Share

Sebuah Aib

Kama terkejut ketika ia membuka mata dan langsung di suguhkan oleh pemandangan wajah cantik seorang gadis. 

Ingatannya ditarik mundur ke belakang secara paksa, mencari jawaban apa yang dilakukan gadis itu di atas ranjangnya.

Kama baru ingat jika tadi malam ia mencurigai ada sesuatu dalam minuman yang diberikan teman sesama pengusaha pada pesta bujang Liam karena berdampak pada gairahnya yang sulit ia kendalikan.

Lalu ia teringat bila gadis yang terlelap damai di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam, belum sempat Kama menelusuri ingatannya—Arsha mengerjap kemudian membuka mata membuat netra mereka bertemu.

Alis Arsha bertaut membentuk kerutan di kening. Tampak jelas sebuah tanda tanya di wajahnya.

Keduanya saling menatap cukup lama, sama-sama mencari ingatan mengenai apa yang terjadi tadi malam.

Kama menatap datar ke arah Arsha, setelah melihat ekspresi tidak bersahabat di wajah cantik itu, seketika ia ingat alasan kenapa gadis di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam.

Gadis yang tidak ia ketahui namanya itu adalah mantan kekasih Liam yang tersakiti.

Pria itu juga ingat kejadian setelahnya dan setiap detail dari malam panjang yang mereka lalui bersama ketika Arsha dalam keadaan setengah sadar.

Menatap lama wajah pria tampan yang telah menegakan tubuhnya membuat Arsha juga ingat kejadian tadi malam.

Antara sadar dan tidak ia telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya, bukan hanya datang ke Singapura untuk melabrak Liam saja tapi juga karena telah mabuk dan memberikan kesuciannya pada pria yang tidak ia kenal.

Arsha memalingkan wajah ke depan, memutus tatapan dengan pria itu. Jantungnya berdebar entah kenapa.

Ia menyandarkan punggung pada headboard, selimut putih menutupi tubuhnya yang polos hingga dada di apit oleh kedua lengan.

Sakit luar biasa terasa di bagian intinya, membuktikan bila tadi malam adalah malam terakhir ia menjadi seorang gadis.

Arsha ingat betul saat pria itu membungkam teriakan kesakitan yang ia rasakan dengan kelembutan lumatannya yang begitu menggairahkan.

Ia tidak akan pernah bisa lupa ketika perih menerjang pada saat selaput daranya robek dan bagian tubuh pria itu melesak masuk membelah dirinya hingga ia merasa penuh.

Arsha ingat semuanya begitu juga Kama yang netranya terpaku pada gadis yang tengah melamun menatap kosong ke arah depan.

Kama tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran perempuan yang telah ia ambil kegadisannya itu.

Apakah Kama harus minta maaf?

Tapi jelas-jelas perempuan itu yang mengecupnya terlebih dulu kemudian mendesakan tubuhnya seolah meminta ia untuk menjamahnya juga pasrah tidak menolak apapun yang dilakukannya.

Bahkan ketika ia menghentak di atas tubuh mungil itu, sang gadis juga mengikuti gerakannya melantunkan banyak desahan nikmat.

Ah, seharusnya ia tidak ikut-ikutan bodoh dengan melayani perempuan itu namun minuman sialan yang diberikan temannya membuat Kama tidak bisa mengendalikan diri.

Arsha memejamkan mata, ia mendesah panjang kemudian bergerak menuruni tempat tidur.

Ia bisa merasakan tatapan Kama yang bingung sama bingung dengan dirinya.

Arsha tidak akan menyalahkan pria itu, setiap pria sama saja bukan?

Akan memanfaatkan dengan baik kesempatan yang diberikan kepadanya.

Tadi malam, dalam keadaan mabuk dengan ribuan sakit di hatinya. Ia kehilangan akal sehat, menyerahkan dirinya secara sukarela pada pria yang bahkan ia tidak tau siapa namanya.

“Ssshhhh ...,” Arsha meringis kemudian terjatuh lemas di atas lantai, tenggelam dalam selimut besar yang ia bawa.

Kama sudah akan beranjak untuk membantu namun ia urungkan, akan canggung nanti bila ia terlihat perhatian pada perempuan itu.

Mereka akan melakukan ini sekali saja, tidak akan pernah terulang, setidaknya itu yang ada dalam benak Kama.

Ia yakin bila perempuan itu juga sudah ingat dengan kejadian semalam, maka dari itu tidak ada drama jerit menjerit ketika menyadari telah berada di atas ranjang dengan seorang pria dalam keadaan polos dan sudah tidak suci lagi.

Masih bersimpuh di atas lantai, pundak Arsha bergetar. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, Arsha terisak.

Menyesali perbuatannya yang luar biasa bodoh, selama ini ia selalu bisa menjaga kesuciannya terutama dari Liam.

Bukan sekali dua kali Liam berusaha merayu dirinya untuk mendapatkan kesucian yang setengah mati ia jaga.

Arsha selalu teringat pesan Mommy yang mengatakan jika kita memberikan kesucian itu sebelum waktunya maka pria tersebut tidak memiliki alasan lagi untuk tetap di sampingnya.

Arsha sangat mencintai Liam maka ia bertahan setengah mati untuk tidak memberikan apa yang diincar Liam hingga status mereka telah berubah menjadi suami istri.

Terbukti, pria tampan dengan kekayaan orang tuanya yang melimpah itu dapat bertahan dengannya selama tiga tahun padahal Liam merupakan pria most wanted yang diinginkan banyak wanita.

Namun tadi malam ia malah memberikan secara suka rela apa yang mati-matian ia jaga pada pria yang sama sekali tidak dikenalnya.

Sang Mommy pasti akan gantung diri bila tau ia telah kehilangan sesuatu yang berharga itu.

Lalu bagaimana bila suatu hari nanti seorang pria menikahinya kemudian mendapati ia tidak suci lagi dan mengumbarnya di depan umum.

Hal tersebut pasti akan membuat malu keluarga Marthadidjaya dan juga Oma Aneu yang galaknya melebihi Mak lampir dari gunung berapi.

Omanya itu selain cerewet juga sangat judes, tidak seperti memperlakukan dua Kakak kembarnya yang selalu penuh kasih sayang.

Semenjak ketidak sengajaannya yang membuat kebakaran gudang berisi banyak kain di halaman belakang rumah Oma, beliau seakan membencinya, tidak ada ramah-ramahnya setiap berbicara dengan Arsha meski ribuan maaf telah ia ucapkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status