Dua minggu setelah malam panas itu, Deisy menyadari ada yang tidak beres di dalam tubuhnya. Nafsu makannya menurun, perutnya sering mual dan masih banyak lagi tanda-tanda yang menunjukkan kalau dia hamil.
“Mawar, apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar menyesal. Gimana kalau suamiku tahu? Aku adalah istri jahat yang payah.”keluh Deisy. Hari ini, ia bertemu Mawar di salah satu minimarket yang ada di pusat kota. Tak seperti biasanya, Mawar mengenakan pakaian sopan. Dan orang-orang pasti tidak mengira kalau dia seorang PSK.
“Argh, kau bodoh atau bagaimana? Itu semua sudah keputusanmu. Aku tak pernah memaksa.”
“Aku tak menyalahkanmu, Mawar. Aku hanya merasa sangat menyesal.”ucap Deisy dengan wajah penuh kecemasan.
“Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, temui suamimu. Bilang kalau kamu hamil. Setidaknya kamu bisa lepas dari gunjingan keluarganya.”
“I-iya…”
“Dan satu lagi, kita tidak akan bisa bertemu setelah ini. Aku akan pulang kampung. Aku tak bisa disini terus-terusan. Terlebih, usiaku sudah cukup berumur. Kalah dengan mereka yang muda. Aku akan tetap menyimpan nomormu. Tapi jangan hubungi aku untuk hal yang tidak penting. Aku janji akan membantumu sebisaku.”
Itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Mawar. Ia kembali dengan langkah gontai. Rasanya seperti dikejar-kejar bayangan. Dia masih tidak menyangka. Dirinya tega berbuat hal menjijikan itu. Istri durhaka yang tidur dengan pria asing. Argh, betapa berdosa dirinya. Tuhan tak akan memaafkannya.
Dalam lara hati itu, ia tiba di rumah. Ia berjalan begitu lambat. Pikirannya tidak tenang. Deisy memang merasa lega. Fakta bahwa ia hamil menunjukkan kalau dirinya tidak mandul. Membuktikan kalau omongan Bu Risa dan Icha hanyalah omong kosong. Dia lega untuk hal itu, tapi cemas akan perbuatannya yang sangat tidak terpuji.
“Loh, Bu Deisy baru pulang. Saya kira ikut ke kebun strawberry.”ucap Mbak Gina. Wanita itu sedang menyiapkan bahan untuk membuat makan malam.
“Mas Leo sudah pulang, Mbak?”
“Sudah. Mas Leo juga ikut kesana.”
Sebab itu, Deisy memutuskan untuk langsung kesana. Dia juga ingin bertemu Leo. Menikmati buah strawberry mungkin bisa melegakan pikirannya. Himpitan persoalan tentang dirinya mengandung sudah sangat menyiksa. Sebentar saja, dia ingin bahagia.
Namun, langkah kakinya berhenti di pintu masuk. Ia mendengar dengan jelas. Sesuatu yang lebih memilukan daripada sekedar perselingkuhan.
“Mas, aku gak bisa terima. Mas udah selingkuh. Dan perempuan itu malah hamil?”teriak Icha histeris. Meskipun berhati iblis, ia tetaplah manusia yang dipenuhi logika.
“Mama benar-benar gak nyangka. Kamu melukai hati mama!”teriak Bu Risa sambil melempar beberapa pot strawberry. Dari suaranya, dia tampak menggila. Sedang Deisy menutup mulutnya. Menahan suara di tengah tangisannya.
“Ma, kali ini aja. Maafin aku ma.”
“Maafin? Kamu udah punya Deisy, Le. Papa bisa membunuh mama kalau tahu kelakuanmu seperti ini. Walau dia gak bisa lepas dari rumah sakit, dia benar-benar tahu cara membalas mama. Apa kamu gak sadar itu?”Teriak Bu Risa.
“Aku juga gak mau ini sampai terungkap. Aku akan mencari solusi untuk Rindi.”
“Mas, ini benar-benar kacau.”
Semua tentu syok mendengarnya. Mereka tidak pernah tahu kalau Leo punya selingkuhan. Ditambah, selingkuhannya malah hamil. Dunia ini benar-benar gila. Pernikahan ini seperti jeruji yang tak membiarkan seorang pun keluar.
“Aku takut Deisy pulang. Kita bicarakan ini besok.”ucap Leo sambil memijat pelipisnya.
“Baiklah.”
Dengan cepat, Deisy kembali ke rumah. Ia menitip pesan pada Mbak Gina untuk merahasiakan kepergiannya ke kebun Strawberry. Dia bisa mempercayakan hal itu pada Mbak Gina. Meski wanita itu sudah belasan tahun tinggal di rumah ini, dia selalu ada di pihak yang benar.
***
Sepanjang hari, Deisy berdiam di tempat itu. Klub dimana ia bertemu orang asing yang diajaknya tidur. Tempat itu sepi kalau di siang bolong. Deisy memesan satu tempat private untuknya memikirkan semua masalah itu.
Deisy mendapat kabar dari Mbak Gina. Baik Leo, Icha dan Bu Risa, tiga orang itu tidak di rumah saat ini. Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu. Mereka tidak akan diam saja.
Apa mereka akan bekerja sama untuk menyingkirkan Deisy? Tidak. Apapun yang mereka rencanakan, Deisy tak akan mau jatuh sendirian. Deisy sudah kehilangan banyak hal. Bahkan pekerjaan yang ia cintai, sudah menghilang begitu saja.
“Permisi! Apa mau diperpanjang lagi?”
“Ah, iya. Saya perpanjang sampai pukul 6.”“Baik. Akan saya masukkan ke dalam tagihan. Selamat menikmati.”balas pria itu sambil menaruh makanan dan minuman di atas meja. Meninggalkannya seorang diri dalam keheningan. Mereka pasti bertanya-tanya. Kenapa Deisy menghabiskan uang hanya untuk berdiam diri?Setelah berlalu, ia pulang ke rumah. Ia menggigit jarinya beberapa kali. Dia begitu dendam sampai rasanya mau mati. Perutnya menggeliat dan memaksanya untuk memuntahkan makanan yang tadi ia makan.
Ia sempat menyesali perbuatannya. Tapi sekarang, tidak lagi. Ia amat sangat dendam. Terutama kepada suaminya, Leonardi Prasesa. Dia benar-benar sangat membenci pernikahan itu. Andai bisa, ia ingin kembali ke masa lalu. Argh, Tuhan. Kenapa Deisy harus terjebak dengan pria brengsek itu? Sedari awal, Leo adalah akar dari masalah ini. Kalau Leo tidak selingkuh, Deisy tidak akan tidur dengan pria asing itu.
“Bu, kita sudah sampai.”
“Ah, iya. Terima kasih, Pak.”
Deisy menggenggam jemari tangannya. Ia menarik nafas panjang. Ia tidak tahu apa yang ada di depan sana. Tapi ia yakin, ia pasti bisa menghadapinya. Dia berjalan dengan langkah tegap. Memasuki rumah itu.
Mereka sudah menunggunya. Leo, Icha dan Bu Risa. Tiga orang itu menyapanya dengan hangat. Baik. Deisy akan mengikuti skenarionya.
“Hmm, ada apa ini? Ada acara spesial?”tanya Deisy dengan ekspresi biasa.
“Sayang, ada yang mau kami bicarakan. Ini masalah yang penting. Karena itu aku ngajak mama sama Icha.”ucap Leo. Oh, tentu tidak. Jelas Leo sedang berlindung di bawah keluarganya. Dia jelas menang. Sebab Deisy tidak punya siapa-siapa. Dia yatim piatu yang merangkak naik dengan segala usaha dan perjuangan. Tapi sialnya, dia berakhir pada pria brengsek seperti Leo.
“Penting? Oke, baiklah.”balas Deisy. Dia duduk dengan tenang. Menatap satu persatu dengan sederet kutukan di dalam hatinya. Dia sangat membenci mereka.
“Sebenarnya,,,”ucap Bu Risa.
“Ma, biar aku ngomong berdua dulu sama Deisy.”seru Leo tiba-tiba. Pria itu membawanya ke kamar. Menyuruhnya duduk sembari mendengarkannya bicara. Leo begitu gusar. Meski begitu, Deisy tidak peduli. Dia hanya diam dan menunggu. Meski harus menunggu seumur hidup, ia akan menunggu ucapan penyesalan keluar dari mulut pria itu.
Leo menceritakan kenyataan bahwa ia berselingkuh. Pria itu membuat semuanya tampak seperti penyesalan. Tapi menurut Deisy tidak demikian. Bagaimana bisa wanita itu sampai hamil?
Deisy tidak sanggup lagi. Ia mengurung diri di toilet kamar. Menangis dengan begitu keras. Leo yang khawatir menunggunya diluar. Saat perempuan itu selesai, Leo memberinya minum.
“Sayang, aku benar-benar menyesal. Aku gak tahu akan begini jadinya. Kali ini aja, maafin aku.”
“Tidak, Le. Perbuatanmu benar-benar jahat. Kau mau apa dengan perempuan itu?”
“Aku berniat meninggalkannya. Tapi akan sulit setelah tahu dia hamil.”
“Lalu, kau mau menceraikanku?”teriak Deisy histeris.
“Tidak! Aku masih mencintaimu. Aku juga bingung harus bagaimana.”
“Hiks, kau suami brengsek, Le. Bagaimana bisa kau melakukan itu padaku.”lirih Deisy putus asa. Rasanya ingin bunuh diri. Dunia ini begitu kejam. Cinta yang selama ini ia kira sebagai cinta sejati, seketika menghancurkan semuanya. Bahkan hati Deisy yang lemah, disobek-sobek menjadi kepingan yang tak lagi bisa disusun rapi.
Sudah 9 jam setelah pengakuan itu. Deisy rasa, Leo tak akan mengaku jika perempuan itu tidak hamil. Haruskah Deisy menggugat cerai suaminya?
Tinggalkan komentar kalau kalian suka yaaaa
Haruskah Deisy menggugat cerai suaminya? Tidak. Deisy sudah mengorbankan segalanya. Pekerjaan, mental hingga kebahagiaannya. Ia tak akan membiarkan orang-orang itu bersenang-senang di atas kesedihannya. Ia turun ke lantai 1 untuk mengisi perut. Ia mendengar suara tawa dari kamar Bu Risa. Ia mendekat ke arah pintunya. Mendengar ocehan mereka yang sangat kejam. “Mama lebih setuju kalau Leo cerai saja dari Deisy.” “Mama serius? Bukannya mama suka sama Kak Deisy?” “Dulu iya. Tidak setelah tahu dia mandul. Nikah sudah mau 4 tahun tapi gak hamil juga. Intinya mama tidak masalah jika ganti menantu.” “Ya, masuk akal sih ma. Kita memang belum kenal sama Kak Rindi. Tapi kata Mas Leo, dia perempuan yang baik.” “Tuh kan. Besok kita diskusi sama mas-mu. Biar masalah ini cepat selesai.” Baik suami maupun keluarga suaminya sama-sama orang jahat. Deisy menggenggam jemarinya. Rasanya ingin langsung membuat perhitungan. Menjambak rambut Bu Risa dan menampar Icha. Andai dia bisa melakukan itu den
Rindi Pradina, berusia 29 tahun. Dialah wanita yang mengandung anaknya Leo. Hubungan mereka sudah hampir setahun. Mereka bertemu di Restoran Chinese yang ada di kawasan Kemang. Pertemuan mereka cukup singkat hingga akhirnya mereka menjalin cinta. Rindi mengaku tidak masalah dengan status Leo sebagai suami orang. Awalnya jalinan cinta itu hanya untuk bersenang-senang. Tapi siapa yang tahu kalau pada akhirnya, ia hamil. Kini wanita itu ada disana. Duduk di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Bu Risa dan Icha kelihatan senang dengan kehadirannya. Mereka tidak sabar mendapatkan anggota baru dalam keluarga ini. Sampai akhirnya Deisy turun dari lantai 2. Dia mengenakan dress seperti hendak pesta. Semua orang menatapnya heran. Dia bahkan merias wajahnya dengan sempurna. “Dei, kamu mau ngapain,,,,,”respon Leo terbujur kaku. Deisy tidak mempedulikannya. Dia berjalan sambil duduk di sofa itu. Kini ia berhadap-hadapan dengan Rindi. Dia tidak marah, tapi malah tersenyum. Senyuman yang bikin s
Mereka tiba di tempat itu. Bu Risa membawa buket bunga untuk Pak Amran. Sedang Leo sibuk dalam kecemasan sambil menarik nafas panjang. Ia mengetuk pintu lalu masuk. Pak Amran sudah menunggu sambil duduk di sofa. Tentu dengan tangan yang masih terhubung dengan infus. Bu Risa dan Leo duduk dengan rasa cemas yang berkepanjangan. Dalam waktu singkat, Leo menerima lemparan kotak tisu yang terbuat dari besi ringan. Dan itu membuat pelipisnya berdarah. “Pa, udah gila atau gimana?”teriak Bu Risa marah. “Aku gak apa-apa, Ma.”ucap Leo sambil mengusap darah itu. Dia menahan rasa sakit itu. Pak Amran memang luar biasa kalau sedang marah. Tapi kalau berada di mood yang baik, dia bisa melakukan hal yang tak diduga. Semacam membelikan apartemen untuk anaknya dan lain sebagainya. “Aku tahu papa marah. Aku juga pantas menerima hukuman yang papa kasih barusan. Aku minta maaf, pa.” “Kamu mau apa sekarang? Kamu punya anak bersama wanita lain dan Deisy juga lagi hamil. Kamu benar-benar gila. Papa j
Mungkinkah langit punya dua matahari? Jawabannya tidak mungkin. Tapi ketidakmungkinan itu kini terjadi. Wanita bernama Rindi itu menjadi bagian dari keluarga Prasesa. Meski cuma sebagai wanita simpanan, ia terlihat sangat bahagia. Mungkin karena lepas dari kemiskinan dan kemalangan. Atau karena berhasil masuk ke rumah ini? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Hari itu, Deisy dan Rindi berkenalan secara langsung. Masih dengan wajah penuh penyesalan, Leo begitu memohon kepada Deisy. Memohon agar bisa menerima semua ini. Rindi diberikan kamar yang berada di lantai 1. Tentu saja, dia tidak sekamar dengan Leo. Tapi Leo selalu mengambil kesempatan untuk bertemu dengannya. Secara sembunyi-sembunyi, Leo menunjukkan kedekatannya kepada wanita itu. Membuat Deisy makin memanas. Ia masih memendam semua itu, sampai suatu hari, Rindi menunjukkan kelasnya. Saat wanita itu sedang berkutat di Kebun Strawberry. Dan kebetulan, Deisy hendak mengambil buahnya untuk dibuat selai oleh Mbak Gina. “Saya masih g
Tidak tahan lagi. Beberapa kali Deisy menyadari kepergian Leo. Pria itu lebih memilih tidur bersama wanita itu. Meski perhatiannya belum luntur, ia tetaplah seorang pengkhianat. Dia membuat Deisy menangis di balik selimutnya. Sungguh, ia tidak tahan dengan semua ini. Lebih baik pisah daripada menahan sakit. Apa ini balasan untuk perbuatannya? Apa ini balasan untuk kebohongannya? Untuk bayi yang ia sebut sebagai anak Leo padahal tidak? Dalam waktu-waktu yang dilewatinya, dia makin putus asa. Menyalahkan diri sendiri untuk tiap hal yang terjadi. Tidak. Dia tidak boleh menyalahkan diri sendiri. Bagaimanapun juga, Leo selingkuh sebelum ia tidur dengan pria asing itu. Ia melakukan kesalahan itu karena Leo. Leo adalah pihak yang harus disalahkan. Sebab tak bisa tidur, ia turun ke lantai 1. Sekedar minum atau menikmati buah yang ada di kulkas. Saat hendak naik ke lantai 2, ia mendengar suara tawa dari kamar itu. Kamar tempat Leo dan Rindi sedang bersama. Demi Tuhan, ia tak bisa menahan t
Satu bulan berlalu. Banyak yang berubah dengan rumah itu. Beberapa lukisan di pindahkan bahkan diganti. Di halaman depan, banyak jenis bunga baru yang ditanam. Bahkan dibuat taman kecil khusus untuk anak-anak. Wah, begitu banyak yang berubah. Sebelum ke rumah, ia melipir ke Kebun Strawberry. Selain strawberry, ada beberapa buah yang ditanam disana. Ternyata wanita itu membuat perubahan besar dalam satu bulan. Dia begitu hebat sampai bikin Deisy kelu. Sangat luar biasa.Lalu ia berjalan menuju rumah. Ia tersenyum saat melihat perempuan itu berjalan ke arahnya. Mbak Gina.“Ibu, saya kira kemana. Kata Pak Tino sudah sampai, tapi kok gak masuk rumah. Ibu sehat kan?”tanya Mbak Gina bersemangat.“Sehat, Mbak. Mbak Gina sehat juga kan?”“Iya, Bu. Tapi beneran, ibu makin cantik.”godanya sambil tertawa. Deisy senang menerima pujian itu. Dalam satu bulan itu, ia melakukan banyak hal. Menata hatinya sedemikian rupa. Biar cinta tak membunuhnya perlahan. Perutnya yang membesar membuatnya selalu
Bu Risa merasakan ketegangan di lehernya. Melihat dua wanita hamil di rumah ini berhasil bikin dia stress. Sebab sudah terbiasa dengan Rindi, ia harus beradaptasi lagi dengan kehadiran Deisy. “Ini wedang jahe nya, Bu.”ucap Mbak Gina sambil menaruh minuman itu di atas meja makan. Bu Risa duduk dengan wajah lesu.“Mbak, saya pusing sekali. Harus bagaimana dengan Deisy dan Rindi. Kata Deisy, saya harus hati-hati kalau pergi sama Rindi. Takut ada yang lihat dan berpikir saya punya menantu lagi.”ujar Bu Risa.“Benar kata Bu Deisy. Bu Deisy pasti gak mau ibu kena marah sama Pak Amran. Kalau ada berita di media, Pak Amran pasti langsung tahu.”balas Mbak Gina.Setelah dipikir-pikir, benar juga kata Gina. Dunia tahu kalau Bu Risa hanya punya satu menantu. Mengantar wanita asing ke rumah sakit sama saja dengan bunuh diri. Argh, mulai sekarang, Bu Risa harus berhenti mengantar wanita itu. Dia tidak mau mengambil resiko.“Kamu benar juga, Mbak.”“Selamat siang semuanya!”sapa Deisy yang baru saja
Waktu berjalan begitu cepat. Banyak masalah yang terjadi di Kediaman Prasesa. Dengan konkret, wanita itu menunjukkan kecemburuannya kepada Deisy. Meski awalnya ditutupi, dia semakin jelas menyatakan hal itu. Berbeda dengan Rindi, Deisy melakukan banyak hal yang lebih bermanfaat. Ia sering ikut acara kantor untuk menunjukkan eksistensinya. Dia juga sering mengunjungi Pak Amran di rumah sakit. Deisy semakin hari semakin percaya diri. Dia seperti wanita independen yang ada di sisi Leonardi Prasesa.Semua berlalu seperti hembusan angin. Sampai pada kelahiran dua anak di Keluarga Prasesa. Deisy melahirkan anak laki-laki, sedangkan Rindi melahirkan anak perempuan. Secara tersirat, Deisy lebih diuntungkan dalam hal ini. Anak laki-laki nantinya akan jadi pewaris Prasesa Group. Anak laki-laki Deisy diberi nama Alkan Prasesa. Sedang anak perempuan Rindi diberi nama Mutiara Senja Pradina. Secara kekeluargaan, anak itu tidak akan masuk ke dalam kartu keluarga. Dan hal itu memicu permasalahan lag
Waktu berjalan begitu cepat. Banyak masalah yang terjadi di Kediaman Prasesa. Dengan konkret, wanita itu menunjukkan kecemburuannya kepada Deisy. Meski awalnya ditutupi, dia semakin jelas menyatakan hal itu. Berbeda dengan Rindi, Deisy melakukan banyak hal yang lebih bermanfaat. Ia sering ikut acara kantor untuk menunjukkan eksistensinya. Dia juga sering mengunjungi Pak Amran di rumah sakit. Deisy semakin hari semakin percaya diri. Dia seperti wanita independen yang ada di sisi Leonardi Prasesa.Semua berlalu seperti hembusan angin. Sampai pada kelahiran dua anak di Keluarga Prasesa. Deisy melahirkan anak laki-laki, sedangkan Rindi melahirkan anak perempuan. Secara tersirat, Deisy lebih diuntungkan dalam hal ini. Anak laki-laki nantinya akan jadi pewaris Prasesa Group. Anak laki-laki Deisy diberi nama Alkan Prasesa. Sedang anak perempuan Rindi diberi nama Mutiara Senja Pradina. Secara kekeluargaan, anak itu tidak akan masuk ke dalam kartu keluarga. Dan hal itu memicu permasalahan lag
Bu Risa merasakan ketegangan di lehernya. Melihat dua wanita hamil di rumah ini berhasil bikin dia stress. Sebab sudah terbiasa dengan Rindi, ia harus beradaptasi lagi dengan kehadiran Deisy. “Ini wedang jahe nya, Bu.”ucap Mbak Gina sambil menaruh minuman itu di atas meja makan. Bu Risa duduk dengan wajah lesu.“Mbak, saya pusing sekali. Harus bagaimana dengan Deisy dan Rindi. Kata Deisy, saya harus hati-hati kalau pergi sama Rindi. Takut ada yang lihat dan berpikir saya punya menantu lagi.”ujar Bu Risa.“Benar kata Bu Deisy. Bu Deisy pasti gak mau ibu kena marah sama Pak Amran. Kalau ada berita di media, Pak Amran pasti langsung tahu.”balas Mbak Gina.Setelah dipikir-pikir, benar juga kata Gina. Dunia tahu kalau Bu Risa hanya punya satu menantu. Mengantar wanita asing ke rumah sakit sama saja dengan bunuh diri. Argh, mulai sekarang, Bu Risa harus berhenti mengantar wanita itu. Dia tidak mau mengambil resiko.“Kamu benar juga, Mbak.”“Selamat siang semuanya!”sapa Deisy yang baru saja
Satu bulan berlalu. Banyak yang berubah dengan rumah itu. Beberapa lukisan di pindahkan bahkan diganti. Di halaman depan, banyak jenis bunga baru yang ditanam. Bahkan dibuat taman kecil khusus untuk anak-anak. Wah, begitu banyak yang berubah. Sebelum ke rumah, ia melipir ke Kebun Strawberry. Selain strawberry, ada beberapa buah yang ditanam disana. Ternyata wanita itu membuat perubahan besar dalam satu bulan. Dia begitu hebat sampai bikin Deisy kelu. Sangat luar biasa.Lalu ia berjalan menuju rumah. Ia tersenyum saat melihat perempuan itu berjalan ke arahnya. Mbak Gina.“Ibu, saya kira kemana. Kata Pak Tino sudah sampai, tapi kok gak masuk rumah. Ibu sehat kan?”tanya Mbak Gina bersemangat.“Sehat, Mbak. Mbak Gina sehat juga kan?”“Iya, Bu. Tapi beneran, ibu makin cantik.”godanya sambil tertawa. Deisy senang menerima pujian itu. Dalam satu bulan itu, ia melakukan banyak hal. Menata hatinya sedemikian rupa. Biar cinta tak membunuhnya perlahan. Perutnya yang membesar membuatnya selalu
Tidak tahan lagi. Beberapa kali Deisy menyadari kepergian Leo. Pria itu lebih memilih tidur bersama wanita itu. Meski perhatiannya belum luntur, ia tetaplah seorang pengkhianat. Dia membuat Deisy menangis di balik selimutnya. Sungguh, ia tidak tahan dengan semua ini. Lebih baik pisah daripada menahan sakit. Apa ini balasan untuk perbuatannya? Apa ini balasan untuk kebohongannya? Untuk bayi yang ia sebut sebagai anak Leo padahal tidak? Dalam waktu-waktu yang dilewatinya, dia makin putus asa. Menyalahkan diri sendiri untuk tiap hal yang terjadi. Tidak. Dia tidak boleh menyalahkan diri sendiri. Bagaimanapun juga, Leo selingkuh sebelum ia tidur dengan pria asing itu. Ia melakukan kesalahan itu karena Leo. Leo adalah pihak yang harus disalahkan. Sebab tak bisa tidur, ia turun ke lantai 1. Sekedar minum atau menikmati buah yang ada di kulkas. Saat hendak naik ke lantai 2, ia mendengar suara tawa dari kamar itu. Kamar tempat Leo dan Rindi sedang bersama. Demi Tuhan, ia tak bisa menahan t
Mungkinkah langit punya dua matahari? Jawabannya tidak mungkin. Tapi ketidakmungkinan itu kini terjadi. Wanita bernama Rindi itu menjadi bagian dari keluarga Prasesa. Meski cuma sebagai wanita simpanan, ia terlihat sangat bahagia. Mungkin karena lepas dari kemiskinan dan kemalangan. Atau karena berhasil masuk ke rumah ini? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Hari itu, Deisy dan Rindi berkenalan secara langsung. Masih dengan wajah penuh penyesalan, Leo begitu memohon kepada Deisy. Memohon agar bisa menerima semua ini. Rindi diberikan kamar yang berada di lantai 1. Tentu saja, dia tidak sekamar dengan Leo. Tapi Leo selalu mengambil kesempatan untuk bertemu dengannya. Secara sembunyi-sembunyi, Leo menunjukkan kedekatannya kepada wanita itu. Membuat Deisy makin memanas. Ia masih memendam semua itu, sampai suatu hari, Rindi menunjukkan kelasnya. Saat wanita itu sedang berkutat di Kebun Strawberry. Dan kebetulan, Deisy hendak mengambil buahnya untuk dibuat selai oleh Mbak Gina. “Saya masih g
Mereka tiba di tempat itu. Bu Risa membawa buket bunga untuk Pak Amran. Sedang Leo sibuk dalam kecemasan sambil menarik nafas panjang. Ia mengetuk pintu lalu masuk. Pak Amran sudah menunggu sambil duduk di sofa. Tentu dengan tangan yang masih terhubung dengan infus. Bu Risa dan Leo duduk dengan rasa cemas yang berkepanjangan. Dalam waktu singkat, Leo menerima lemparan kotak tisu yang terbuat dari besi ringan. Dan itu membuat pelipisnya berdarah. “Pa, udah gila atau gimana?”teriak Bu Risa marah. “Aku gak apa-apa, Ma.”ucap Leo sambil mengusap darah itu. Dia menahan rasa sakit itu. Pak Amran memang luar biasa kalau sedang marah. Tapi kalau berada di mood yang baik, dia bisa melakukan hal yang tak diduga. Semacam membelikan apartemen untuk anaknya dan lain sebagainya. “Aku tahu papa marah. Aku juga pantas menerima hukuman yang papa kasih barusan. Aku minta maaf, pa.” “Kamu mau apa sekarang? Kamu punya anak bersama wanita lain dan Deisy juga lagi hamil. Kamu benar-benar gila. Papa j
Rindi Pradina, berusia 29 tahun. Dialah wanita yang mengandung anaknya Leo. Hubungan mereka sudah hampir setahun. Mereka bertemu di Restoran Chinese yang ada di kawasan Kemang. Pertemuan mereka cukup singkat hingga akhirnya mereka menjalin cinta. Rindi mengaku tidak masalah dengan status Leo sebagai suami orang. Awalnya jalinan cinta itu hanya untuk bersenang-senang. Tapi siapa yang tahu kalau pada akhirnya, ia hamil. Kini wanita itu ada disana. Duduk di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Bu Risa dan Icha kelihatan senang dengan kehadirannya. Mereka tidak sabar mendapatkan anggota baru dalam keluarga ini. Sampai akhirnya Deisy turun dari lantai 2. Dia mengenakan dress seperti hendak pesta. Semua orang menatapnya heran. Dia bahkan merias wajahnya dengan sempurna. “Dei, kamu mau ngapain,,,,,”respon Leo terbujur kaku. Deisy tidak mempedulikannya. Dia berjalan sambil duduk di sofa itu. Kini ia berhadap-hadapan dengan Rindi. Dia tidak marah, tapi malah tersenyum. Senyuman yang bikin s
Haruskah Deisy menggugat cerai suaminya? Tidak. Deisy sudah mengorbankan segalanya. Pekerjaan, mental hingga kebahagiaannya. Ia tak akan membiarkan orang-orang itu bersenang-senang di atas kesedihannya. Ia turun ke lantai 1 untuk mengisi perut. Ia mendengar suara tawa dari kamar Bu Risa. Ia mendekat ke arah pintunya. Mendengar ocehan mereka yang sangat kejam. “Mama lebih setuju kalau Leo cerai saja dari Deisy.” “Mama serius? Bukannya mama suka sama Kak Deisy?” “Dulu iya. Tidak setelah tahu dia mandul. Nikah sudah mau 4 tahun tapi gak hamil juga. Intinya mama tidak masalah jika ganti menantu.” “Ya, masuk akal sih ma. Kita memang belum kenal sama Kak Rindi. Tapi kata Mas Leo, dia perempuan yang baik.” “Tuh kan. Besok kita diskusi sama mas-mu. Biar masalah ini cepat selesai.” Baik suami maupun keluarga suaminya sama-sama orang jahat. Deisy menggenggam jemarinya. Rasanya ingin langsung membuat perhitungan. Menjambak rambut Bu Risa dan menampar Icha. Andai dia bisa melakukan itu den
Dua minggu setelah malam panas itu, Deisy menyadari ada yang tidak beres di dalam tubuhnya. Nafsu makannya menurun, perutnya sering mual dan masih banyak lagi tanda-tanda yang menunjukkan kalau dia hamil. “Mawar, apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar menyesal. Gimana kalau suamiku tahu? Aku adalah istri jahat yang payah.”keluh Deisy. Hari ini, ia bertemu Mawar di salah satu minimarket yang ada di pusat kota. Tak seperti biasanya, Mawar mengenakan pakaian sopan. Dan orang-orang pasti tidak mengira kalau dia seorang PSK. “Argh, kau bodoh atau bagaimana? Itu semua sudah keputusanmu. Aku tak pernah memaksa.” “Aku tak menyalahkanmu, Mawar. Aku hanya merasa sangat menyesal.”ucap Deisy dengan wajah penuh kecemasan. “Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, temui suamimu. Bilang kalau kamu hamil. Setidaknya kamu bisa lepas dari gunjingan keluarganya.” “I-iya…” “Dan satu lagi, kita tidak akan bisa bertemu setelah ini. Aku akan pulang kampung. Aku tak bisa disini terus-terusan. Terlebih, u