“Dad, Aarash mau nikah ...,” ujar si sulung ketika baru saja memasuki ruang makan.Mommy meletakan mangkuk berisi sop kemudian menatap Aarash yang sudah duduk di sebrangnya dengan sorot mata penuh tanya.Mommy mengerjap sambil menahan nafas, ia tidak sedang bermimpi, kan?” Araav yang sudah duduk lebih dulu di salah satu kursi pada meja itu juga mendongak dari tab yang sedang digenggamnya mencari keyakinan dari raut wajah sang Kakak.“Kapan?” tanya sang Papa santai, kemudian menyimpan ponselnya si atas meja, menyerongkan sedikit tubuhnya untuk bisa memfokuskan diri pada Aarash.Si sulung mengembuskan nafas berat. “Aarash serius, Dad ...,” ujarnya kemudian.“Daddy juga serius nanyanya, kapan kamu mau nikah? Udah ada ceweknya?” Sang Daddy bertanya memastikan.“Ya udah lah, Dad ... .” Aarash berdecak seraya merotasi bola matanya.“Siapa? Cantik enggak?” giliran Mommy yang bertanya seraya memberikan piring yang sudah ia isi dengan nasi kepada sang suami tercinta beserta kedua anak kembarn
Wangi musk bercampur woody dan citrus merangsak masuk ke dalam indra penciuman Arsha sebagai tanda jika si pria yang ketampanannya sangat kurangajar itu sedang berjalan mendekat ke arahnya.Dari jauh Kama meringis menahan gemas melihat Arsha mengerucutkan bibirnya setiap kali menghisap sisa mie yang tertinggal dari sendok.Tidak bisa Kama lupakan bagaimana manisnya bibir itu ketika ia kecup beberapa malam lalu dan jujur, Kama ketagihan bahkan saat ini ia merasa sakaw ingin menikmati lagi bibir Arsha.“Ada yang mau aku omongin,” Kama berujar, berbasa-basi sebelum meminta maaf karena tidak menjemput Arsha dan mengabarinya mengenai busines trip.Tapi bawaan dingin yang sudah melekat pada diri Kama membuat ucapannya tadi terdengar dingin dan datar di telinga Arsha.Dalam hati Arsha mendengus sebal, “Udah salah tapi enggak ada lembut-lembutnya.”“Arsha! Kamu denger aku, kan?” panggil Kama setelah beberapa lama Arsha tidak menjawab.Arsha mendongak, menatap tajam netra pekat Kama. “Ngomong!
Andra menatap tajam ke arah sang cucu yang baru saja ia pergoki sedang bebuat dosa.Walau jauh dilubuk hatinya yang terdalam, Andra memaklumi apa yang dilakukan Kama karena dimasa lampau ia pun pernah melakukan kenakalan tersebut tapi sebagai Kakek dan yang paling dituakan dalam keluarga Gunadhya, ia harus menegur dan memberikan nasihat baik kepada keturunannya.Seperti biasa, di depan Andra—Kama tampak tenang. Tubuh tegapnya menegak sempurna, menatap sang Kakek meski Andra meyakini jika sorot mata cucunya tidak setegas biasa.Ada malu berbalut rasa bersalah di sana. “Kamu enggak bisa menikahi Arsha hanya karena perasaan bersalah yang telah merenggut kesuciannya, akan seperti apa jadinya jika pernikahan berlandaskan perasaan bersalah?” Andra berusaha membuka pikiran Kama setelah cucunya menceritakan semua yang terjadi, berawal dari pertemuannya dengan Arsha hingga apa yang ia lakukan bersama Arsha beberapa menit lalu.Kama memang menyesalinya tapi ia juga mengungkapkan kepada sang K
“Gimana?” Andra bertanya pada sang istri yang telah merebahkan tubuh di sampingnya.Andra simpan Macbook ke atas nakas, tidak lupa melepas kacamata yang ia simpan di tempat yang sama.Pria tua itu telah selesai melihat data statistik pertumbuhan perusahaan yang ia rintis di Vietnam. Sangat puas karena Kama dan Kalila menjalankannya dengan sangat baik sehingga perusahaan tersebut maju pesat.“Apanya yang gimana?” Rena mengembalikan pertanyaan sang suami, masih belum mengerti maksud dari pria yang selalu tampan dalam pandangan matanya.Andra tersenyum lembut, masih bersandar pada headboard. Diusapnya kepala Rena penuh sayang.“Menurut Mama, gimana calon istrinya Kama?” Andra memperjelas pertanyaannya.“Polos ... kaya anak kecil! Padahal kata Aura, umurnya udah dua puluh lima tahun ... tadi malah Mama sempet ngetes, takutnya perempuan itu bukan calon istri Kama yang dimaksud Aura.” Andra tertawa pelan, tangan yang telah keriput itu belum bosan mengelus kepala sang istri.“Ya kalau buka
“Hari ini Arsha ada acara kemana?” Sang Nenek bertanya lembut setelah menghabiskan sarapan paginya.“Enggak ada Nek, semenjak kecelakaan kemarin Caca janji enggak akan keluar rumah lagi,” jawab Arsha sambil tersenyum ironi.“Kenapa? Memang Arsha enggak bosen di rumah terus?” Arsha hanya tersenyum menjawab pertanyaan Rena yang diartikan ‘Ya’ oleh sang Nenek.“Gimana kalau kita bikin kue?” cetus Rena penuh semangat.Arsha meringis, sepertinya sang Nenek sedang mengetesnya. Tapi Arsha menggunakan dapur hanya untuk masak mie instan saja, ia tidak diberkati keahlian memasak makanan lainnya atau membuat kue.“Tapi Caca enggak bisa bikin kue, Nek ... masak juga enggak bisa,” Arsha melirih, memilih berkata jujur dan menerima kenyataan dari sekarang dari pada berpura-pura dan setelah menikah dengan Kama nanti harus mendapat omongan tidak enak dari keluarga Gunadhya karena mereka menyesal telah memiliki menantu yang tidak memasak.Mengembuskan napas pelan. “Pasrah deh gue,” kata Arsha di dalam
Acara belanja antara Rena dan Arsha begitu menyenangkan tanpa keonaran lain yang Arsha perbuat.Mereka bukan hanya membeli gaun tapi juga lengkap dengan tas dan sepatu.Setelah dirasa cukup, Rena membawa Arsha ke sebuah salon tempat para sosialita Vietnam memanjakan dirinya.Ternyata Rena mengenal pemilik salon tersebut yang tidak lain adalah istri dari seorang pengusaha yang merupakan klien dari suaminya.Rena juga begitu fasih berbincang menggunakan bahasa Vietnam, tampak akrab dengan wanita paruh baya yang cantik dengan model rambut menawan.Sebagai pemilik salon, wanita tersebut harus menjaga citra dirinya sebaik mungkin dan tampilannya merupakan wajah dari salon tersebut.Sewaktu Andra merintis perusahaannya di Vietnam, Rena selalu menemaninya, beliau belajar bahasa Vietnam agar bisa ikut organisasi yang dibentuk para istri pengusaha di sana untuk menunjang bisnis sang suami tercinta.Rena dan Arsha diantar langsung oleh pemilik salon menuju sebuah ruangan khusus spa, setelah itu
Lagu yang mengiri acara dansa tersebut akhirnya berhenti, Arsha mengembuskan napas setelah entah sejak kapan menahan napasnya.Tidak ada yang terjadi, sungguh melegakan bagi Arsha. Kama membawa Arsha mencari tempat untuk duduk dengan tangan sang wanita yang melingkar di lengannya.Beberapa pasang mata memandang heran ke arah Kama yang pernah digosipkan sebagai penyuka sesama jenis.Mereka cukup puas mendapati wanita yang sedang bersamanya saat ini sangat cantik, serasi dengan Kama yang tampan.“Bang?” “Hem?” Sungguh, Arsha benci jawaban Kama yang hanya bergumam seperti itu tapi tahan dulu.Jangan ada protes memprotes dalam proses penjajakan ini, mereka harus saling memaklumi.“Mereka kok ngeliatin kitanya gitu banget sih, Bang?” Arsha bertanya heran.“Ini kali pertama aku bersama seorang wanita datang ke sebuah pesta.” “Oh, itu kenapa dulu Abang disangka homreng, ya?” celetuk Arsha yang langsung mendapat lirikan tajam dari Kama.“Tau gosip itu dari mana, nih cewek?” batin Kama ber
Seorang gadis menenggak minuman beralkohol pada gelas ke lima.Minuman tersebut terasa panas mengalir melalui tenggorokannya sepanas hatinya saat ini.Dentuman musik yang dimainkan DJ terdengar kencang hingga memekakan telinga juga menggetarkan dadanya yang sedang bergejolak oleh amarah.Matanya dengan sering melirik ke arah meja VIP yang sengaja dibooking oleh pria bernama Liam-si anak pengusaha terkaya di Singapura.Malam ini Liam sedang mengadakan sebuah pesta lajang.Tiga tahun sudah Liam menjalin kasih dengan Arsha namun seminggu yang lalu bagai mendengar petir di siang bolong, Liam memutuskan Arsha secara sepihak.Pria itu mengatakan bila ia telah dijodohkan oleh sang Ayah dengan seorang anak pengusaha terkenal asal Surabaya yang juga merupakan sahabat Arsha ketika berkuliah di Singapura.Oke, Crazy Rich Singapura menikah dengan Crazy Rich Surabaya.Pesta pernikahan esok hari yang di gadang-gadang akan menjadi pesta pernikahan termegah tahun ini diselenggarakan di ballroom hotel