Iskha segera beringsut menuju ke ayunan yang berada di bagian taman berpasir putih. Desain taman ini cukup unik. Ada banyak mainan anak-anak seperti prosotan, ayunan dan jungkat-jungkit. Selain itu juga ada macam alat-alat senam seperti yang menggunakan tuas dan pedal yang bisa digunakan untuk bergerak. Terkadang orang-orang menggunakan alat-alat ini ketika mereka sedang berolahraga di taman. Tak cuma itu taman ini juga membentuk rute yang cocok digunakan untuk jogging, karena rindang dan ditumbuhi berbagai macam tanaman yang membuat siapapun betah untuk berolaharga di sini. Selain itu tempat sampahnya juga tersedia di berbagai sudut taman sehingga kebersihannya tetap terjaga.
Gadis itu pun duduk di ayunan tersebut. Rambutnya bergerak-gerak ketika ayunan itu cukup cepat bergerak. Faiz berdiri di sebelahnya sambil memegangi ayunan itu agar tak terlalu cepat. Dia jadi teringat lagi sewaktu kecil juga melakukan hal ini. Dia menjaga agar ayunan itu tidak terlalu cepat berayun unt
Faiz sudah berada di rumah Iskha. Dia tampak berada di ruang tamu dengan Iskha yang mengobatinya dengan antiseptic. Perlahan-lahan gadis itu menuangkan cairan anti kuman ke kapas setelah itu dibasuh ke lukanya Faiz. Dengan telaten Iskha melakukannya. Dia bahkan sesekali meniup luka itu seolah-olah sangat sayang sekali luka itu bisa ada di sana. Terakhir ia mengambil plester bergambar kucing lucu, setelah itu ditempelkannya plester itu di siku. Dia tersenyum, seolah-olah karyanya sangat cantik dan imut.“Iskha?!” panggil Faiz yang membuyarkan gadis itu dari dunia khayalannya.“Hah? Apa?” tanya Iskha.“Serius?”“Maksudnya?”“Serius pake plester ini? Aku ini cowok. Orangnya macho, jago silat. Masa’ dikasih plester gambar kartun kucing lucu gini sih? Hilang dong kemachoanku,” keluh Faiz.Iskha ngikik. “Itu cocok kok buatmu.”“Tapi kan...!” Faiz prote
Ibu dan anak sibuk di dapur, sementara Faiz menunggu sambil bermain-main dengan ponselnya. Dia memulai chatting dengan Kayla. Faiz memastikan kalau dia nanti tidak dikejutkan dengan kedatangan Iskha yang datang tiba-tiba karena memang namanya juga kejutan. Kalau bocor ya berarti gagal dong ngasih kejutan ke Iskha.Faiz: Kay, aku sudah tahu apa keinginan Iskha.Kayla: Ya? Apa emangnya?Faiz: Dia ingin punya iPod. Gitu sih katanya. Alasannya karena tidak suka saja dengerin musik pakai ponsel.Kayla: Nah, gitu dong. OK, aku akan usahakan cari iPod. Pasti dia bakalan suka nantinya.Faiz: Trus, uangnya? Emang kamu punya uang?Kayla: Halah, itu nggak masalah. Kalau cuma iPod mah aku bisa beli. Ngomong-ngomong hadiahnya kamu yang kasih ya nanti. Anggap itu hadiah darimu.Faiz: Hah? Koq aku?Kayla: Woi
Kayla berdandan. Malam ini ia ingin pergi ke mall mencarikan hadiah untuk Iskha. Dia tak begitu kesulitan kalau soal uang. Di lemarinya uangnya sudah sangat banyak. Kalau mau membeli rumah baru pun sudah pasti akan bisa. Dia perlu mencari-cari informasi lewat internet tempat dimana ada toko yang menjual gadget. Sampai akhirnya diapun menemukan tempat toko yang menjual hardwarde dan gadget canggih di kota ini. Setelah mendapatkan informasinya ia mulai mempersiapkan bajunya untuk keluar. Dia menemukan baju kemeja kotak-kotak biru bergaris putih, kemudian celana jins sebetis, tak lupa ia membawa tas warna pink. Tak lupa ponselnya ia masukkan ke celana untuk menghubungi ayahnya sewaktu-waktu.Sebelum Kayla bergegas untuk keluar kamarnya tiba-tiba dia ditelepon seseorang. Begitu ia melihat layar ponselnya tampak nama tertera di sana. Arief? Kenapa dia menelpon malam-malam begini?Kayla pun mengangkat teleponnya, “Halo?”“Hai, di rumah?” tanya
Keduanya naik ke lantai dua. Di sini barang-barang elektronik gampang ditemui. Kayla mampir dari satu stand ke stand yang lainnya untuk mencari gadget yang dimaksud. Ternyata selain gadgetnya, harganya juga banyak yang bersaing. Kayla tak masalah dengan harga, ia bahkan mampu membeli sepuluh biji gadget hipster itu. Tetapi ia ingin bisa seperti orang-orang lainnya yaitu tawar-menawar. Arief cukup heran dengan kegigihan Kayla dalam menawar barang, dia pergi dari satu toko ke toko yang lain sampai-sampai kakinya capek sendiri. Dari sini saja Arief mulai faham mendampingi cewek belanja itu bukan soal yang mudah. Dia sering membaca gurauan-gurauan meme di internet kalau wanita itu kalau sudah belanja lupa segalanya, seperti sekarang ini. Kayla lupa sama sekali kalau Arief itu bersamanya.Akhirnya sampailah mereka di toko yang memberikan harga bersaing. Lebih murah meskipun hanya terpaut Rp. 2.000,- tapi itu lebih berharga bagi Kayla. Ia memenangkan pertarungan tawar-menawar harga
Arief senyum-senyum sendiri. Entah bodoh atau bagaimana tetapi yang dilakukannya tadi benar-benar konyol sampai ia tak habis pikir bagaimana secara reflek tangannya bergerak seperti itu. Kayla jelas benar-benar berbeda. Sudah pasti seluruh cewek-cewek di sekolahnya ingin sekali dicium olehnya, tetapi Kayla tidak. Dia benar-benar tak suka. Hal itu makin membuat Arief penasaran. Fix, dia suka Kayla. Di atas tempat tidurnya, pikirannya menerawang, seluruh yang ada di benaknya hanyalah Kayla. Bagaimana gadis itu tertawa, bagaimana dia berjalan, bagaimana pula cara Kayla berbicara rasa-rasanya membuat Arief tak bisa tidur malam ini. Bahkan rasa bibirnya saja masih terasa sampai sekarang.Lain halnya dengan Kayla. Dia benar-benar khawatir, tangannya tadi terlihat tembus pandang.Ini tidak baik. Bagaimana bisa Arief menyukainya? Kenapa bisa demikian? Kayla berkali-kali menelpon Andro tapi tak ada jawaban. Kemana orang itu? Kenapa robot yang menyerupai ayahnya pergi? Menggelikan sekal
Keesokan harinya Kayla benar-benar membisu ketika masuk kelas. Dari masuk sampai jam istirahat pandangannya selalu terarah kepada Arief. Dia merutuki dirinya sendiri yang betapa bego dan tololnya. Seharusnya dia bisa lolos, seandainya ia bersikeras menolak tawaran Arief, atau misalnya memanggil satpam penjaga komplek pastinya semuanya akan aman terkendali, tapi sayang itu sudah terlambat dan dia tidak bisa memundurkan waktu. Sekarang persoalannya hanya waktu. Apa dia punya cukup waktu untuk sampai menyerahkan arloji itu kepada Iskha tepat pada waktunya?Neneknya pernah berkata, “Arloji kuno ini diberikan sahabat nenek. Namanya sama dengan namamu. Dia memberikannya saat festival sekolah. Nenek tak akan pernah lupa.”Kayla makin kusut. Beberapa kali ia mengacak-acak sendiri rambutnya. Seandainya neneknya berkata “Diberikan seseorang” tanpa menyebut “sahabat” maka Kayla akan langsung saja pergi ke masa saat festival sekolah itu be
“Kenapa? Apa salahnya? Karena orangtuamu kah? Tak masalah aku akan menemui mereka,” Arief masih bersikeras. Dia memang seorang cowok yang tak pernah kenal menyerah.“Kau gila! Ini gila. Arrgghh!” jerit Kayla.“Dengarlah! Baiklah, aku minta maaf karena telah menciummu kemarin. Itu kecelakaan, tak akan terjadi lagi. Tapi biarlah aku berusaha untuk mendapatkan hatimu. Sebab aku benar-benar menyukaimu, Kay.”Kayla terdiam. Dia menarik napas dalam-dalam. Apa dia harus jujur kepada Arief kalau dia cucunya dari masa depan? Tidak, itu terlalu berisiko. Dia bisa saja mengubah sejarah, bisa saja dia menghilang sekarang. Ini tak boleh terjadi.“Aku akan pergi dari sini,” ucap Kayla.“Hah? Pergi?”“Iya,” ucap Kayla.“Pergi? Itukah alasanmu kau menolakku?”Kayla berbohong. “Iya. Karena itu.”“Kemana kau akan pergi?”&ldq
Jam pelajaran berikutnya Lusi tampak diam saja. Dia tak ceria seperti biasa. Iskha tak menyadarinya ia mengira tak ada yang terjadi. Perasaan Lusi bergejolak seperti kapal yang terombang-ambing ombak di lautan. Haruskah ia menyerah begitu saja sekarang?Waktu pun cepat berlalu hingga tak terasa jam pelajaran sudah berakhir. Kayla sudah ada janji bertemu dengan Faiz. Ia harus memastikan Iskha sudah pulang dan tidak ada satupun orang yang mengetahui kalau akan ada orang menggunakan atap sekolah. Ternyata dugaannya sedikit meleset. Iskha masih di sekolah karena ada ekstrakurikuler musik, serta atap tempat janji bertemunya dia dan Faiz sedang dipakai oleh ekstrakurikuler lain.“Yah, nggak ada tempat yang cocok nih. Trus gimana?” tanya Kayla.“Anjir, aku jadi malu sendiri. Sebenarnya aku nggak begitu tahu tentang persoalan semacam ini. Lagipula mengungkapkan perasaan itu tidak pernah aku lakukan sebelumnya,” jawab Faiz sambil menggaruk-garuk k
Arief menurutinya lalu duduk di kursi yang ada di seberang Ihsan. Dia melihat kiri kanan, ada banyak anak buahnya di sini. Apakah mereka orang suruhan pamannya? Dia tak tahu bagaimana cara pamannya berbisnis, yang jelas ia tahu pamannya orang yang sangat berpengaruh di Wijaya Group. Hampir sebagian besar usaha di Wijaya Group ini dikuasai oleh pamannya.“Aku ingin tahu dimana Kayla?” tanya Arief.Ihsan memberi isyarat menunjuk ke papan catur. “Kalau kau bisa mengalahkanku dalam permainan ini aku akan memberitahu dimana dia.”“Om, hentikan semua ini kalau ayah tahu, maka Om tahu apa yang akan terjadi,” ancam Arief.“Arief, kau itu masih naif. Kau kira aku menyuruhmu kemari tanpa persiapan? Bahkan ayahmu tak akan mampu berbuat apa-apa,” jawab Ihsan.Arief mengamati papan catur yang ada di hadapannya. Papan catur itu sudah dimainkan, posisi bidak putih tampak lebih unggul daripada bidak hitam. Tetapi bid
“Arief! Arief!? Arief!?” panggil Faiz. Dia menampar-nampar pipi saudaranya itu.Arief yang setengah sadar membuka matanya lalu tiba-tiba langsung terbangun. Dia menerkam Faiz, hampir saja ia kalap kalau Faiz bukan seorang ahli bela diri pasti sudah terjerembab oleh terjangan Arief tadi. “Kayla! Kayla!”“Woy! Sadar! Ini aku Faiz!” ucap Faiz. Segera ia mendorong Arief. Cowok itu pun berusaha berdiri.“Mana? Mana Kayla?!” tanya Arief.“Woy! Sadar! Kamu barusan pingsan di tengah lapangan basket,” jawab Faiz.Arief melihat sekelilingnya. Ada Faiz, ada Iskha dan Lusi. Dia tak melihat Kayla. Kemudian di dekat tempat dia berdiri ada ponsel yang tadi diberikan oleh orang berbaju hitam. Segera dia mengambil ponsel itu. Arief membuka kontak yang ada di dalam ponsel tersebut. Hanya ada satu nomor. Nomor itu bernama BOSS.“Kayla diculik,” ucap Arief.“Iya, kami tahu dia
“Kayla? Itu kau kan?” sekali lagi Arief memanggilnya.“Iya, ini aku,” jawab Kayla.“Ah, syukurlah. Kau membuatku gila. Kau mengerti? Kau membuatku gila. Aku kira kau itu tidak ada tetapi perasaanku mengatakan lain, kau itu ada,” ucap Arief.Kayla tersenyum. “Iya, beberapa saat lalu aku memang menghilang, tetapi sekarang aku kembali.”“Aku ingin kau ikut denganku!” pinta Arief.“Ikut kemana?” tanya Kayla.Arief tiba-tiba menggandeng tangan Kayla. Dia menarik lengan gadis itu sehingga Kayla tak bisa melawannya. Cowok itu mengajak Kayla menjauh dari keramaian, hingga akhirnya mereka sampai di lapangan basket. Suasana di lapangan itu gelap karena tak ada cahaya. Cahaya yang ada di lapangan itu hanya didapat dari koridor kelas yang ada di sekitar pinggir lapangan. Malam makin larut dan bintang-bintang mulai muncul menghiasi langit.Tangan Kayla di lepaskan. Kayla tahu
“Kau mengambilnya, sebab itulah aku bisa kembali ada,” ujar Kayla. “Aku tak percaya bisa bertemu nenek lagi.”“Kau mengatakan aku nenekmu?” tanya Iskha.“Iya, kau nenekku, kau juga sahabatku yang terbaik yang pernah ada. Aku melakukan kesalahan sebelum akhirnya kau pergi untuk selamanya. Aku kemudian ingat pesanmu ada seorang sahabat yang namanya mirip seperti namaku yang memberikan arloji itu kepadamu. Aku menyelidikinya dan tak kutemukan orang dengan nama seperti namaku di masa ini, di tempat ini. Dari situ aku sadar akulah yang kamu maksud, aku dari masa depan,” jelas Kayla. “Misiku hampir gagal. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tak mengerti kenapa aku sampai menghilang?”“Mungkin saja, itu karena hal itu. Waktu itu...aku mendengar Faiz mengucapkan perasaannya kepadamu. Aku kira, aku kira Faiz menyukaimu,” terang Iskha. “Tetapi benarkah kau cucuku dari masa depan?”&ldq
“Kau belum menjawabku,” lanjut cowok itu.Iskha lalu mendorong pemuda itu sambil berusaha merebut coklatnya. “Itu coklat milikku, balikin!”Faiz mengangkat sebungkus coklat itu tinggi-tinggi. Lucu saja melihat kedua tingkah polah dua insan ini. Iskha berusaha meraih coklatnya, tetapi Faiz yang lebih tinggi mengangkat tangannya tinggi-tinggi akhirnya Iskha seperti kucing melompat-lompat ingin meraih sesuatu. Teman-temannya tertawa melihat hal itu.“Kalau melihat mereka kok rasanya dejavu ya?” gumam Sandi.“Oh, jangan-jangan kertas ini...,” Reno menunjuk gulungan ke kertas yang ada di ransel mereka.“AAHHHH!!” keempat anggota band berseru bersamaan.Lusi terkejut ketika keempat orang itu berseru. Dia tak mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba keempat anggota band tadi tertawa terbahak-bahak.“Oh, jadi begitu ceritanya. Baiklah,” gelak Ucup.“Tapi boleh ju
Arief mendesah lagi. Dia masih berada di sekolahan bersama dengan pengurus OSIS lainnya sedang mengatur dekorasi panggung. Tetapi pekerjaannya sudah selesai malam itu. Dia dan teman-temannya sedang beristirahat sambil makan-makan dari nasi kotak yang sudah disediakan untuk panitia. Meskipun makanannya tak begitu mewah, hanya berupa ayam bumbu rujak dengan sambal lalu nasi putih plus acar itu saja sudah membuatnya kenyang. Setelah makan dia duduk di sudut panggung sambil melihat teman-temannya yang asyik berkelakar di antara kursi-kursi yang sudah diatur. Dia menebak, kursi-kursi itu tak akan ada gunanya besok, karena para penonton lebih suka melihat pertunjukan itu sambil berdiri.“Pastikan ya gaes sebelum pulang, tak ada kesalahan. Sound system, lighting dan lain-lain!” ujar Arief dari kejauhan.“Sudah pasti, tenang aja! Pulang aja, Rief. Kamu sudah dari pagi di sini. Biar yang lain gantiin!” ucap salah satu panitia yang juga beristirahat.
Malam itu Iskha senyum-senyum sendiri. Setidaknya sekarang ia lega kalau Faiz memang menyukainya. Semua pertanyaannya selama ini telah terjawab. Tetapi masih ada misteri yang belum terpecahkan. Di mana Kayla? Bagaimana ia bisa menghilang begitu saja? Kenapa juga semua orang tak ingat dengan Kayla dan hanya dia sendiri yang bisa mengingatnya? Misteri ini memang belum terjawab, namun pasti ada jawabannya. Sementara itu ponsel Iskha berkali-kali berdering, serta Faiz yang mengiriminya chat dengan pertanyaan berkali-kali agar Iskha menjawabnya. Tetapi Iskha membalasnya dengan balasan yang singkat, “besok aja”.Dia merasa menang telak kali ini membuat Faiz was-was. Pasti sekarang ini Faiz tidak bisa tidur memikirkan jawaban yang akan diberikannya besok. Melihat ekspresi wajah Faiz sejak kembali ke kelasnya membuat dia senang sekali. Lusi saja sampai bingung dengan tingkah polah dua orang ini. Iskha tampak senang dengan ekspresi penuh kemenangan, sedangkan Faiz seperti
Faiz menatap mata Iskha. Dia bingung ingin mengekspresikan perasaannya. Kedua insan itu hanya terdiam sambil saling menatap mata. Tetapi Faiz yang mengalah, “Ah, sudahlah. Ngomong-ngomong besok kamu mau tampil?”Iskha benci hal ini. Kenapa Faiz tak menjawabnya. Dia mendengus kesal. “Iya.”“Kalau misalnya aku pergi, kau kehilangan tidak?” tanya Faiz tiba-tiba membahas sesuatu yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.“Pergi? Pergi kemana?” tanya Iskha.“Yah, ke tempat yang jauh gitu,” jawab Faiz. “Kira-kira kau akan merasa kehilangan tidak?”“Tempat yang jauh itu banyak, emangnya kau mau kemana? Ada kompetisi di luar kota?” tanya Iskha yang mengetahui kalau ekstrakurikuler pencak silat di sekolahnya mengikuti kompetisi di luar kota.Faiz menggeleng. “Bukan itu, kalau itu semua juga tahu.”“Lalu apa?”“Aku mau kuliah d
Ternyata Iskha membawa Faiz ke ruang UKS. Di sana ia segera masuk dan meminta minyak kayu putih untuk dioleskan di tempat yang gosong tadi. Faiz dipaksa duduk di kursi sementara Iskha mengambil minyak lalu menaruh sedikit di tangannya, setelah itu dia mengoleskan minyak itu ke luka gosong yang ada di perut Faiz. Berkali-kali Iskha menelan ludah saat mengolesinya. Ini pertama kali ia melihat perut seorang lelaki dan entah kenapa jantungnya berdegup lebih kencang.“Hati-hati! Sakit tahu!” ucap Faiz.“Kalau kamu berisik aku tambah lagi,” ancam Iskha.“Iya, iya. Nggak, nggak kok,” ucap Faiz sambil mengangkat kedua tangannya. Dia kapok mengusili Iskah lagi.“Nah, cukup!” ucap Iskha setelah selesai mengolesinya. Matanya menatap tajam ke arah Faiz. Faiz merinding melihat tatapan itu. Dia mengembalikan minyak tersebut ke tempatnya sambil berterima kasih kepada penjaga UKS.“Hei, mau kemana?” tanya