Beranda / Romansa / Jodoh Dadakan Dirgantara / Masak dengan ibu mertua

Share

Masak dengan ibu mertua

Penulis: Adilia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 15:25:29

Dirgantara mendapatkan tugas mengawasi pendidikan yang tengah ditempuh oleh para prajurit. Dia tidak akan bertemu dengan Alina selama seminggu ke depan. Untunglah ada sang ibu yang akan menemani istri manjanya itu.

"Alina, tolong kamu siapkan semua pakaian tugas milik suamimu. Mari ibu bantu kamu untuk menyiapkannya. Biar kamu terbiasa dan tahu mana-mana saja seragam yang harus dibawa," lirih ibu sambil merangkul lengan menantunya itu.

"Baiklah, Bu," jawab Alina yang ditanggapi senyuman oleh nyonya Suyarso.

Kini kedua wanita itu tengah sibuk menata dan menyiapkan pakaian milik Dirgantara. "Lin, apakah kamu bahagia hidup bersama, Dirga?" tanya sang ibu mertua, membuat Alina kaget. "Ehm ... kan baru dua hari, Bu. Mana bisa Alina menilai," jawaban dari Alina tersebut membuat nyonya Suyarso mengernyit. "Kok baru dua hari? Bukannya kamu juga sangat menginginkan pernikahan ini? Nyatanya kamu ikut daftar calon menantu keluarga Suyarso." Seketika Alina terdiam dan menunduk. "Jangan bilang kamu menyesal menikahi Dirgantara ya, Alina. Tapi ... jangan khawatir, dengan beriringnya waktu, pasti kamu akan terbiasa dan bisa menerima Dirgantara dengan sepenuh hati. Ibu dan ayah mertuamu sangat sayang loh sama kamu. Jadi, jangan buat kami kecewa, ya. Oh ya, jangan lupa, segera beri kita berdua cucu," celotehan dari nyonya Suyarso, membuat Alina bingung.

"Iya, Bu. Nanti akan Alina coba."

"Jangan nanti, tapi harus! Harus kamu lakukan! Sekarang ayo kita antarkan tas ransel ini pada suamimu," wanita paruh baya itu sudah menenteng tas ransel milik Dirgantara, untuk dibawa ke ruang tamu.

"Dirgantara nitip Alina ya, Bu." ucap Dirgantara yang membuat sang ibu tersipu. "Ih, yang pengantin baru. Tenang saja, Alina akan ibu jaga sebaik mungkin, melebihi diri ibu sendiri." jawab wanita paruh baya itu dengan senyuman ramahnya.

Kini pemuda tampan itu pergi meninggalkan asrama, sampai seminggu kedepan. Sesekali dia menoleh ke arah istri dan ibunya yang saat ini masih berdiri di depan pintu. "Hati-hati!" teriak sang ibu menyemangati dan mendoakan putra sulungnya itu.

"Ayo masuk, Alina" ajak ibu dan diikuti oleh wanita cantik itu.

"Ayo kita belajar masak dulu."

"Tidak, Bu. Nanti saja. Alina capek, Alina pengen istirahat," ucapnya terlihat malas dan tak bertenaga. "Bukannya kamu baru saja bangun tidur, kok sudah mau ke kamar lagi, Nak? Nggak baik loh, kalau seorang istri kembali tidur di jam segini. Setidaknya, lakukanlah aktivitas yang bermanfaat, agar tubuhmu nggak loyo. Jadi istri prajurit itu harus kuat, sabar dan tabah. Nggak boleh ngeluh apalagi malas."

"Bu, yang bertugas itu mas Dirga. Bukan Alina. Kenapa Alina juga harus ikut militer? Alina ini istri, Bu." sahut wanita cantik itu dan berlari masuk ke dalam kamarnya. Seketika nyonya Suyarso terdiam dan mematung. Dia tidak menyangka kalau ucapannya bisa melukai hati Alina yang cantik itu. "Ya Tuhan, kenapa begini? Kenapa aku malah membuat menantuku sedih? Bisa gawat kalau ketahuan Dirgantara. Aku harus ke dalam kamarnya dan membuat hatinya kembali tenang.

Setelah menghela nafas dalam-dalam, nyonya Suyarso pun melangkah menuju kamar menantunya. Dia mengetuk pintu, berharap mendapatkan respon dari Alina. "Alina" panggil wanita paruh baya itu dari luar kamar. "Nak" sapanya lagi, yang akhirnya ditanggapi oleh sang menantu. "Maafin Ibu, ya. Bukan maksud ibu mau menekan kamu, Nak. Ibu hanya ingin kamu menjadi wanita yang paling sempurna di mata Dirgantara. Selama ini putraku itu sangat acuh pada semua wanita. Beberapa kali ibu dan Ayah mengenalkan dia dengan wanita berkelas dan berpendidikan. Tapi dia menolak dan malah memarahiku. Sehingga kita diam dan berserah. Untung kali ini dia mau mengikuti saran dariku, untuk mencari teman hidup. Saat pilihan ibu jatuh pada kamu, tiba-tiba dia langsung mengiyakan. Ini merupakan anugerah dari yang diatas untuk kami dan Dirgantara. Jadi ... maafkanlah ibu, Nak Alina. Ini semua demi kebaikan kalian berdua. Tugas Dirgantara memang seperti ini, dan sebagai istri, kamu juga akan menjadi peran utama, Alina," jelas nyonya Suyarso panjang kali lebar pada menantu cantiknya itu.

Mendengar semua penjelasan dari sang ibu mertua, membuat Alina akhirnya bangkit dan memeluk erat tubuh mertuanya. "Alina juga minta maaf, Bu. Alina sangat egois." jawab Alina yang saat ini sesenggukan di bahu ibu mertuanya.

"Sudah ... sudah ... sekarang ayo kita masak," ucap sang ibu yang langsung diangguki oleh Alina.

Kini keduanya nampak ceria dan menikmati aktivitas masak di dapur. Sedikit berbincang, sang ibu menceritakan tentang masa kecil Dirgantara yang begitu cengeng dan sering sakit. Mendengar sepenggal masa lalu suaminya itu, membuat Alina tersenyum sinis. Seakan dia punya senjata untuk mengancam sang suami yang sering berbuat usil padanya. Setelah selesai mengerjakan dua resep masakan, ibu dan menantu itu pun beristirahat sejenak di meja makan. "Apakah kamu sudah bisa mempraktekkan masakan ibu tadi, Alina?" tanya nyonya Suyarso yang diangguki oleh Alisa. Wanita paruh baya itu pun tersenyum manis, akhirnya usahanya untuk mendapatkan hati Alina, berhasil.

Sore berganti malam, Alina bersama sang mertua tidur bersama dalam satu ranjang. Tiba-tiba Alina terbangun karena barusan mimpi buruk. Hatinya berdegup kencang, seakan ada sesuatu firasat yang menyayat hatinya. "Ada apa ini? Apakah ada sesuatu yang terjadi pada mas Dirga?" gumam Alina dalam hati. Wanita cantik itu langsung meraih syal yang ada di samping tempat tidur dan pergi keluar kamar untuk melihat keadaan di luar.

"Kenapa ini? Kenapa hatiku berdebar tidak karuan? Apakah ada sesuatu?" di tengah gelapnya malam yang dingin, tiba-tiba datang sepeda motor parkir di halaman asrama. Seorang pria berseragam berjalan menghampiri Alina yang saat ini berdiri cemas.

"Mbak Alina?"

"Benar. Ada apa ya, Pak?" tanya wanita cantik itu semakin khawatir.

"Hmmm, apa kita bisa bicara di teras? Ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan pada mbak Alina?"

"Oh, silahkan, Pak!"

Suasana malam semakin mencekam, rasa takut dan cemas bercampur jadi satu dalam hari wanita bernama lengkap Alina Anastasia itu.

"Katakanlah, Pak!"

Bab terkait

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Orang asing

    "Begini, katanya pak Dirgantara nitip minta dibawain selimut warna coklat yang ada di dalam lemari. Katanya di sana udaranya sangat dingin. Kebetulan saya mau pergi ke asrama satu, jadi sekalian saya bawain, Mbak," jawab pria paruh baya berseragam itu dengan wajah tenang. Seketika Alina menghela nafas kasar. Dia tidak menyangka, pria paruh baya itu benar-benar membuatnya jantungan. "Ya ampun, Pak. Saya kira ada kabar apa, ternyata hanya sebuah selimu. Kalau begitu bapak tunggu sebentar di sini. Saya akan ke dalam mengambilkan selimut pesanan mas Dirga," sahut Alina yang pergi meninggalkan pria berseragam itu menuju kamar. Dengan hati-hati, wanita cantik itu membuka lemari pakaian agar tidak membangunkan ibu mertuanya. Dengan seksama, Alina melihat-lihat lipatan selimut yang ada di depannya. "Apa yang ini?" batinnya sambil mengambil selimut tipis berwarna coklat dan membawanya ke depan. "Ini, Pak. Terima kasih ya Pak, sebelumnya sudah mau di repotkan." Pria itu pun berdiri dan meneri

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Mertuaku

    Wanita paruh baya itupun akhirnya beranjak dari ruang tamu menuju kamar menantunya. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya nyonya Suyarso memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu. "Alina, apakah ibu boleh masuk?" tanya sang mertua sedikit sungkan. "Masuk, Bu," jawab Alina yang yang berbaring dengan posisi membelakangi pintu. "Nak Alina, apakah ibu boleh ngomong sebentar," lirih nyonya Suyarso yang kini sudah duduk di tepi ranjang. "Silahkan, Bu," jawab Alina masih dengan posisi yang sama. Setelah cukup lama terdiam, nyonya Suyarso akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan pada Alina, perihal sikapnya barusan yang tidak menghargai orang lain. "Jadi ... menurut Ibu, sikap Alina kurang baik?" lirih Alina yang kini sudah bangkit dan menatap ibu mertuanya itu. "Bukan begitu, Alina. Ibu hanya ingin memberi pengertian kepadamu. Barusan sikapmu yang main nyelonong itu salah, Nak. Seharusnya salam dulu dan menebar senyum. Walau tidak menyapa, setidaknya tersenyumlah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tak terduga

    "Loh ... Dirgantara!" ucap sang ibu dengan senyum mengembang di wajahnya. Wanita paruh baya itu membuka lebar kedua tangannya, menyambut kedatangan putra sulungnya itu. Dirgantara langsung memeluk hangat sang ibu penuh kasih dan rindu. Abimanyu pun ikut berdiri dan menepuk lembut pundak sang kakak. Mereka nampak begitu bersemangat dan senang melihat kedatangan Dirgantara. Sejenak mereka terdiam dan menoleh ke arah Alina. "Na, sambut suamimu" ucap ibu yang mengagetkan Alina. "Hah," Segera wanita cantik itu menjabat tangan suaminya dengan senyum di wajah cantiknya. "Alina, ini bukan lebaran. Tapi dia suamimu yang baru pulang dari tugasnya. Disambut dong," titah sang ibu mertua yang membuat Alina mengerutkan keningnya. "Lah ... baru juga dua hari, Bu. Tidak sampai setahun, ngapain harus histeris begitu?" Jawaban dari Alina tersebut membuat Abimanyu tergelak. "Kamu istri yang hebat! Mantu pilihan ibu, memang keren. Aku suka!" sahut Abimanyu sambil merangkul pundak Alina. "Kamu ini ap

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tinggal sekamar

    AKU MENOLAK UNTUK DIJODOHKAN, TAPI AYAH DAN IBU MEMAKSAKU, HINGGA AKHIRNYA MENERIMA DAN …Batin Dirgantara sambil terus menatap lekat wajah cantik sang istri yang mulai mengoleskan krim di wajahnya. "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apakah ada yang salah dari wajahku?" tanya Alina terlihat sangat panik. Dia sangat perfect dalam berpenampilan, sehingga dia sangat takut, jika ada satupun yang kurang dari dirinya. Dirgantara menggeleng sambil berucap, "cantik, sangat cantik." Sontak jawaban dari Dirgantara itu membuat Alina salah tingkah. "Oh, begitu ya," lirih Alina yang kembali fokus pada kaca cermin yang ada di hadapannya. Sementara Dirgantara hanya terkekeh dan menggeleng. Dia benar-benar dibuat tergila-gila oleh wanita yang sekarang sangat manja dan keras kepala itu. Setelah selesai menggunakan krim di wajahnya, Alina bergegas merapikan tempat tidur dan bersiap untuk beristirahat. "Seharian tadi, ngapain aja dengan ibu?" tanya Dirgantara penuh rasa penasaran. Alina pun kembali t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Malam Pertama

    Dirgantara menatap Alina. Dia ingin mendengarkan perkataan Alina yang sempat terputus. "Liburan minggu depan, bolehkan aku pulang ke rumah ibu. Aku sudah rindu pada Ayah dan Ibu," lirih Alina yang langsung diangguki oleh suaminya itu. "Terima kasih ya, Mas," imbuh Alina nampak begitu bahagia dan girang. Melihat istrinya begitu bersemangat, membuat Dirgantara senang. "Baiklah, berangkatlah dengan hati-hati. Ingat, pulang tepat waktu, aku akan buatkan makanan untukmu," ucap Alina sambil memperbaiki pakaian suaminya. "Aku tidak bisa menentukan kapan waktu pulang, Alina. Nanti, aku akan kabari lagi," ucap Dirgantara yang kemudian pergi meninggalkan kediamannya yang nyaman itu menuju tempat tugas. Di sana sudah berbaris para prajurit melakukan pelatihan-pelatihan yang biasa di lakukan untuk persiapan diri. Dirgantara masuk ke dalam sebuah gedung dan melakukan pertemuan dengan atasannya. Mereka merencanakan sesuatu untuk pengiriman para prajurit ke daerah rawan konflik. Dirgantara nampa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Dunia kita Indah

    "Maafkan aku yang belum bisa membuatmu senang," lirih Alina yang membuat sang suami terkekeh. Kedua mata pasangan itu kini saling beradu. Ada tekanan dalam dada Dirgantara yang ingin keluar dari tempatnya. "Alina, bolehkah aku mencium keningmu? Sekali saja?" lirih sang Letnan berpamitan pada istrinya. Tanpa banyak berpikir, Alina akhirnya tersenyum dan mengangguk, yang membuat hati Dirgantara seketika menjadi lega. Dengan lembut, pemuda berwajah sempurna itu mengecup hangat kening Alina. Tanpa di sadari, Dirgantara lanjut mencium kedua pipi dan hidung Alina yang mancung. "Mas""Aku tahu, kamu belum siap," jawab Dirgantara yang masih terus mengamati wajah cantik istrinya. Alina kemudian mengatakan pada Dirgantara untuk tidak memberitahu ibu mertuanya, masalah masakannya hari ini. Seketika Dirgantara terkekeh tiada henti. "Alina ... Alina ... ya tidak mungkinlah. Apalagi, masakanmu tadi begitu enak," sahut Dirgantara yang membuat Alina gemas dan memukul kesal pada suaminya. "Jahat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Hari pertama

    “Kok rumahnya sempit sih, Mas?” ucap Alina menatap ke setiap sudut ruangan asrama yang baru saja dia tempati. “Syukuri saja, yang penting tidak kepanasan dan kehujanan. Dari pada banyak tanya, mendingan kamu siapkan makan siang” jawab Dirga, yang membuat Alina membulat kaget. “Masak? Kan, Alina sudah bilang, aku nggak bisa masak, Pak! Eh … Mas,” sahut Alina lagi yang membuat pemuda gagah itu menggelengkan kepalanya. Tanpa banyak bicara, Dirga langsung mengambil kantong plastik berwarna merah dan membawanya ke dapur. Dia segera membuka dan mengeluarkan semua sayuran dan daging yang ada di dalam kantong plastik tersebut. Sebelum berangkat ke asrama, sang ibu sudah menyiapkan semua kebutuhan putranya itu hingga satu minggu kedepan. Melihat sang suami sibuk di dapur memasak makanan, Alina pun mencoba menghampiri dan bertanya, “Apakah kamu butuh bantuanku, Mas?” Dirga tidak menjawab, dia hanya menggeleng dan berdehem. Semua dikerjakan dengan cepat dan sempurna. Aroma wangi masakan mula

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Suamiku dingin

    “Kemana dia?” Alina langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mencari-cari keberadaan suaminya yang tidak ada di kamar. "Kemana sih tuh, orang. Baru juga sehari, sudah ngilang aja. Nggak tanggung jawab banget jadi suami," gerutu Alina yang celingak-celinguk mencari sosok tampan Dirga yang tidak segera muncul. Dengan malas, Alina melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Perutnya pun mulai keroncongan. "Aduh, aku sudah lapar, tapi kemana sih dia?" gumamnya nampak kesal. Tidak lama, terdengar suara pintu terbuka, yang membuat Alina bergegas untuk melihatnya. "Dari mana saja? Kok nggak pamit dulu?" tanya Alina yang memberondong pertanyaan pada sang suami. Dirgantara yang baru saja duduk di sofa, terus mengamati Alina yang sedang berdiri di depannya dengan wajah marah. Dia tidak bisa menahan senyum, saat melihat sang istri yang terus cerewet padanya.Alina memandang suaminya dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin menusuknya. "Kamu tidak pamit, kamu pergi b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08

Bab terbaru

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Dunia kita Indah

    "Maafkan aku yang belum bisa membuatmu senang," lirih Alina yang membuat sang suami terkekeh. Kedua mata pasangan itu kini saling beradu. Ada tekanan dalam dada Dirgantara yang ingin keluar dari tempatnya. "Alina, bolehkah aku mencium keningmu? Sekali saja?" lirih sang Letnan berpamitan pada istrinya. Tanpa banyak berpikir, Alina akhirnya tersenyum dan mengangguk, yang membuat hati Dirgantara seketika menjadi lega. Dengan lembut, pemuda berwajah sempurna itu mengecup hangat kening Alina. Tanpa di sadari, Dirgantara lanjut mencium kedua pipi dan hidung Alina yang mancung. "Mas""Aku tahu, kamu belum siap," jawab Dirgantara yang masih terus mengamati wajah cantik istrinya. Alina kemudian mengatakan pada Dirgantara untuk tidak memberitahu ibu mertuanya, masalah masakannya hari ini. Seketika Dirgantara terkekeh tiada henti. "Alina ... Alina ... ya tidak mungkinlah. Apalagi, masakanmu tadi begitu enak," sahut Dirgantara yang membuat Alina gemas dan memukul kesal pada suaminya. "Jahat

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Malam Pertama

    Dirgantara menatap Alina. Dia ingin mendengarkan perkataan Alina yang sempat terputus. "Liburan minggu depan, bolehkan aku pulang ke rumah ibu. Aku sudah rindu pada Ayah dan Ibu," lirih Alina yang langsung diangguki oleh suaminya itu. "Terima kasih ya, Mas," imbuh Alina nampak begitu bahagia dan girang. Melihat istrinya begitu bersemangat, membuat Dirgantara senang. "Baiklah, berangkatlah dengan hati-hati. Ingat, pulang tepat waktu, aku akan buatkan makanan untukmu," ucap Alina sambil memperbaiki pakaian suaminya. "Aku tidak bisa menentukan kapan waktu pulang, Alina. Nanti, aku akan kabari lagi," ucap Dirgantara yang kemudian pergi meninggalkan kediamannya yang nyaman itu menuju tempat tugas. Di sana sudah berbaris para prajurit melakukan pelatihan-pelatihan yang biasa di lakukan untuk persiapan diri. Dirgantara masuk ke dalam sebuah gedung dan melakukan pertemuan dengan atasannya. Mereka merencanakan sesuatu untuk pengiriman para prajurit ke daerah rawan konflik. Dirgantara nampa

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tinggal sekamar

    AKU MENOLAK UNTUK DIJODOHKAN, TAPI AYAH DAN IBU MEMAKSAKU, HINGGA AKHIRNYA MENERIMA DAN …Batin Dirgantara sambil terus menatap lekat wajah cantik sang istri yang mulai mengoleskan krim di wajahnya. "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apakah ada yang salah dari wajahku?" tanya Alina terlihat sangat panik. Dia sangat perfect dalam berpenampilan, sehingga dia sangat takut, jika ada satupun yang kurang dari dirinya. Dirgantara menggeleng sambil berucap, "cantik, sangat cantik." Sontak jawaban dari Dirgantara itu membuat Alina salah tingkah. "Oh, begitu ya," lirih Alina yang kembali fokus pada kaca cermin yang ada di hadapannya. Sementara Dirgantara hanya terkekeh dan menggeleng. Dia benar-benar dibuat tergila-gila oleh wanita yang sekarang sangat manja dan keras kepala itu. Setelah selesai menggunakan krim di wajahnya, Alina bergegas merapikan tempat tidur dan bersiap untuk beristirahat. "Seharian tadi, ngapain aja dengan ibu?" tanya Dirgantara penuh rasa penasaran. Alina pun kembali t

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tak terduga

    "Loh ... Dirgantara!" ucap sang ibu dengan senyum mengembang di wajahnya. Wanita paruh baya itu membuka lebar kedua tangannya, menyambut kedatangan putra sulungnya itu. Dirgantara langsung memeluk hangat sang ibu penuh kasih dan rindu. Abimanyu pun ikut berdiri dan menepuk lembut pundak sang kakak. Mereka nampak begitu bersemangat dan senang melihat kedatangan Dirgantara. Sejenak mereka terdiam dan menoleh ke arah Alina. "Na, sambut suamimu" ucap ibu yang mengagetkan Alina. "Hah," Segera wanita cantik itu menjabat tangan suaminya dengan senyum di wajah cantiknya. "Alina, ini bukan lebaran. Tapi dia suamimu yang baru pulang dari tugasnya. Disambut dong," titah sang ibu mertua yang membuat Alina mengerutkan keningnya. "Lah ... baru juga dua hari, Bu. Tidak sampai setahun, ngapain harus histeris begitu?" Jawaban dari Alina tersebut membuat Abimanyu tergelak. "Kamu istri yang hebat! Mantu pilihan ibu, memang keren. Aku suka!" sahut Abimanyu sambil merangkul pundak Alina. "Kamu ini ap

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Mertuaku

    Wanita paruh baya itupun akhirnya beranjak dari ruang tamu menuju kamar menantunya. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya nyonya Suyarso memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu. "Alina, apakah ibu boleh masuk?" tanya sang mertua sedikit sungkan. "Masuk, Bu," jawab Alina yang yang berbaring dengan posisi membelakangi pintu. "Nak Alina, apakah ibu boleh ngomong sebentar," lirih nyonya Suyarso yang kini sudah duduk di tepi ranjang. "Silahkan, Bu," jawab Alina masih dengan posisi yang sama. Setelah cukup lama terdiam, nyonya Suyarso akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan pada Alina, perihal sikapnya barusan yang tidak menghargai orang lain. "Jadi ... menurut Ibu, sikap Alina kurang baik?" lirih Alina yang kini sudah bangkit dan menatap ibu mertuanya itu. "Bukan begitu, Alina. Ibu hanya ingin memberi pengertian kepadamu. Barusan sikapmu yang main nyelonong itu salah, Nak. Seharusnya salam dulu dan menebar senyum. Walau tidak menyapa, setidaknya tersenyumlah

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Orang asing

    "Begini, katanya pak Dirgantara nitip minta dibawain selimut warna coklat yang ada di dalam lemari. Katanya di sana udaranya sangat dingin. Kebetulan saya mau pergi ke asrama satu, jadi sekalian saya bawain, Mbak," jawab pria paruh baya berseragam itu dengan wajah tenang. Seketika Alina menghela nafas kasar. Dia tidak menyangka, pria paruh baya itu benar-benar membuatnya jantungan. "Ya ampun, Pak. Saya kira ada kabar apa, ternyata hanya sebuah selimu. Kalau begitu bapak tunggu sebentar di sini. Saya akan ke dalam mengambilkan selimut pesanan mas Dirga," sahut Alina yang pergi meninggalkan pria berseragam itu menuju kamar. Dengan hati-hati, wanita cantik itu membuka lemari pakaian agar tidak membangunkan ibu mertuanya. Dengan seksama, Alina melihat-lihat lipatan selimut yang ada di depannya. "Apa yang ini?" batinnya sambil mengambil selimut tipis berwarna coklat dan membawanya ke depan. "Ini, Pak. Terima kasih ya Pak, sebelumnya sudah mau di repotkan." Pria itu pun berdiri dan meneri

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Masak dengan ibu mertua

    Dirgantara mendapatkan tugas mengawasi pendidikan yang tengah ditempuh oleh para prajurit. Dia tidak akan bertemu dengan Alina selama seminggu ke depan. Untunglah ada sang ibu yang akan menemani istri manjanya itu. "Alina, tolong kamu siapkan semua pakaian tugas milik suamimu. Mari ibu bantu kamu untuk menyiapkannya. Biar kamu terbiasa dan tahu mana-mana saja seragam yang harus dibawa," lirih ibu sambil merangkul lengan menantunya itu. "Baiklah, Bu," jawab Alina yang ditanggapi senyuman oleh nyonya Suyarso. Kini kedua wanita itu tengah sibuk menata dan menyiapkan pakaian milik Dirgantara. "Lin, apakah kamu bahagia hidup bersama, Dirga?" tanya sang ibu mertua, membuat Alina kaget. "Ehm ... kan baru dua hari, Bu. Mana bisa Alina menilai," jawaban dari Alina tersebut membuat nyonya Suyarso mengernyit. "Kok baru dua hari? Bukannya kamu juga sangat menginginkan pernikahan ini? Nyatanya kamu ikut daftar calon menantu keluarga Suyarso." Seketika Alina terdiam dan menunduk. "Jangan bilang

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   kedatangan ibu

    Bentak Alina yang mendapatkan pelukan erat dari Dirgantara penuh gemas. "Loh, kok pergi? Mau kemana?" tanya Alina yang melihat suaminya itu tiba-tiba melepaskan pelukan dan beranjak dari tempat tidurnya. "Katanya nggak boleh bobok bareng kalau malam. Jadi, aku istirahat di depan saja" jawab Dirga yang masih berdiri membawa beberapa bantal dan guling di tangannya. Alina tidak menjawab, dia hanya mencebik dan kembali membelakangi Dirga. Melihat istrinya yang tidak peduli, Dirga pun segera pergi meninggalkan kamar menuju ruang tamu. Dengan rasa malas, pemuda itu melempar bantal serta guling ke atas sofa dan menidurkan dirinya di sana. "Biasanya tidak selemah ini. Tapi entah kenapa, setelah punya istri, bukannya menikmati, malah bertambah capek aja ini," gerutu Dirga yang saat ini sudah memeluk gulingnya. "Kata siapa menikah itu damai, ribet iya" imbuhnya lagi yang tidak sengaja didengar oleh Alina. "Jadi, menikahiku, membuat kamu susah, lelah, dan __""Ssstttt ..... sejak kapan kamu

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Suamiku dingin

    “Kemana dia?” Alina langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mencari-cari keberadaan suaminya yang tidak ada di kamar. "Kemana sih tuh, orang. Baru juga sehari, sudah ngilang aja. Nggak tanggung jawab banget jadi suami," gerutu Alina yang celingak-celinguk mencari sosok tampan Dirga yang tidak segera muncul. Dengan malas, Alina melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Perutnya pun mulai keroncongan. "Aduh, aku sudah lapar, tapi kemana sih dia?" gumamnya nampak kesal. Tidak lama, terdengar suara pintu terbuka, yang membuat Alina bergegas untuk melihatnya. "Dari mana saja? Kok nggak pamit dulu?" tanya Alina yang memberondong pertanyaan pada sang suami. Dirgantara yang baru saja duduk di sofa, terus mengamati Alina yang sedang berdiri di depannya dengan wajah marah. Dia tidak bisa menahan senyum, saat melihat sang istri yang terus cerewet padanya.Alina memandang suaminya dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin menusuknya. "Kamu tidak pamit, kamu pergi b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status