“Mas udah bilang ke Ayah dan Ibu. Mereka shock mendengarnya, tapi mereka sudah membuang batu yang mereka miliki yang diberikan seorang dukun pada mereka,” ucap Mas Bimo lagi.
“Sudah dibuang?”“Iya, mereka membuangnya ke lautan, katanya jika dibuang kelautan itu artinya ilmu itu sudah dikembalikan ke yang memberinya,” jawab Mas Bimo.Aku lega mendengarnya. Tiba-tiba aku teringat akan Papah Mamahku.“Dimana papah sama mamah?” tanyaku.“Mereka juga sudah membuangnya ke lautan berbarengan sama papa dan mama. Ternyata kedua orang tua kita itu teman lama. Mereka sama-sama datang ke dukun yang sama.”Aku terkejut mendengar itu, darimana kedua orang tuaku tahu, apa kemarin aku juga bilang kepada mereka. Entahlah, yang penting sekarang aku sudah tenang kalau mereka sudah membuang batu itu, si Ilyas pasti tak akan bisa menemukannya lagi kalau sudah dibuang ke laut.Dua bulan kemudian. Pernikahanku dengan Mas Bimo sebentar lagi akan dilangsungkan. Tapi ada kabar buruk yang datang sebelum pernikahan kami. Mendadak perusahaan papah dan ayah Mas Bimo bangkrut. Banyak penanam saham yang menarik sahamnya dari perusahan papah dan ayah Mas Bimo. Papah dan Mamah sangat sedih menghadapi itu, begitupun dengan kedua orang tua Mas Bimo. Aku yakin itu semua karena mereka telah melepas ilmu yang mereka lalukan dulu untuk kekayaan. Kini semua harta dan segala yang didapat dari bekerjasama dengan setan itu telah lenyap. Papa dan Mamah terpaksa membeli rumah sederhana di daerah Lebak Bulus. Kedua orang tua Mas Bimo pun sama. Mereka memilih tingga di rumah sederhana yang berdekatan dengan rumah kedua orang tuaku. Dan pernikahan aku dan Mas Bimo pun berlangsung sederhana di sana.Setelah kami selesai menikah, Mas Bimo kembali membawaku ke Sentul. Kembali ke rumah lamanya dulu yang belum dijualnya. Sementara rumahku yang lebih dulu kujual sudah ditempat
“Kenapa, Indah?” tanya Mas Bimo padaku.“Rangga?” ucapku.Rangga tersenyum padaku.“Iya, Indah. Sorry, tadi aku sengaja ngetuk rumah buat minta tolong sama Mas Bimo nembak burung itu,” ucap Rangga.Aku langsung menarik tangan Mas Bimo dan mengajaknya ke dalam. Ketika kami sudah tiba di dalam rumah, Mas Bimo heran.“Kenapa?”“Jangan deket-deket dia, dia itu psikopat,” pintaku pada Mas Bimo.Mas Bimo tertawa.“Kata Siapa?”“Aku udah tahu semuanya, Mas. Keluarganya itu gunain ilmu kekayaan gitu. Dan Nayara jadi inceranya selama ini,” jelasku pada Mas Bimo.“Kalo dia mau bunuh Nayara, kenapa Nayara udah jadi istrinya sekarang? Dia pindah ke sini, di depan rumah kita sama Nayara,” ucap Mas Bimo.Aku terbelalak mendengarnya.“Rangga sama Nayara udah nikah?&rd
“Jangan, itu bahaya, aku nggak mau diantara kamu atau Nayara nanti terjadi sesuatu. Si Ilyas pasti tahu kalau Lastri sedang dirasuki jika memang cara itu yang mau kita gunakan. Si Ilyas itu pinter, apalagi kata Nayara dia sekarang sedang mendalami ilmu hitam,” ucap Mas Bimo.“Tapi waktu itu si Ilyas pernah nggak ngeh saat Indah ngerasuki tubuh aku,” bela Nayara.“Aku tetep nggak setuju,” jawab Rangga pada akhirnya.Mendengar Mas Bimo tak setuju, akhirnya aku diam. Bagaimana pun aku juga harus hati-hati.“Gimana kalo aku aja? Nggak usah Indah. Aku udah tahu semuanya tentang Ilyas dan apa kelemahannya,” ucap Nayara pada Rangga.Rangga diam.“Boleh, kan?” pinta Nayara pada Rangga.“Tapi siapa yang bisa bantu kamu bertukar jiwa sama Lastri?” tanya Rangga yang menyangsikannya.Nayara melihat ke arahku,”Sama orang yang dulu p
“Aku nggak apa-apa,” jawabku pada Mas Bimo. Aku nggak mau mengganggu Mahfud yang sekarang masih sibuk berdoa. Tapi aku heran, apa yang kulihat barusan? Kenapa itu bisa terbayang dalam ingatanku. Apakah aku pernah berada di sana? Entahlah, mungkin nanti setelah Mahfud selesai berdoa aku bisa sekalian menanyakan itu padanya.Rupanya Mahfud sudah selesai berdoa. Dia kembali duduk bersama kami.“Aku sudah mencoba mencari keberadaannya, tapi aku tidak berhasil,” ucap Mahfud,”sepertinya Ilyas sudah memiliki ilmu yang cukup kuat hingga bila aku mendekat ke sebuah pintu, pintu yang hampir terbuka itu tertutup kembali,” lanjut Mahfud.“Terus, sekarang kita harus bagaimana? Apa boleh langsung tukarkan jiwaku dengan jiwa Lastri?” tanya Nayara.Mahfud menatap Nayara dengan bingung.“Bisa saja, tapi kita harus memikirkan bagaimana jika Lastri ada di tubuh kamu nanti?” ucap Mahfud.
“Aku di mana?” tanyaku pada kakek itu.Kakek itu hanya diam. Setelah kuamati baik-baik wajahnya, tiba-tiba aku mengingat sewaktu kakek itu mendatangiku saat aku di rumah sakit.“Tolong jawab aku, kek?” pintaku padanya. Tiba-tiba aku merasakan hembusan angin yang begitu dingin.“Kenapa masih ada yang menggunakan ilmu itu?” tanya kakek.Aku heran apa maksudnya?“Ilmu apa, Kek?” tanyaku yang masih bingung.“Meraga sukma. Ilmu tak boleh digunakan manusia. Itu sangat berbahaya,” ucap Kakek itu.“Maafkan aku, kek. Aku terpaksa meminta bantuan pada Mahfud untuk mencari bukti kejahatan Ilyas yang sudah banyak melakukan kejahatan padaku,” ucapku.“Meskipun ilmu itu dilakukan untuk kebaikan, tapi tetap saja tak boleh digunakan,” ucapnya la
“Kenapa? Kau masih ragu? Memangnya kau tidak mau kita kaya raya? Sudah banyak yang aku korbankan demi untuk mendapatkan semuanya. Kita sudah menghancurkan hidup keluarga Bimo dan keluarga Indah hingga mereka bangkrut. Kita juga sudah membunuh Isabel sahabat Indah agar Nayara mudah merasuki Indah. Bahkan dukun tua itu sudah mati gara-gara kita,” ucap Ilyas.Aku menyembunyikan kemarahanku padanya saat mendengar itu. Rupanya memang Ilyas yang membunuh Isabel selama ini.“Aku pipis dulu ya, Mas,” pintaku.Ilyas mengangguk. Lalu aku segera pergi ke toilet yang sangat sederhana. Di sana kututup pintu toilet dan segera kusimpan hasil rekaman pengakuan Ilyas tadi. Lalu saat aku hendak mengirimnya ke nomor Mas Bimo, rupanya sinyal tak ada di sana. Aku pun diam-diam keluar dari rumah itu melalui pintu belakang. Kulihat di ujung sana ada tempat yang begitu tinggi. Aku yakin di sana pasti ada sinyal.Aku segera berlari ke sana.
“Selama bersama Bimo lagi, kamu nggak pernah kan berhubungan sama si Bimo?” tanya Ilyas mendadak yang membahas hal begitu lagi.Aku tidak tahu apa yang terjadi antara Lastri dan Mas Bimo. Akupun mengangguk, hanya itu yang bisa kulakukan untuk menjawab pertanyaannya.“Berarti sudah lama juga kamu nggak berhubungan sama aku, setelah kita berpisah cukup lama dan setelah kita bertemu lagi malah aku berpuasa empat puluh hari,” ucap Ilyas.Aku diam saja.Ilyas selesai makan malam. Di luar tampak sudah gelap. Ilyas meminum lalu tangannya menyentuh tanganku yang baru selesai makan dan menatapku penuh nafsu.“Malam ini kamu harus puasin aku ya?” pintanya.Aku berpura-pura mengangguk.“Karena aku harus puasa tujuh hari lagi setelahnya. Habis itu kita bisa ngelakuinnya kapan pun kita mau,” ucap Ilyas lagi.Ilyas melepas tanganya dari tanganku. Aku pun meneguk
“Kamu nggak apa-apa kan? Si Ilyas nggak jahatin kamu kan?” tanya Mas Bimo memastikan.Aku tak mau menceritakannya pada Mas Bimo kalau aku hampir saja mau diperkosa lagi oleh Ilyas.“Aku nggak apa-pa, Mas,” ucapku,”Tadi Lastri gimana?”“Dia berhasil kita kurung di kamar ini. Dia berontak meminta kita untuk mengembalikan dia ke Ilyas. Karena Mahfud tak bisa melihat kamu di sana, akhirnya saya minta dia untuk mengembalikan jiwa kamu ke sini,” ucap Mas Bimo.Setelah itu kami kembali berkumpul di ruang tamu. Kuceritakan sebagaian soalku saat berada di dekat Ilyas, aku tak mau menceritakan semuanya mereka. Aku tak mau membuat Mas Bimo semakin geram mendengarnya. Semua tampak bingung saat aku bercerita kalau di sana tidak ada sinyal dan aku tidak bisa mengirimkan rekaman itu ke Mas Bimo.Akhirnya aku teringat lagi akan pertemuanku dengan kakek itu di alam lain. Sepertinya hanya cara itu a