi sama Aarav,” jawab Arsha. Dan tiba-tiba saja suhu ruangan naik beberapa derajat sama dengan suhu tubuh mereka seiring usapan tangan Kama di punggung Arsha. Arsha merubah posisi dengan mengangkat sedikit tubuhnya hingga duduk di atas pangkuan sang pacar kemudian melingkarkan tangan di
"Baaaang, mau kemana sih kita?" Arsha bertanya mengurai keheningan yang terasa pekat semenjak mereka berdua menaiki mobil sport milik Kama. Sedari tadi si pacar tampan diam seribu kata menahan kejengkelan karena Arsha menggodanya tanpa perasaan. Meninggalkannya begitu saat dirinya berada di punc
“Itu aja,” balas Kama kemudian menuju kasir. “Ngapain beli mantel, Bang?” Arsha bertanya bingung. “Nanti di sana pasti dingin sedangkan kamu cuma pake kaos tipis gitu.” Arsha tersenyum di balik punggung Kama yang sedang mengangsurkan kartu debitnya kepada seorang wanita yang bertugas sebagai kas
Dengan sering Arsha mengecek ponselnya dan untuk yang kesekian kali harus menelan kecewa karena tidak ada pesan satu pun dari Kama. Mengembuskan napas kasar, bahu Arsha melorot dengan bibir cemberut. “Coba kamu yang chat duluan, Ca ... siapa tau Abang lagi sibuk.” Rachel memberi saran lalu menyeru
“Arsha!!” teriak Nabila sambil berdiri. “Apa!!” Arsha ikut berdiri tidak kalah kencang berteriak di depan wajah Nabila. “Lo!” Arsha menekan telunjuknya di depan dada Nabila. “Lo buat Kakak gue jatuh cinta trus lo pergi gitu aja ninggalin dia dan sekarang setelah lo tau Kak Aarash tunangan ... lo
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang