Keduanya naik ke lantai dua. Di sini barang-barang elektronik gampang ditemui. Kayla mampir dari satu stand ke stand yang lainnya untuk mencari gadget yang dimaksud. Ternyata selain gadgetnya, harganya juga banyak yang bersaing. Kayla tak masalah dengan harga, ia bahkan mampu membeli sepuluh biji gadget hipster itu. Tetapi ia ingin bisa seperti orang-orang lainnya yaitu tawar-menawar. Arief cukup heran dengan kegigihan Kayla dalam menawar barang, dia pergi dari satu toko ke toko yang lain sampai-sampai kakinya capek sendiri. Dari sini saja Arief mulai faham mendampingi cewek belanja itu bukan soal yang mudah. Dia sering membaca gurauan-gurauan meme di internet kalau wanita itu kalau sudah belanja lupa segalanya, seperti sekarang ini. Kayla lupa sama sekali kalau Arief itu bersamanya.
Akhirnya sampailah mereka di toko yang memberikan harga bersaing. Lebih murah meskipun hanya terpaut Rp. 2.000,- tapi itu lebih berharga bagi Kayla. Ia memenangkan pertarungan tawar-menawar harga
Arief senyum-senyum sendiri. Entah bodoh atau bagaimana tetapi yang dilakukannya tadi benar-benar konyol sampai ia tak habis pikir bagaimana secara reflek tangannya bergerak seperti itu. Kayla jelas benar-benar berbeda. Sudah pasti seluruh cewek-cewek di sekolahnya ingin sekali dicium olehnya, tetapi Kayla tidak. Dia benar-benar tak suka. Hal itu makin membuat Arief penasaran. Fix, dia suka Kayla. Di atas tempat tidurnya, pikirannya menerawang, seluruh yang ada di benaknya hanyalah Kayla. Bagaimana gadis itu tertawa, bagaimana dia berjalan, bagaimana pula cara Kayla berbicara rasa-rasanya membuat Arief tak bisa tidur malam ini. Bahkan rasa bibirnya saja masih terasa sampai sekarang.Lain halnya dengan Kayla. Dia benar-benar khawatir, tangannya tadi terlihat tembus pandang.Ini tidak baik. Bagaimana bisa Arief menyukainya? Kenapa bisa demikian? Kayla berkali-kali menelpon Andro tapi tak ada jawaban. Kemana orang itu? Kenapa robot yang menyerupai ayahnya pergi? Menggelikan sekal
Keesokan harinya Kayla benar-benar membisu ketika masuk kelas. Dari masuk sampai jam istirahat pandangannya selalu terarah kepada Arief. Dia merutuki dirinya sendiri yang betapa bego dan tololnya. Seharusnya dia bisa lolos, seandainya ia bersikeras menolak tawaran Arief, atau misalnya memanggil satpam penjaga komplek pastinya semuanya akan aman terkendali, tapi sayang itu sudah terlambat dan dia tidak bisa memundurkan waktu. Sekarang persoalannya hanya waktu. Apa dia punya cukup waktu untuk sampai menyerahkan arloji itu kepada Iskha tepat pada waktunya?Neneknya pernah berkata, “Arloji kuno ini diberikan sahabat nenek. Namanya sama dengan namamu. Dia memberikannya saat festival sekolah. Nenek tak akan pernah lupa.”Kayla makin kusut. Beberapa kali ia mengacak-acak sendiri rambutnya. Seandainya neneknya berkata “Diberikan seseorang” tanpa menyebut “sahabat” maka Kayla akan langsung saja pergi ke masa saat festival sekolah itu be
“Kenapa? Apa salahnya? Karena orangtuamu kah? Tak masalah aku akan menemui mereka,” Arief masih bersikeras. Dia memang seorang cowok yang tak pernah kenal menyerah.“Kau gila! Ini gila. Arrgghh!” jerit Kayla.“Dengarlah! Baiklah, aku minta maaf karena telah menciummu kemarin. Itu kecelakaan, tak akan terjadi lagi. Tapi biarlah aku berusaha untuk mendapatkan hatimu. Sebab aku benar-benar menyukaimu, Kay.”Kayla terdiam. Dia menarik napas dalam-dalam. Apa dia harus jujur kepada Arief kalau dia cucunya dari masa depan? Tidak, itu terlalu berisiko. Dia bisa saja mengubah sejarah, bisa saja dia menghilang sekarang. Ini tak boleh terjadi.“Aku akan pergi dari sini,” ucap Kayla.“Hah? Pergi?”“Iya,” ucap Kayla.“Pergi? Itukah alasanmu kau menolakku?”Kayla berbohong. “Iya. Karena itu.”“Kemana kau akan pergi?”&ldq
Jam pelajaran berikutnya Lusi tampak diam saja. Dia tak ceria seperti biasa. Iskha tak menyadarinya ia mengira tak ada yang terjadi. Perasaan Lusi bergejolak seperti kapal yang terombang-ambing ombak di lautan. Haruskah ia menyerah begitu saja sekarang?Waktu pun cepat berlalu hingga tak terasa jam pelajaran sudah berakhir. Kayla sudah ada janji bertemu dengan Faiz. Ia harus memastikan Iskha sudah pulang dan tidak ada satupun orang yang mengetahui kalau akan ada orang menggunakan atap sekolah. Ternyata dugaannya sedikit meleset. Iskha masih di sekolah karena ada ekstrakurikuler musik, serta atap tempat janji bertemunya dia dan Faiz sedang dipakai oleh ekstrakurikuler lain.“Yah, nggak ada tempat yang cocok nih. Trus gimana?” tanya Kayla.“Anjir, aku jadi malu sendiri. Sebenarnya aku nggak begitu tahu tentang persoalan semacam ini. Lagipula mengungkapkan perasaan itu tidak pernah aku lakukan sebelumnya,” jawab Faiz sambil menggaruk-garuk k
Akhirnya keduanya bergegas keluar dari kelas. Mereka berpisah di jalan masing-masing. Kayla cukup gembira dengan latihan tadi. Ia yakin Faiz akan mengungkapkan perasaannya kepada Iskha sehingga sejarah tak akan berubah. Dengan begitu ia bisa memberikan arloji itu kepada Iskha nanti, sedangkan Faiz merasa senang karena ia mendapatkan rasa kepercayaan diri untuk bisa mengungkapkan isi hatinya.Suasana sekolah terasa nyaman dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Beberapa murid yang sedang mengadakan ekstrakurikuler tampak terlihat sedang berlatih seperti ekstra baskset, futsal dan dari ekstra beladiri. Latihannya cukup seru sampai suara mereka terdengar hingga seluruh sudut sekolah. Kayla berjalan sendiri hingga sampai di gerbang. Saat itulah dia berpapasan dengan Arief.“Hai, mau pulang bareng?” sapa Arief.“Ogah,” jawab Kayla singkat. Dia langsung merasa sial ketika cowok itu tiba-tiba saja sudah ada di gerbang seolah-olah memang menunggunya.
Iskha yang berada di dalam kamarnya tersentak. Dia menangis. Matanya sampai memerah. Air matanya berderai sambil memandangi foto Faiz. Ada sesuatu yang tidak diketahui Kayla sampai Iskha menangis seperti ini.Sebenarnya kejadiannya sangat singkat. Sesuatu yang tidak diketahui Kayla adalah Iskha sedang mencarinya tadi siang. Dia ingin bertanya perihal Lusi yang menangis saat curhat kepadanya. Setelah pulang sekolah Lusi menariknya untuk berbicara. Mereka pun akhirnya berbicara di ruangan yang tidak dikunjungi Faiz dan Kayla, yaitu ruangan ekstrakurikuler musik.Ruangan ekstrakurikuler musik saat itu sedang penuh dengan murid-murid yang sedang berlatih musik, tetapi Iskha meminta ruang kepada teman-temannya. Akhirnya kedua sahabat ini berbicara di ruangan yang biasanya digunakan untuk rekaman.“Kenapa? Ada apa?” tanya Iskha. “Kenapa kau menangis?”“Arief. Dia...dia...,” ucap Lusi sesenggukan.“Apa? Kenapa Ari
Alarm berbunyi. Iskha tersentak bangun. Dia masih merasa lelah setelah menangis semalaman. Dia sendiri tak sadar kalau hari ini hari ulang tahunnya. Yang ada di pikirannya hari Senin besok dia UTS. Iskha mengerang sambil meregangkan otot-ototnya. Dia segera mematikan alarm di ponselnya lalu melihat pesan yang masuk. Dari seseorang. Faiz? Segera dia membuka pesan itu.“Selamat ulang tahun cewek bawel” tulisan di layar ponselnya membuat dia sumringah. Hanya saja, mengingat kejadian kemarin ia merasa aneh. Faiz menyukai Kayla bukan?Baru saja dipikirkan nama Faiz langsung nongol. Cowok itu menelponnya. Iskha bingung apakah harus diangkat ataukah tidak. Dia langsung menekan tombol reject.“Dasar, ngapain nelpon segala. Kamu kan suka ama Kayla. Telpon aja Kayla sana!” gerutu Iskha. Dia segera bangkit dari tempat tidurnya untuk beranjak mandi. Dia tinggalkan ponselnya berdering berkali-kali di atas kasur.Hari itu seperti hari-hari biasa
Iskha tersenyum melihat tingkah keduanya. Pemandangan tak biasa ini tak pernah ia lihat sebelumnya. Faiz pun kembali ke tempat duduknya sambil menunggu jam pelajaran dimulai. Tak berapa lama kemudian Lusi masuk ke dalam kelas. Wajahnya tampak cerah. Apa yang terjadi? Dia tidak bersedih? Padahal kemarin dia bersedih. Apakah sudah selesai rasa sedihnya? Anak itu duduk di sebelah Arief.Setelah Faiz dan Arief tadi memberi ucapan selamat ulang tahun, teman-teman Iskha yang lain juga mengucapkan hal yang sama. Jam pelajaran dimulai dengan bel panjang. Iskha hampir saja berdiri untuk menghampiri temannya itu tetapi karena bel sudah berbunyi dan guru sudah masuk kelas, ia mengurungkan niatnya. Kayla masih tidak muncul. Apa yang sebenarnya terjadi?Waktu terus berlalu dan jam pelajaran pun sudah berganti tetapi masih belum ada tanda-tanda keberadaan Kayla. Iskha pun bertanya ke teman-temannya tentang Kayla, tetapi semuanya menjawab kalau tak ada murid yang bernama Kayla. Bahka