Jam pelajaran berikutnya Lusi tampak diam saja. Dia tak ceria seperti biasa. Iskha tak menyadarinya ia mengira tak ada yang terjadi. Perasaan Lusi bergejolak seperti kapal yang terombang-ambing ombak di lautan. Haruskah ia menyerah begitu saja sekarang?
Waktu pun cepat berlalu hingga tak terasa jam pelajaran sudah berakhir. Kayla sudah ada janji bertemu dengan Faiz. Ia harus memastikan Iskha sudah pulang dan tidak ada satupun orang yang mengetahui kalau akan ada orang menggunakan atap sekolah. Ternyata dugaannya sedikit meleset. Iskha masih di sekolah karena ada ekstrakurikuler musik, serta atap tempat janji bertemunya dia dan Faiz sedang dipakai oleh ekstrakurikuler lain.
“Yah, nggak ada tempat yang cocok nih. Trus gimana?” tanya Kayla.
“Anjir, aku jadi malu sendiri. Sebenarnya aku nggak begitu tahu tentang persoalan semacam ini. Lagipula mengungkapkan perasaan itu tidak pernah aku lakukan sebelumnya,” jawab Faiz sambil menggaruk-garuk k
Akhirnya keduanya bergegas keluar dari kelas. Mereka berpisah di jalan masing-masing. Kayla cukup gembira dengan latihan tadi. Ia yakin Faiz akan mengungkapkan perasaannya kepada Iskha sehingga sejarah tak akan berubah. Dengan begitu ia bisa memberikan arloji itu kepada Iskha nanti, sedangkan Faiz merasa senang karena ia mendapatkan rasa kepercayaan diri untuk bisa mengungkapkan isi hatinya.Suasana sekolah terasa nyaman dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Beberapa murid yang sedang mengadakan ekstrakurikuler tampak terlihat sedang berlatih seperti ekstra baskset, futsal dan dari ekstra beladiri. Latihannya cukup seru sampai suara mereka terdengar hingga seluruh sudut sekolah. Kayla berjalan sendiri hingga sampai di gerbang. Saat itulah dia berpapasan dengan Arief.“Hai, mau pulang bareng?” sapa Arief.“Ogah,” jawab Kayla singkat. Dia langsung merasa sial ketika cowok itu tiba-tiba saja sudah ada di gerbang seolah-olah memang menunggunya.
Iskha yang berada di dalam kamarnya tersentak. Dia menangis. Matanya sampai memerah. Air matanya berderai sambil memandangi foto Faiz. Ada sesuatu yang tidak diketahui Kayla sampai Iskha menangis seperti ini.Sebenarnya kejadiannya sangat singkat. Sesuatu yang tidak diketahui Kayla adalah Iskha sedang mencarinya tadi siang. Dia ingin bertanya perihal Lusi yang menangis saat curhat kepadanya. Setelah pulang sekolah Lusi menariknya untuk berbicara. Mereka pun akhirnya berbicara di ruangan yang tidak dikunjungi Faiz dan Kayla, yaitu ruangan ekstrakurikuler musik.Ruangan ekstrakurikuler musik saat itu sedang penuh dengan murid-murid yang sedang berlatih musik, tetapi Iskha meminta ruang kepada teman-temannya. Akhirnya kedua sahabat ini berbicara di ruangan yang biasanya digunakan untuk rekaman.“Kenapa? Ada apa?” tanya Iskha. “Kenapa kau menangis?”“Arief. Dia...dia...,” ucap Lusi sesenggukan.“Apa? Kenapa Ari
Alarm berbunyi. Iskha tersentak bangun. Dia masih merasa lelah setelah menangis semalaman. Dia sendiri tak sadar kalau hari ini hari ulang tahunnya. Yang ada di pikirannya hari Senin besok dia UTS. Iskha mengerang sambil meregangkan otot-ototnya. Dia segera mematikan alarm di ponselnya lalu melihat pesan yang masuk. Dari seseorang. Faiz? Segera dia membuka pesan itu.“Selamat ulang tahun cewek bawel” tulisan di layar ponselnya membuat dia sumringah. Hanya saja, mengingat kejadian kemarin ia merasa aneh. Faiz menyukai Kayla bukan?Baru saja dipikirkan nama Faiz langsung nongol. Cowok itu menelponnya. Iskha bingung apakah harus diangkat ataukah tidak. Dia langsung menekan tombol reject.“Dasar, ngapain nelpon segala. Kamu kan suka ama Kayla. Telpon aja Kayla sana!” gerutu Iskha. Dia segera bangkit dari tempat tidurnya untuk beranjak mandi. Dia tinggalkan ponselnya berdering berkali-kali di atas kasur.Hari itu seperti hari-hari biasa
Iskha tersenyum melihat tingkah keduanya. Pemandangan tak biasa ini tak pernah ia lihat sebelumnya. Faiz pun kembali ke tempat duduknya sambil menunggu jam pelajaran dimulai. Tak berapa lama kemudian Lusi masuk ke dalam kelas. Wajahnya tampak cerah. Apa yang terjadi? Dia tidak bersedih? Padahal kemarin dia bersedih. Apakah sudah selesai rasa sedihnya? Anak itu duduk di sebelah Arief.Setelah Faiz dan Arief tadi memberi ucapan selamat ulang tahun, teman-teman Iskha yang lain juga mengucapkan hal yang sama. Jam pelajaran dimulai dengan bel panjang. Iskha hampir saja berdiri untuk menghampiri temannya itu tetapi karena bel sudah berbunyi dan guru sudah masuk kelas, ia mengurungkan niatnya. Kayla masih tidak muncul. Apa yang sebenarnya terjadi?Waktu terus berlalu dan jam pelajaran pun sudah berganti tetapi masih belum ada tanda-tanda keberadaan Kayla. Iskha pun bertanya ke teman-temannya tentang Kayla, tetapi semuanya menjawab kalau tak ada murid yang bernama Kayla. Bahka
“Sebentar, ini rasanya tak masuk akal. Arief suka ama Kayla. Faiz juga suka ama dia. Jadi Kayla itu anaknya luar biasa yah. Ini aneh banget,” ucap Lusi setelah mendengar cerita Iskha.“Makanya, aku heran. Tapi beneran kan kalian tidak ngerjain aku? Tapi rasanya juga kalau ngerjain nggak sampai segitunya sampai menghilangkan namanya di daftar absen,” ujar Iskha.Keduanya terdiam. Lusi bingung dengan keadaan Iskha. Tetapi apa yang dijelaskan Iskha tadi sangat gamblang seolah-olah Kayla itu ada dan nyata. Dia ingin mempercayai Iskha, tetapi ingatannya sama sekali tak menyimpan memori tentang Kayla.“Ah, sudahlah. Aku mau bertanya kepada Faiz dan Arief, siapa tahu mereka punya jawabannya,” ucap Iskha sambil beranjak pergi.“Lho, Iskha. Kita belum pesen,” ucap Lusi.“Kamu aja deh. Aku bener-bener pusing sekarang ini,” ucap Iskha sambil berlalu.Untuk menemukan Faiz rasanya Iskha hampir t
Hari-hari berlalu. Iskha merasa setiap hari adalah siksaan baginya. Dia seperti orang gila yang terus-menerus mempertanyakan keberadaan Kayla. Kemana gadis itu pergi? Minggu UTS pun dilewatinya. Semua murid telah melewati ujian tengah semester itu dengan tenang. Setelah UTS ada acara festival sekolah untuk menyambut hari ulang tahun sekolah mereka. Setiap kelas sibuk untuk mempersiapkan diri. Sementara itu pihak sekolah telah mempersiapkan stand-stand dan tenda-tenda. Karena acaranya seharian penuh maka dikhawatirkan akan terjadi hujan, maka dari itu ruangan seperti aula dan gymanstic dimanfaatkan pula. Arief juga terlihat sibuk karena ia termasuk anggota OSIS sekaligus juga ketua kelas XI-3.Masing-masing kelas akan mempunyai stand masing-masing dengan isi yang berbeda. Ada yang membuat pergelaran buku, ada yang membuat museum mini, ada yang membuat warung, ada pula yang membuat restoran mini lengkap dengan live music. Kelas XI-3 akan membuat kafe dengan nuansa tren
Jam menunjukkan pukul 15.00 saat Iskha selesai mandi. Dia menghabiskan waktu di kamarnya akhir-akhir ini. Dia juga jarang keluar, bahkan beberapa acara ngamen bersama band-nya terpaksa dibatalkan dengan alasan kondisi badannya masih belum sehat. Shock-nya belum hilang, dia masih kepikiran dengan Kayla. Dia sudah berusaha untuk melupakan Kayla, tetapi tidak bisa. Dia yakin kalau Kayla itu nyata bukan khayalannya.Saat dia sedang merenung di kamar, ponselnya berdering. Iskha melihat nomor yang masuk. Ada nama Arief. Dia mengernyit, kenapa Arief menelponnya?“Halo?” sapa Iskha.“Halo, Iskha?” sapa Arief balik.“Ya, ada apa?” tanya Iskha.“Kau masih memikirkan tentang Kayla?” tanya Arief.“Iya, kenapa? Kau ingat sesuatu?”“Bukan, bukan itu. Aku sama sekali tak tahu siapa Kayla dan apa yang kamu maksudkan,” jawab Arief. Dia tetap bersikeras tak tahu tentang Ka
“K-kamu apa?” Iskha tak percaya dengan apa yang dikatakan Saphira.“Iya, itu benar. Kamu tak salah dengar. Biarkan aku bercerita dulu. Aku ingin kau mendengarkannya dengan seksama, kuharap ini akan menjadikan hubungan persahabatan kita makin erat,” jawab Saphira. Dia melihat ke sudut tembok. Di sana terdapat jaket biru pemberiannya dulu. “Kau masih menyimpan jaket itu.”Iskha mengangguk. “Iya, aku masih menyimpannya.”“Ada alasan khusus kenapa aku memberikannya kepadamu,” kata Saphira sambil beranjak dari kasur. Dia lalu menghampiri jaket yang dihanger Iskha di gantungan baju. “Jaket ini adalah kenangan yang tak akan bisa terlupakan, khususnya aku.”“Lalu kenapa kamu memberikannya kepadaku?”“Karena kau sahabatku dan aku peduli denganmu,” jawab Saphira.“Aku tak mengerti,” ucap Iskha.“Segalanya dimulai ketika waktu kita m