Boon-Mae kemudian memberikan satu gelas lagi disusul Liam yang kemudian memberikan gelas bordeaux. “Untuk pernikahanku,” ujar Liam kemudian mereka semua yang berada di meja itupun bersulang.
Splash!!!
Satu gelas Cabernet menyiram wajah Liam. “Kamu brengsek, Liam! Sia-sia semua waktuku selama tiga tahun ini bersamamu, pergi kau ke neraka!” teriak Arsha yang telah berdiri di depan meja Liam.
Setelah puas memaki, Arsha melempar gelas ke arah Liam namun dengan mudah pria itu menghindar.
Semua mata para pengusaha muda yang duduk mengelilingi Liam membulat sempurna melihat drama yang disajikan wanita cantik nan mungil yang sedang berang.
Kama membuka satu kancing kemejanya, sensasi panas mulai menjalar dari dalam tubuh.
Matanya menatap Arsha dari atas hingga bawah, entah kenapa beberapa bagian tubuhnya yang menonjol dan padat di tempat seharusnya membuat Kama bergairah.
Belum pernah ia merasakan hasrat sebesar ini ketika melihat seorang gadis meski Kama akui, gadis yang sedang emosi terhadap Liam itu sangat cantik seperti paras wanita asli Negaranya mengingatkan Kama pada sang Bunda.
“Aku minta maaf, tapi aku sudah bilang kalau aku dijodohkan ... aku bisa apa?” Liam mengangkat bahu dan kedua tangannya tanda bila dirinya tidak memiliki pilihan.
“Kamu bisa menolak dan menikah denganku!” Arsha mengumpat dalam hati setelah mengatakan kalimat itu, kenapa dirinya jadi seperti mengemis pada Liam?
Pria itu terkekeh geli. “Tapi Ayah calon istriku lebih kaya dari Ayahmu dan aku harus melakukan ini agar perusahaan kami bisa bergabung dan menjadi hebat,” ujar Liam membuat Arsha menaikan lututnya ke atas meja hendak menerjang Liam namun beberapa pria menahan.
“Brengsek emang si Liam,” umpat Kama di dalam hati, mengasihani gadis cantik yang menunjukan amarah yang besar namun terdapat banyak kekecewaan pada sorot matanya.
Arsha kehabisan kata-kata, ia kemudian berbalik untuk pergi dari pada mempermalukan dirinya sendiri di depan Liam dan banyak pria tampan di sana.
Ia akan menenggak banyak cairan beralkohol lagi untuk melupakan rasa sakitnya pada pria itu.
Kejadian tadi sama sekali tidak membuat Liam menghentikan pesta, malah pria itu menyewa penari striptis untuk menari di atas pangkuannya.
Kama yang sedari tadi diam merasakan hasratnya mulai memuncak melihat kemolekan dan liukan penari striptis minim busana, tenggorokannya pun terasa serat dan jantungnya berdebar menaikan tempo.
Kama yakin jika baru saja ada sesuatu yang dimasukan pada minumannya, entah yang diberikan Quan, Boon-Mae atupun Liam.
Ia harus segera pergi dari sana untuk menghilangkan perasaan laknat yang mulai mengambil alih tubuhnya.
“Saya permisi sebentar,” pamit Kama padahal berniat kembali ke kamarnya.
Sesuatu di bawah sana telah menegang membuat sempit celananya, ia bingung harus bagaimana melampiaskan hasrat yang sedang membelenggu.
Masa iya dirinya harus membayar wanita untuk melampiaskan hasrat tersebut.
Langkah panjangnya tertuju pada lift yang terbuka lebar, bergegas masuk ke dalamnya namun sebelum pintu tertutup seorang gadis berlari masuk sempoyongan hingga menabrak tubuhnya.
“Kamu ... laki-laki ... dan semua laki-laki, brengsek!” bisik Arsha sambil mendongak dengan mata setengah terpejam, ia mendesakan tubuhnya ke tubuh Kama yang bersandar di dinding.
Kama yang jauh lebih tinggi memudahkannya melihat dua gundukan besar milik gadis itu.
Mini dress model payung yang panjangnya hingga lutut dengan tali sphagety di bagian pundaknya membuat Arsha tampak seksi.
Kama juga bisa merasakan halusnya kulit Arsha ketika tangannya menyentuh kulit gadis itu.
Kama sampai menahan nafas seraya memejamkan mata untuk menahan ledakan hasrat saat Arsha yang sedang mabuk mendesakan terus tubuhnya kepada Kama.
Beruntung di dalam lift hanya ada mereka berdua sehingga ia bisa mendorong Arsha menjauh tanpa mendapat tatapan aneh orang lain.
Arsha bergeming, ia semakin menempelkan tubuhnya pada Kama saat pria itu mulai mendorongnya menjauh.
Bahkan Arsha mengalungkan tangan di leher Kama kemudian berjinjit mengecup bibir Kama sambil memejamkan mata membuat Kama semakin kasar mendorong Arsha namun terhenti ketika Arsha menjauhkan wajahnya.
“Kamu bilang kalau aku a good kisser,” gumam Arsha.
“Kamu tidak akan pernah bisa melupakan bibirku, Liam ... .”
Arsha menganggap pria yang sedang terdesak antaranya dirinya dan dinding lift adalah Liam, ia pun menyatukan bibirnya kembali dengan Kama.
Kama menegang sesaat, merasakan bagaimana lembutnya bibir Arsha menyentuh bibirnya.
Tidak lama kemudian kesadaran dapat ia raih kembali, kedua tangannya sontak mendorong Arsha namun gadis itu mengencangkan rantai tangannya di leher Kama.
Lama-lama Kama kalah dengan hasratnya sendiri, ia menyambut belaian bibir Arsha yang tidak bisa ia pungkiri bila gadis itu memang a good kisser.
Menarik kedua paha Arsha agar melingkar di pinggangnya hingga lift berdenting menandakan bila pintu akan segera terbuka.
Setengah berlari Kama dengan mudahnya menggendong Arsha menuju kamar hotel yang telah disediakan keluarga Liam untuknya.
Seakan dikejar waktu Kama masuk ke dalam kamar tapi masih sadar untuk memastikan pintu terkunci.
Perlahan Kama merebahkan Arsha di atas tempat tidur, tidak ada cara lain untuk melepaskan belenggu hasrat itu selain menyalurkannya.
Pikiran Kama terblokir, yang ia tau adalah saat ini juga ia harus menyalurkan hasratnya pada gadis yang tengah pasrah di atas ranjang.
Mata indah gadis itu berkabut, tali di pundak Arsha pun telah turun dan roknya tersingkap memamerkan pahanya yang mulus.
Nafas Kama tersengal, peluh semakin bercucuran dari pelipisnya.
Pria itu memejamkan mata sekilas kemudian merunduk, mulai melumat bibir Arsha yang tidak pernah menolak ketika Kama mulai merajainya.
Kama sadar jika yang ia lakukan saat ini adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Kama terkejut ketika ia membuka mata dan langsung di suguhkan oleh pemandangan wajah cantik seorang gadis. Ingatannya ditarik mundur ke belakang secara paksa, mencari jawaban apa yang dilakukan gadis itu di atas ranjangnya.Kama baru ingat jika tadi malam ia mencurigai ada sesuatu dalam minuman yang diberikan teman sesama pengusaha pada pesta bujang Liam karena berdampak pada gairahnya yang sulit ia kendalikan.Lalu ia teringat bila gadis yang terlelap damai di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam, belum sempat Kama menelusuri ingatannya—Arsha mengerjap kemudian membuka mata membuat netra mereka bertemu.Alis Arsha bertaut membentuk kerutan di kening. Tampak jelas sebuah tanda tanya di wajahnya.Keduanya saling menatap cukup lama, sama-sama mencari ingatan mengenai apa yang terjadi tadi malam.Kama menatap datar ke arah Arsha, setelah melihat ekspresi tidak bersahabat di wajah cantik itu, seketika ia ingat alasan kenapa gadis di depannya ini menyiram minuman ke wajah Liam.Gad
Melihat Arsha menangis, Kama meraup wajahnya kasar, hembusan nafas terdengar berkali-kali keluar dari mulutnya.Noda darah yang mewarnai seprei putih membuatnya semakin yakin bila ia telah merenggut kesucian perempuan itu.Menyesal pun tidak ada guna, tapi jelas ia harus bertanggung jawab.Menikahi perempuan itu? Yang benar saja, mereka tidak saling mencintai bahkan tidak saling mengenal.Kama tidak tau siapa perempuan itu sebenarnya, bagaimana keluarganya juga latar belakangnya.Walau bagaimanapun ia menyandang nama Gunadhya di belakang namanya terlebih demi apapun ia tidak sedang ingin terlibat hubungan dengan seorang wanita.Oke, setidaknya ia harus meminta maaf. Bagi pria sejati seharusnya itu tidak sulit.“Maaf,” ucap Kama tulus meski tenggorokannya tercekat.Suara parau itu kenapa malah terdengar sexy ditelinga Arsha?Satu kata dalam bahasa Indonesia meyakinkan Arsha bila pria itu berkebangsaan sama dengan dirinya.Arsha tidak menjawab, mengusap air mata kemudian berusaha berdir
“Dari mana lo?” Suara Rachel mengejutkan Arsha yang mengendap-ngendap masuk ke dalam kamar.Arsha tersenyum memamerkan giginya yang putih bersih, kemudian merentangkan ke dua tangan memeluk Rachel yang hanya berbalut anduk putih.Meletakan dagu di pundak terbuka Rachel dan baru ia rasakan pengar luar biasa di kepalanya saat ini.Rasa sakit di kepala tidak begitu ia hiraukan ketika bangun tidur tadi karena terlampau terkejut melihat pria tampan berada dalam selimut yang sama dengannya di atas ranjang.“Lo kok bau sepupu gue?” tanya Rachel ketika menghirup aroma parfum Kama di tubuh sahabatnya.Arsha berpikir bila bau yang menguar dari tubuhnya memang berasal dari Kama namun menganggap bila banyak pria memakai parfum sejenis, bukan hanya sepupu Rachel saja.Tadi di dalam kamar mandi ia hanya melamun duduk di atas closet bukannya membersihkan tubuh dari sisa Kama, benaknya masih belum sempurna mencerna informasi yang ia dapatkan ketika bangun pagi ini.“Jangan bilang lo tidur sama cowok
Arsha duduk di balkon kamarnya, menatap ke arah rumah sang Oma.Meraih ponselnya, Arsha menekan nomor Ibu angkat sang Mommy.Bisa Arsha lihat Omanya sedang menonton televisi di lantai dua, wanita tua itu meraih ponsel dari atas meja.“Hallo ... .” Suara Oma terdengar dingin.“Oma udah minum vitamin sebelum tidur?” tanya Arsha.“Kamu telepon cuma mau nanya itu?” Alih-alih menjawab, sang Oma malah sewot mempertanyaan maksud Arsha melakukan panggilan telepon.“Iya,” jawab Arsha dengan riang.“Udah, Oma udah minum vitamin ... kenapa kamu belum tidur?” Ibu Aneu menurunkan nada suaranya.“Oma lupa tutup gorden ... Caca bisa liat Oma dari sini ... Oma jangan pake baju seksi gitu donk kalau lagi di rumah, ya minimal bulu keteknya di ptong dulu sebelum pake daster lengan pendek, biar enggak melambai-lambai gitu, Oma ... .” “Cacaaaaaaa!!!!!!” Sang Oma berteriak membuat Arsha harus menjauhkan ponselnya dari telinga kemudian sambungan telepon pun terputus.Tampak Sang Oma menutup gorden dengan h
“Aarash enggak setuju Dad ... belum tentu Caca mau, Daddy sendiri dulu waktu dijodohin sama Mommy nolak mentah-mentah,” ujar Aarash tidak setuju tatkala mendengar sang adik akan dijodohkan.“Tapi Mommy sama Daddy lama-lama saling mencintai,” tukas Mommy, tangannya memijat lembut kepala Aarav di atas pangkuan.“Tapi ‘kan belum tentu Caca seperti kisah Mommy sama Daddy, apa lagi Bang Kama tuh dingin banget sama cewek, Mom ...,” timpal Aarav.“Daddy khawatir, beberapa hari kemarin Caca ngurung diri di kamarnya setelah pulang dari Singapura ... kalau tau Caca ke Singapura untuk ngelabrak Liam, enggak akan pernah Daddy ijinin dia pergi.” Akbi tampak menyesal, seharusnya ia menentang habis-habisan hubungan Caca dengan Liam.Di masa lampau ia dan klien bisnisnya pernah mengucap janji untuk menjodohkan anak-anak mereka.Tapi seiring berjalannya waktu, tampaknya Rendra yang merupakan klien bisnisnya dan anak dari salah satu pengusaha terkaya di Indonesia sudah lupa dengan janji tersebut.Maka
“Pake baju ini, Ca ... potongannya bagus ... lo jadi keliatan tinggi trus punggung lo yang mulus juga jadi ke ekspose,” kata Rachel tangannya mengangkat sebuah gaun model mini dress atasan brukat dengan bagian rok mengembang karena terdapat tile yang banyak di bagian dalam rok.Rancangan sang Mommy memang selalu yang terbaik akan tetapi pakaian tersebut kurang nyaman dan bukan mencerminkan dirinya sama sekali.“Cariin yang gue banget donk, itu ‘kan buat ke pesta ...,” tolak Arsha secara halus.Rachel tampak berpikir, menopang dagunya dengan tangan seraya memindai banyak pakaian di weardrobe sang sahabat.“Cowok yang mau di jodohin sama lo tuh orangnya kaya gimana sih?” Rachel penasaran.“Gue enggak tau sama sekali ... gue enggak tau yang mana orangnya, gue juga enggak tau tipenya kaya gimana ... ini baru mau ketemu, by the way ... kalau enggak salah denger di Singapura bisa operasi selaput dara ya? Kalau di rumah sakit Kakek lo, bisa enggak ya?” Arsha ingat bila Edward-Kakeknya Rache
Menyesal adalah satu kata yang bercokol di dalam hati Kama beberapa bulan terakhir.Niat untuk melepaskan rindu dengan sang adik tercinta yang sedang menuntut ilmu di Jerman sekaligus bertemu dengan kedua orang tuanya yang ketika itu berkunjung ke sana malah membuat Kama berakhir dengan sebuah kata mengerikan yaitu perjodohan.Demi apapun Kama bisa mencari sendiri pasangan hidupnya hanya saja saat ini ia belum bisa melakukan itu.Pasalnya ia masih harus membawa perusahaan yang dirintis para pendahulunya menjadi semakin maju dan berkembang.Kama menyukai hubungan dengan klien yang menguntungkan dan menghasilkan banyak uang untuk kesejahteraan para karyawan, keluarga juga dirinya sendiri daripada hubungan rumit dengan seorang wanita meski dalam suatu ikatan pernikahan.Kama sudah dewasa untuk tau bagaimana repotnya berhubungan dengan makhluk bernama wanita apalagi harus hidup bersama hingga maut memisahkan.Selain itu Kama hanya tidak ingin pernikahan mereka diwarnai pertengkaran karena
Belum selesai Kama memikirkan gadis mungil galak yang telah ia renggut kesuciannya, seorang gadis mungil lainnya berjalan mendekat sambil berbincang dengan Kana-adiknya yang ketiga.Gadis yang belum jelas terlihat wajahnya itu karena minimnya pencahayaan di taman, tampak akrab dengan Kana seperti sudah pernah beberapa kali bertemu tapi Kama yakin bila Kana baru kali ini bertemu dengan gadis yang ia yakini adalah calon istri pilihan sang Ayah.Pasalnya kemarin malam ketika Kana menjemputnya di bandara, ia bertanya apakah Kana mengenali anak dari klien sang Ayah yang akan di jodohkan dengannya?Kana menjawab tidak penuh keyakinan, meski sesekali bertemu dengan Ayah dari gadis itu namun Kana tidak mengetahui kehidupan pribadi Akbi, hanya anak kembarnya yang juga sesama pengusaha yang Kana kenal.Lalu apa yang membuat Kana tampak akrab dengan gadis itu?Bukan hanya kedekatan dengan Kana yang membuat hatinya bertanya-tanya tapi outfit yang dikenakan gadis itu juga mengambil alih perhatian