Beranda / Horor / Jiwaku di Tubuh Istrinya / Bab 82 : Jangan Lakukan Itu

Share

Bab 82 : Jangan Lakukan Itu

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-23 03:04:57

“Selama bersama Bimo lagi, kamu nggak pernah kan berhubungan sama si Bimo?” tanya Ilyas mendadak yang membahas hal begitu lagi.

Aku tidak tahu apa yang terjadi antara Lastri dan Mas Bimo. Akupun mengangguk, hanya itu yang bisa kulakukan untuk menjawab pertanyaannya.

“Berarti sudah lama juga kamu nggak berhubungan sama aku, setelah kita berpisah cukup lama dan setelah kita bertemu lagi malah aku berpuasa empat puluh hari,” ucap Ilyas.

Aku diam saja.

Ilyas selesai makan malam. Di luar tampak sudah gelap. Ilyas meminum lalu tangannya menyentuh tanganku yang baru selesai makan dan menatapku penuh nafsu.

“Malam ini kamu harus puasin aku ya?” pintanya.

Aku berpura-pura mengangguk.

“Karena aku harus puasa tujuh hari lagi setelahnya. Habis itu kita bisa ngelakuinnya kapan pun kita mau,” ucap Ilyas lagi.

Ilyas melepas tanganya dari tanganku. Aku pun meneguk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 83 : Kekuatan

    “Kamu nggak apa-apa kan? Si Ilyas nggak jahatin kamu kan?” tanya Mas Bimo memastikan.Aku tak mau menceritakannya pada Mas Bimo kalau aku hampir saja mau diperkosa lagi oleh Ilyas.“Aku nggak apa-pa, Mas,” ucapku,”Tadi Lastri gimana?”“Dia berhasil kita kurung di kamar ini. Dia berontak meminta kita untuk mengembalikan dia ke Ilyas. Karena Mahfud tak bisa melihat kamu di sana, akhirnya saya minta dia untuk mengembalikan jiwa kamu ke sini,” ucap Mas Bimo.Setelah itu kami kembali berkumpul di ruang tamu. Kuceritakan sebagaian soalku saat berada di dekat Ilyas, aku tak mau menceritakan semuanya mereka. Aku tak mau membuat Mas Bimo semakin geram mendengarnya. Semua tampak bingung saat aku bercerita kalau di sana tidak ada sinyal dan aku tidak bisa mengirimkan rekaman itu ke Mas Bimo.Akhirnya aku teringat lagi akan pertemuanku dengan kakek itu di alam lain. Sepertinya hanya cara itu a

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 84 : Suara Langkah Kaki

    “Ilmu itu dari Iblis! Mereka yang membantumu! Dan suatu saat tubuhmu akan jadi menjadi tumbal pada Iblis! Meskipun kamu gunakan untuk kebaikan sekalipun!” jawabku dengan penuh amarah.“Aku tak percaya kalau ilmu ini dari Iblis. Ini ilmu turun temurun dari nenek moyangku,” ucap Mahfud.Rangga, Nayara dan Mas Bimo masih diam memperhatikan kami.“Iya benar, memang ilmu itu dari nenek moyangmu. Apakah kau tahu bagaimana nasib nenek moyangmu sekarang gara-gara memiliki ilmu itu? Mereka sekarang menjadi budak Iblis! Kalau kau tak mau menjadi budak Iblis nantinya, buang segera ilmu itu!” teriakku lagi.Tak berapa lama kemudian, kulihat Mahfud seperti kerasukan. Tiba-tiba dia mengeluarkan jurus bela diri yang aku tak tahu itu jenis bela diri apa. Dia seperti sedang mengeluarkan energi di tangannya untuk menyerangku. Lalu tiba-tiba kedua tanganku bergerak ke arahnya, seperti hendak mengeluarkan energi juga. Tak l

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 85 : Jangan Bawa Itu!

    “Kita harus keluar dari sini,” pinta Mas Bimo pada kami.“Iya, Mas,” jawabku.Lalu kami sama-sama melangkah menuju pintu utama hendak keluar. Belum kami sampai ke pintu, kudengar teriakan Nayara. Dia diseret oleh makhluk tak bisa aku lihat itu ke arah dinding.“Aaaagh! Ranggaaa!!!” teriak Nayara.“Nayaraaa!” teriak Rangga yang begitu khawatirnya.Siapa itu? Kenapa sekarang aku tak bisa melihatnya? Bisikku. Tak lama setelah itu Rangga yang hendak menolong Nayara tampak kehabisan napas, seperti ada yang mencekiknya. Dia memegangi lehernya seolah hendak melepas sesuatu yang mencekik leherna. Aku heran kenapa aku tak bisa melihatnya.“To... to...” ucap Rangga terbata.Mas Bimo langsung mendekat dan memegangi Rangga, tapi tak lama kemudian Mas Bimo malah terpental jauh.“Aaaagh!”Aku berteriak melihat Mas Bimo terpental

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 86 : Isabel?

    Lalu aku kelelahan. Aku tersungkur di atas aspal. Kulihat arwah nenek-nenek itu kini berada di atas atap mobil itu, dia menoleh ke arahku sesaat sambil tersenyum sinis. Percuma saja untuk mengejar mereka, kini mereka telah menghilang bersama arwah nenek-nenek itu.Mas Bimo berlari mendekat kepadaku.“Indah!” teriaknya padaku.Aku menoleh pada Mas Bimo dengan kesal. Aku bangkit dan mendekat padanya.“Kenapa Mas Bohong sama aku?” teriakku.“Maafin aku, Indah,” ucapnya padaku.Lalu beberapa saat kemudian, Mahfud datang dengan terheran-heran.“Mas jahat sama aku. Kenapa mas nggak bilang kalo batu itu belum mas buang?” teriakku.“Mas khilaf, Indah. Aku pikir dengan batu itu kita bisa merubah nasib kita yang sekarang sedang begini,” ucap Mas Bimo penuh penyesalan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 87 : Dia Leluhur Kita

    “Isabel, jangan pergi! Aku mohon jangan pergi!” pintaku.Lalu Isabel benar-benar menghilang dari mataku.“Isabel!!! Isabel!!!” teriakku.Lalu aku terbangun dengan berkeringat dan napas yang terengah-engah.Mas Bimo pun langsung terbangun mendengarku berteriak.“Kamu kenapa?” tanya Mas Bimo heran.Aku langsung memeluk Mas Bimo.“Tadi aku mimpi ketemu Isabel, Mas. Aku kangen sama dia, Mas,” isakku.Mas Bimo menepuk-nepuk pundakku dengan lembut.“Kamu doain dia semoga dia tenang di alam sana ya,” pinta Mas Bimo padaku.Aku mengangguk.“Udah, sekarang kamu tidur lagi, ya. Ini masih dini hari,” pinta Mas Bimo.Aku mengangguk. Lalu kami kembali tidur. Esoknya Mas Bimo membangunkanku dengan pelan.“Indah, bangun sayang...”Setelah medengar suara itu aku me

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 88 : Kekuatan Baru

    “Non, bibi boleh bicara sama non sebentar?” pintanya padaku.Aku heran, apa yang mau dia bicarakan. Akhirnya aku mengangguk dan mengajaknya masuk kamar. Saat kami sama-sama duduk di tepi kasur, aku menoleh padanya.“Mau ngomongin apa, Bi?” tanyaku.“Sebelumnya bibi minta maaf, tadi bibi nggak sengaja denger obrolan non sama tuan dan nyonya,” ucap bibi Sarinah.Aku kaget mendengarnya.“Terus?” tanyaku penasaran.“Soal arwah leluhur itu, Non. Maaf sebelumnya, arwah itu nggak ada, Non. Setiap orang yang sudah meninggal, arwahnya diangkat oleh Tuhan dan tidak bisa kembali ke dunia ini lagi. Biasanya yang suka mewujud arwah itu adalah jin Qorin, Non. Non harus hati-hati. Kita nggak tahu apa memang benar itu jin Qorin yang baik atau buruk. Apalagi dia sampai memberikan non mantra dan meminta non untuk membasmi para pelaku ilmu meraga sukma. Sebaiknya non telaah dulu baik

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 89 : Mengikuti Mereka

    Setelah itu aku langsung memejamkan mata dan mengikuti apa yang diminta kakek itu. Dan benar saja, kurasakan jiwaku ringan seringan kapas lalu melayang cepat. Aku tak dapat melihat di sekitarku saat merasa melayang itu. Lalu tiba-tiba aku berada di dalam sebuah mobil. Aku duduk di bangku belakang. Di hadapan kulihat Mas Bimo sedang di sebelah polisi yang sedang menyetir. Mobil yang kunaiki sedang menembus jalanan di tengah hutan. Iya, aku yakin, jalanan ini memang benar jalan yang akan menuju tempat Ilyas berada. Aku tiba-tiba tidak sabar lagi untuk segera tiba di sana.Mobil yang kunaiki terus melaju di jalanan kecil di tengah hutan itu. Aku masih duduk di bangku belakang. Tak lama kemudian kulihat polisi itu menoleh pada Mas Bimo dengan heran.“Serius tempatnya di sini?” tanya Polisi itu pada Mas Bimo.“Iya, dipetunjuk yang dia tulis buat aku katanya melewati jalanan ini,” jawab Mas Bimo.“Emang istri lo beneran b

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 90 : Tak Ada Pilihan Lain

    Mas Bimo tampak ketakutan merasakan tanganku yang memegangi tangannya. Semua polisi yang ada di sana kulihat tidak bisa menggerakkan kaki semua. Mulut mereka pun seperti terkunci. Sesaat kemudian kuliah ternyata ulah para arwah yang berdatangan itu. Mereka menyekap mulut para polisi itu dan mengunci kaki mereka dengan kaki para arwah itu.“Lepaskan mereka!” teriakku lagi.Para arwah itu tidak menggubris.“Istigfar dalam hati!” teriak Mas Bimo kepada para polisi itu.Para Polisi itu menggeleng ke Mas Bimo, mereka masih tak bisa bicara. Lalu tiba-tiba tanganku bergegar seperti melakukan gerakan yoga. Telapak tanganku seperti mengeluarkan energi lalu energi itu kuarahkan kepada para arwah yang menyerang mereka. Lalu tiba-tiba seorang kakaek tua berpakaian serba hitam muncul dan langsung meyerangku. Aku terbangun di atas ranjang kamarku dengan napas terengah-engah.“Mas Bimo!” teriakku yang sudag

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23

Bab terbaru

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Ending : Cinta Kembali Bersemi

    “Apa harus aku lakukan ketika menghadapnya?” tanyaku. “Kau akan mendapatkan kekuatan yang luar bisa. Kau akan mengurus mereka-mereka yang menjadi pengikut setia Tuan Raja di alammu. Kau akan menjadi dukun yang sangat sakti,” ucapnya. “Apa yang harus aku lakukan jika aku menjadi dukun sakti?” tanyaku penasaran. “Nanti kau akan tahu sendiri jika sudah menghadap Tuan Raja,” ucapnya. Lalu kuda yang membawa kereta kencana yang kunaiki perlahan mendekati sebuah gerbang istana. Di sana kulihat banyak pengawal seram yang menjaga gerbang itu. Pengawal itu langsung membuka gerbang istana untuk kami. Kami pun masuk ke dalam gerbang itu. Kulihat istananya begitu megah terbuat dari batu. Aku seperti melihat banyak candi di sana. Peri-peri kulihat beterbangan di atasnya. Tak lama kemudian kuda itu berhenti. “Turunlah dan masuklah ke dalam istana itu,” pinta perempuan yang sangat meny

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 112 : Tak ada Pilihan Lain

    Saat Mobil itu melaju kencang di jalanan. Kulihat Mas Bimo menangis. Aku ikut menangis melihatnya.“Terima kasih, Mas. Terima kasih kamu masih setia sama aku,” ucapku.Sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Bimo memang sangat mencintaiku. Lelaki mana yang masih setia pada istrinya yang sudah gila dan akan menunggunya sampai sembuh, meski tak ada yang tahu apakah istrinya itu benar-benar bisa sembuh atau tidak?Mobil yang kami naiki tiba-tiba berhenti di depan rumahku. Aku heran kenapa Mas Bimo ke sini. Aku pun turun bersama Mas Bimo lalu masuk ke dalam rumah. Papah dan Mamahku menyambut Mas Bimo dengan hangat. Aku kembali menangis melihat mereka. Mereka pasti sangat sedih melihatku kini sudah gila.“Apapun yang terjadi, aku akan tetap cinta sama Indah, Mah, Pah,” ucap Mas Bimo pada mereka.Mamah dan Papah menangis mendengarnya.&ldqu

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 111 : Arwah Perempuan Berdaster

    Tak lama kemudian, tubuhku keluar bersama tiga perawat itu dari dalam ruangan itu. Dia tampak diam dengan tatap kosong. Dia juga tidak bisa melihat kehadiranku. Lalu tubuhku dibawa kembali oleh mereka ke ruangan tempat tubuhku tadi. Ketika kami sudah sampai di sana, kulihat Mas Bimo datang membawa makanan, mendekati tubuhku yang tersenyum-senyum sendiri.“Itu siapa?” tanya arwah perempuan itu padaku.“Itu suamiku,” jawabku.Arwah perempuan itu tampak heran.“Suamimu tampan!” pujinya.Mas Bimo duduk di dekat tubuhku.“Sayang, ini aku bawain kamu makanan. Kamu makan ya?” pinta Mas Bimo pada tubuhku.Aku menangis haru melihat itu. Rupanya Mas Bimo masih sayang padaku meski tubuhku sekarang sudah sudah gila.Tubuhku melihat ke arah Mas Bimo dengan marah.

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 110 : Suara Teriakan Itu

    Bus yang aku naiki tiba di sebuah halte dekat apartemenku. Aku turun dari sana. Tak ada satupun manusia yang bisa melihatku. Aku pun memasuki lobby apartemen dan berdiri di depan lift, menunggu mereka yang naik ke lantai yang sama dengan apartemenku. Saat ada dua sepasang kekasih memencet lantai yang sama dengan apartemenku, aku buru-buru masuk ke dalam. Dua sepasang kekasih itu saling melihat.“Kok aku merinding ya, yang?” tanya perempuan itu pada lelakinya.“Aku juga sama, kayaknya emang angker apartemen ini,” jawabnya.Aku diam saja. Aku tak peduli obrolan mereka. Saat pintu lift itu terbuka. Aku ikut keluar dan segera menembus pintu apartemenku. Aku mencari-cari Mas Bimo di dalam sana. Di dua kamar yang aku masuki aku tak menemukan Mas Bimo. Tiba-tiba aku mendengar kucuran air di dalam kamar mandi. Aku masuk ke dalam sana. Aku menangis saat mendapati Mas Bimo sedang telanjang menyandar di dind

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 109 : Rumah Sakit Jiwa

    Aku mengangguk. Ya, aku tak tahu sudah berapa lama aku di sana. Setipa kali pintu sering terbuka dan dua lelaki seram datang menyuruh kami kerja paksa untuk membangun istana mereka. Entah sudah berapa bulan lamanya hingga tubuhku sangat kurus dan rambutku terlihat acak-acakan. Tapi suatu hari, keajaiban datang. Kudengar di luar sana seperti terjadi peperangan. Lelaki itu berdiri dengan senang.“Mereka sudah datang!” ucapnya.Aku pun berdiri. Kami menempelkan telinga ke arah pintu gua yang tertutup. Sekarang terdengar jelas suara pedang yang beradu dan suara teriakan kesakitan. Tak lama kemudian, pintu gua terbuka. Benar saja, makhluk berjubah putih yang bercahaya terang itu masuk ke dalam gua dan menyuruh kami keluar dari sana. Aku dan lelaki itu pun keluar. Di depan gua, kulihat banyak sekali makhluk-makhluk yang menyeramkan terkapar di atas tanah dengan bersimbah darah. Burung-burung besar dan bersayap itu berdatangan. Mereka m

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 108 : Bangsa yang Suka Berperang

    Aku pun terpaksa bersimpuh di hadapannya.“Tolong aku! Aku janji akan membantumu asal kembalikan aku ke tubuhku!” pintaku lagi.Makhluk seram itu tidak menggubrisku. Dia melihat ke dua lelaki seram yang berdiri di belakangku.“Kurung dia sekarang juga!” pintanya pada mereka.Akupun di tarik oleh dua lelaki yang menyeramkan itu.“Tolong! Aku janji akan menuruti kemauanmu! Aku janji tak akan berniat lagi untuk mengeluarkan ilmuku! Jangan kurung aku!” isakku.Makhluk menyeramkan dan memiliki dua tanduk itu tak menggubris permohanku. Dua lelaki itu terus saja menyeretku, lalu aku dimasukkan ke dalam gua yang sempit dan berpintu.“Keluarkan aku! Aku mau kembali ke tubuhku! Jangan kurung aku!” teriakku sambil terisak. Aku pun teruduk menyandar di dinding gua. Aku tak menyangka kalau akhirnya nasib

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 107 : Kembali ke Sana

    Kami pun tiba di rumah sakit. Mas bimo menggotong bibi Sarinah. Beberapa perawat langsung mengurus bibi Sarinah dan membawanya ke ruang ICU. Aku dan Mas Bimo duduk menunggu di depan ruang ICU. Mas Bimo menoleh padaku lalu memegangi tanganku.“Sabar, ya. Mas yakin bibi nggak akan kenapa-napa,” ucap Mas Bimo menenangkanku.Aku mengangguk. Mas Bimo memelukku.“Kamu tenang, aku yakin pasti ada jalannya untuk mengeluarkan ilmu di dalam tubuhmu,” ucap Mas Bimo.“Iya, Mas,” jawabku mencoba untuk tenang.Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Aku dan Mas Bimo langsung menghampiri dokter itu.“Gimana keadaan bibi Sarinah, dok?” tanyaku sedikit khawatir.Dokter itu tersenyum padaku.“Dia sudah sadar, sekarang kalian sudah boleh kalau mau menjenguknya,” jawab

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 106 : Tak Ada yang Bisa Melakukannya

    “Nggak apa-apa, biar aku aja,” ucapku lalu berjalan ke arah dapur. Bibi Sarinah mengikutiku.Saat aku sudah memasukkan makanan itu ke dalam kulkas, aku menoleh pada bibi Sarinah yang berdiri di dekatku.“Bi,” panggilku.Bibi Sarinah menatapku dengan heran.“Kenapa?” tanyanya.“Aku minta maaf,” ucapku.Bibi Sarinah semakin heran.“Minta maaf kenapa?”“Ternyata ucapan bibi bener,”“Ucapan yang mana?”Aku menangis. Bibi Sarinah semakin penasaran padaku.“Ada apa, Non. Cerita ke bibi,” pintanya.“Kakek yang aku temuin itu ternyata iblis,” ucapku.Bibi Sarinah tercengang mendengarnya.“A

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 105 : Kedatangan Bibi Sarinah

    “Kenapa?” tanyanya.Tiba-tiba kudengar suara arwah pengantin perempuan itu.“Jangan khawatir! Aku tak akan melihat kalian bermesraan. Itu malah akan membuatku sial jika melihatnya,” ucap arwah pengantin perempuan itu. Entah sekarang dia berada di mana. Aku lega mendengarnya. Akhirnya kutarik tangan Mas Bimo ke dalam kamar.Sesampainya kami di dalam kamar. Mas Bimo hendak menciumku. Aku menghindar.“Nanti aja, Mas,” ucapku.Mas Bimo heran, “Kenapa?”“Aku harus menemui kakek lagi. Aku harus mengakhiri semua ini,” ucapku.“Yaudah,” ucap Mas Bimo sedikit kecewa.Akhirnya aku duduk di atas kasur. Seperti biasa aku meminta Mas Bimo menjagaku. Akupun memejamkan mata. Akhirnya aku kembali berada di pinggir sungai itu. Sekarang aku lega sudah melihat kakek

DMCA.com Protection Status