Share

Bagian 56

Penulis: Irma W
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 10:35:42

Restoran itu tampak elegan, dengan interior klasik yang berpadu harmonis dengan lampu-lampu temaram. Elise melangkah masuk dengan ragu, aroma makanan yang mewah bercampur dengan suara piano lembut semakin membuatnya gugup. Sesekali ia memandang ke arah pintu, berharap Reiner segera menyusul.

Matanya menyapu ruangan, mencoba mencari meja nomor 10. Ia menemukan seorang pria duduk sendirian, mengenakan setelan jas yang rapi. Pria itu menatap Elise dengan alis sedikit terangkat.

"Apakah kau Elise?" tanya pria itu dengan nada datar.

Elise mengangguk pelan. "Iya... Saya Elise."

Pria itu bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat. Elise mengenal wajahnya—Alex, pemilik galeri seni yang mereka kunjungi.

"Kau temannya Reiner, kan?" Alex melanjutkan.

Belum sempat Elise menjawab, seorang wanita muncul dari belakang Alex. Wanita itu mengenakan gaun hitam pas badan yang memancarkan kesan glamor. Wajahnya sempurna dengan riasan yang terlihat profesional.

"Oh, bukan," wanita itu menyelipkan suara si
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Tuan Reiner   Bagian 57

    Padma melangkah ke toilet wanita dengan langkah anggun yang penuh perhitungan. Gaun hitamnya yang pas di tubuhnya berdesir lembut, menarik perhatian seorang pelayan yang kebetulan melintas di dekatnya. Namun Padma tidak peduli. Ia punya tujuan lain.Setelah memastikan ruangan itu sepi, matanya segera menemukan sosok Elise yang sedang mencuci tangan di wastafel. Padma mendekat perlahan, berdiri di samping Elise sambil memeriksa riasan wajahnya di cermin. Senyum miring menghiasi wajahnya saat ia mulai berbicara."Cukup membuatku heran melihat Reiner bisa dekat dengan pelayannya."Nada suaranya terdengar tenang, namun penuh sindiran tajam. Elise, yang menyadari kehadiran Padma sejak beberapa detik lalu, menoleh dengan senyuman kecil yang tampak tenang namun penuh arti. Dia tahu siapa perempuan di sebelahnya—masa lalu Tuan Reiner yang kini mencoba mengusiknya."Tuan Reiner memang cukup dekat dengan saya, Nona."Jawaban itu terdengar sopan, na

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Jeratan Tuan Reiner   Bagian 58

    Reiner dan Padma masih berdansa di tengah lantai ballroom yang diterangi lampu gantung kristal. Elise mengamati dari kejauhan, mencoba mempertahankan senyumnya meski hatinya terasa berat. Dari sudut pandangnya, Reiner dan Padma tampak begitu mesra, terutama ketika Padma dengan sengaja mendekatkan tubuhnya ke Reiner. Namun kenyataan tidak sepenuhnya seperti itu.Reiner berbisik dengan nada dingin, “Tidak perlu mencoba mendekatiku lagi. Aku hanya berdansa denganmu supaya kau tidak merasa malu di depan Teresa.”Padma tersenyum getir, menyembunyikan kekecewaannya. “Begitu, ya... aku pikir kau menikmati momen ini. Kau harusnya ingat betapa mesranya kita dulu.”Reiner tidak menanggapi ucapan itu. Dia hanya melepas pelukan Padma dengan perlahan, langkah kakinya sudah mengarah ke meja. “Sebaiknya kita kembali,” katanya singkat.Padma mengikuti dari belakang, menahan rasa malu yang perlahan menggerogoti dirinya. Namun, saat kembali ke meja, dia sengaja ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Jeratan Tuan Reiner   Bagian 59

    Dalam perjalanan pulang, atmosfer di dalam mobil terasa berat. Elise duduk diam, menggigit bibir bawahnya sambil memilin-milin jarinya, seperti mencari pelarian dari rasa gelisah yang merongrong pikirannya. Di sebelahnya, Reiner memegang setir dengan ekspresi yang sulit terbaca. Sesekali, dia melirik Elise dari sudut matanya, tapi tak mengatakan apa pun. Hanya bunyi halus mesin mobil yang mengisi kesunyian di antara mereka.Tiba-tiba, mobil menepi. Elise tersentak, matanya terarah pada jalanan gelap di luar jendela. "Kenapa berhenti, Tuan—"Belum selesai dia bertanya, Reiner sudah memutuskan jarak di antara mereka dengan gerakan cepat. Tubuhnya condong ke arah Elise, matanya yang tajam menusuk langsung ke dalam milik Elise. Tangan besar Reiner mencengkeram lengan Elise, menariknya mendekat dengan tegas, namun tanpa kekerasan berlebihan."Aku tidak bisa menahannya, Elise," gumam Reiner, suaranya rendah dan berat, hampir seperti desahan. "Kau yang memancingk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Jeratan Tuan Reiner   Bagian 60

    Selesai makan malam, Eva menggamit lengan Barbra dan membawanya menuju ruang perpustakaan. Tempat itu tenang, jauh dari keramaian, dan paling aman untuk berbicara. Barbra, yang semula keheranan, mengikuti tanpa banyak tanya, meskipun langkah Eva terasa tergesa-gesa.Begitu sampai, Eva menutup pintu dengan perlahan dan menguncinya. Dia memastikan tidak ada siapa pun yang mengintip atau mendengar. Barbra duduk di kursi panjang, matanya memandang Eva yang kini berdiri di depannya dengan gelisah."Kenapa mengajakku ke sini, Eva? Ada apa?"Eva mendesis kecil sambil memberi isyarat agar Barbra tidak terlalu berisik. Dia duduk di sebelah Barbra, menyusun kata-kata di kepalanya sebelum akhirnya berbicara dengan suara pelan namun tegas. "Aku mau bicara, Tante. Ini penting."Nada serius Eva membuat Barbra memicingkan mata. Ekspresinya berubah waspada."Penting tentang apa? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?"Eva menghela napas ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 61

    Satu minggu berlalu...Di sebuah perumahan lain yang tidak kalah mewah dari hunian keluarga Barack, suasana sunyi menyelimuti sebuah rumah megah dengan arsitektur bergaya klasik modern. Di dalam ruang kerja yang dipenuhi dengan rak buku berisi koleksi literatur langka, Tobey Johnson sedang berbicara serius dengan salah satu orang kepercayaannya, Karl.Tobey duduk di kursi kulit berwarna gelap dengan ekspresi dingin, sementara Karl berdiri di hadapannya dengan sikap penuh hormat."Kau yakin mereka tidak tahu-menahu tentang ini?""Saya yakin begitu, Tuan. Mereka bahkan terlihat sudah tidak terlalu peduli dengan galeri itu. Semua dokumentasi dan catatan lama telah lenyap."Tobey mengusap dagunya, tampak berpikir dalam. Matanya menyipit, seolah mencoba membaca sesuatu yang tidak terlihat."Kau benar... Sialnya, keluarga itu sudah mati, dan tidak ada satu pun dari mereka yang meninggalkan jejak."Rasa frustrasi terpancar jelas dari raut wajahnya. Dia memukul meja kerjanya, membuat beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 62

    Keluarga Barack dibangunkan oleh sebuah berita yang mengejutkan. Pagi yang biasanya tenang ini langsung dihantam kegelisahan yang datang begitu cepat.Gale yang terbangun lebih dulu segera keluar dari kamar tidur, berlari menuju kamar ayahnya yang masih terlelap. Pintu kamar terbuka dengan cepat, dan ia langsung mengguncang tubuh ayahnya yang terlihat tidur pulas."Ayah! Ayah, bangun! Cepat!"Abraham yang terkejut segera membuka matanya, wajahnya yang sudah keriput langsung berubah khawatir."Apa yang terjadi, Gale?""Ada berita penting! Kami semua harus segera ke ruang keluarga!"Setelah itu, Gale bergegas keluar, menuju kamar lain di lantai atas. Di sana, ia meminta bantuan Elise, untuk segera membangunkan Reiner."Elise, tolong bangunkan Reiner segera. Ini sangat penting!"Elise tampak panik, namun dia segera menga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 63

    Keluarga Barack bersiap-siap untuk pergi ke kediaman keluarga Johnson. Reiner, Abraham, dan Gale duduk di dalam mobil dengan suasana yang terasa tegang. Meskipun tampak tenang di luar, ada ketegangan yang mengalir di dalam keluarga ini seiring dengan kematian mendadak Padma.Abraham membuka percakapan, suaranya terdengar datar namun penuh penekanan. "Kau bertemu dengan Padma minggu lalu, kan?"Reiner menatap ayahnya sejenak, lalu mengangguk. "Ya. Aku bertemu dengannya. Dia terlihat baik-baik saja. Tidak ada yang aneh."Gale yang duduk di samping Reiner, mengalihkan pandangannya, mencoba menangkap ekspresi putranya."Kau datang bersama Elise?" tanya Gale, suaranya terdengar penuh perhatian, namun ada sesuatu yang lebih mendalam di balik kata-katanya.Reiner mengangguk, sedikit cemas dengan pertanyaan tersebut. "Iya, aku datang bersama Elise. Tapi aku hanya menemui Alex."

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 64

    Di dalam perjalanan, Reiner duduk dengan gelisah di balik kemudi. Jemarinya mengetuk setir, matanya sesekali melirik ke kaca spion, seolah memeriksa apakah ada yang mengikutinya. Namun, bukan keheningan jalan yang mengganggu pikirannya, melainkan bayangan wajah Elise yang seakan terus menghantui."Beraninya dia pergi tanpa izin," gumam Reiner, suaranya terdengar tegas meski tak ada orang lain yang mendengar. "Apa dia tidak tahu siapa yang dia hadapi?"Ia menghela napas panjang, lalu mencengkeram erat setir mobil. "Nanti kalau aku sudah bertemu dengannya, dia pasti akan tahu akibatnya."Namun, saat mobilnya mendekati rumah yang dituju, amarah itu berganti dengan sesuatu yang lain—rasa penasaran bercampur kecemasan. Reiner memperlambat laju mobilnya dan berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Pintu depan terlihat sedikit terbuka, membiarkan cahaya matahari menyelinap masuk.Reiner turun dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • Jeratan Tuan Reiner   Ban 75

    Tobey duduk di kursi, wajahnya tegang dan penuh kemarahan. Tangan kanannya mencengkeram sandaran kursi dengan erat, sementara tangan kirinya meremas ponsel, matanya terpaku pada foto yang ada di layar—sebuah gambar pria yang tak lain adalah ayah Elise. Ketika matanya menyapu ruang itu, ia mendapati bawahannya masih sibuk mengutak-atik komputer, mencoba mencari solusi dari teka-teki yang membuatnya semakin jengkel. "Damn!" Tobey mengumpat kasar, suaranya serak penuh kekesalan. "Kau memang serakah, Harrys! Bahkan setelah mati, kau masih menyusahkan hidupku!" Ia melemparkan ponselnya ke meja dengan kasar, kemudian berdiri dan berjalan mondar-mandir, berpikir keras. Ruangan itu terasa semakin sempit, seolah-olah setiap sudutnya menekan perasaan Tobey yang semakin membara. Di ambang pintu, Karl muncul, memandangnya dengan wajah ragu-ragu. “Apakah mungkin kode sandinya ulang tahun Roseta?” Tobey menoleh, matanya menyipit dengan keraguan. "Itu terlalu mudah, Karl." Suaranya terdengar taj

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 74

    Di dalam ruangan yang cukup terang, suasana semakin tegang. Semua mata tertuju pada brankas besar yang terletak di tengah ruangan. Ahli IT yang duduk di depan komputer mulai mengoperasikan alatnya, dan layar di hadapannya menunjukkan data yang bergerak cepat. Semua orang menunggu dengan cemas, menyadari bahwa brankas itu hanya bisa dibuka dengan sidik jari yang cocok. Tentu saja, itu hanya masalah waktu. Tak lama lagi, brankas itu akan terbuka, dan rahasia yang tersembunyi di dalamnya akan terungkap. Semua mata kini beralih ke Elise yang terikat di sudut ruangan. Wajahnya tampak pucat dan penuh kecemasan. Tiba-tiba, salah satu suruhan lainnya yang tampaknya bertugas menjaga keamanan ruangan, berjalan mendekat dengan ekspresi cemas. Wajahnya menunjukkan ketegangan. "Tuan, kami mendeteksi gerakan di sekitar gedung. Sepertinya ada orang lain yang mendekat." Tobey mengerutkan keningnya, lalu mengalihkan pandangannya ke Elise yang duduk di sudut ruangan, tampak semakin ketakutan. Tata

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 73

    Pagi itu, tubuh Elise tersentak hebat, seakan terbangun dari mimpi buruk yang terlalu nyata. Matanya langsung terbuka lebar, menatap langit-langit gelap di atasnya. Napasnya memburu, dadanya naik-turun seiring ketakutan yang belum sepenuhnya hilang dari pikirannya. Dia bergumam pelan, hampir tidak terdengar, "Sudah pagi ternyata..." Namun, pagi itu tidak membawa ketenangan. Elise masih terikat di kursi kayu keras, dengan tali yang menggerus pergelangan tangannya. Dia mencoba lagi untuk membebaskan diri, menarik-narik tali bergantian dengan penuh harap, tetapi usahanya hanya membuat kulitnya semakin memerah dan perih. Rasa sakit itu seperti memperingatkan bahwa kebebasan masih jauh dari jangkauan. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Elise segera berhenti bergerak, memejamkan mata, dan menyandarkan kepalanya ke dinding. Dia berpura-pura tidur, mencoba mendengarkan percakapan yang terjadi di luar ruangannya. "Tuan akan langsung membawa dia pergi?" suara berat Karl terde

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 72

    Pukul delapan malam, suasana di luar rumah Eddie masih tampak tenang. Reiner memarkir mobilnya di depan pagar yang sudah mulai berkarat. Langkahnya terdengar berat dan cepat di atas jalan setapak menuju pintu utama. Ketika pintu terbuka, Eddie—dengan rambutnya yang mulai memutih dan postur tubuh sedikit membungkuk—terlihat terkejut mendapati Reiner berdiri di ambang pintu dengan ekspresi tegang. “Silakan masuk, Tuan... sepertinya ada yang genting,” kata Eddie sambil mempersilakan Reiner masuk ke ruang tamu. Tanpa menunggu basa-basi, Reiner langsung membuka pembicaraan. “Apa kau masih sering menemui Karl?” Kening Eddie berkerut. Nama itu seperti pisau tua yang kembali mengiris luka lama. “Ada apa dengan Karl?” tanyanya penuh kebingungan. Reiner mendesah berat, mencoba menahan ledakan emosinya. “Elise hilang.” Mata Eddie membelalak. “E-Elise hilang? Bagaimana bisa, Tuan?” Reiner meraup wajahnya dengan kasar, frustrasi. “Kau tahu kira-kira Karl tinggal di mana? Kau itu kakak kandun

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 71

    Tubuh Elise gemetar, kedua tangannya terikat erat di belakang punggung, sementara kakinya dililit tali yang sama kuatnya. Lakban menutup rapat mulutnya, membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara samar dari tenggorokannya. Dia duduk bersimpuh di lantai, punggungnya bersandar pada sebuah lemari kayu yang besar. Perlahan, Elise membuka matanya. Pandangannya buram pada awalnya, tapi sedikit demi sedikit, ruangan itu mulai terlihat jelas. Cahaya remang dari sebuah lampu gantung tua memantulkan bayangan menyeramkan di dinding. Jantungnya berdegup kencang saat ia menyadari bahwa dirinya berada di tempat asing, dalam kondisi tidak berdaya. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Karl muncul dari kegelapan, mengenakan jaket kulit yang terlihat usang. Wajahnya dihiasi seringaian dingin yang mengirimkan hawa menakutkan ke seluruh ruangan. "Bangun juga kau, Elise," ucap Karl dengan nada mengejek, matanya menyipit tajam saat dia mendekati tubuh Elise yang terikat. Elise berusaha menggerakkan tub

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 76

    Polisi mulai sibuk bergerak, menyebar ke seluruh area bangunan tua yang telah lama terbengkalai di tengah hutan. Mereka menggedor setiap sudut, membuka pintu-pintu berkarat dan menyisir ruang-ruang yang diselimuti debu tebal. Meskipun bangunan ini sudah lama ditinggalkan, tidak ada yang tahu bahwa di dalamnya masih tersimpan sesuatu yang sangat penting, sesuatu yang bisa mengubah banyak hal."Dua langkah ke kiri!" perintah seorang polisi dengan suara tegas saat ia menyisir ruang yang dipenuhi komputer-komputer tua dan alat-alat aneh. Dalam salah satu sudut ruangan, sebuah brangkas besar berdiri tegak, menunggu untuk dibuka oleh Tobey. Tapi kini, brangkas itu hanya menjadi objek misteri bagi para penyelidik."Jangan bergerak! Kalian sudah terkepung!" teriak polisi lain yang sudah mengarahkan senjata mereka ke empat orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Para pengikut Tobey terkejut, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tangan mereka terangkat ke udara sebagai tanda menyerah.

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 70

    Kediaman Keluarga BarackReiner memarkir mobil di area halaman, suara mesin yang berhenti menarik perhatian Will yang sedang duduk di pos bersama para penjaga. "Baru pulang, Tuan?"Reiner hanya mengangguk singkat, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. Udara di dalam terasa hangat, namun pikirannya tidak. Ada sesuatu yang mengganjal sejak dia melihat barang berserakan di jalan pinus tadi.Saat tiba di ruang tengah, suaranya bergema, memanggil, "Elise!"Yang muncul bukan Elise, melainkan Clara, dengan wajah sedikit ragu."Maaf, Tuan... Elise sedang tidak di rumah."Kening Reiner langsung berkerut, nada suaranya berubah. "Kemana dia?" "Saya kurang tahu, Tuan. Dari siang saya tidak melihat Elise."Reiner terdiam, pikirannya langsung berputar. Dia berjalan menuju tangga, melangkah ke lantai dua sambil mencoba menenangkan diri.Reiner membatin, "Apa dia pergi menemui ayah dan adiknya lagi? Atau ke galeri seni seperti biasa?"Tapi kenapa tidak ada pesan? Dia merogoh ponsel dari saku cela

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 69

    Siang itu, matahari bersinar terang di halaman rumah keluarga Barbra. Elise sedang sibuk menyapu dedaunan kering yang berguguran. Dengan gerakan cepat, ia mencoba menyelesaikan pekerjaannya, namun perhatiannya terusik oleh percakapan yang terjadi di teras depan. "Reiner sering sekali mencuri pandang padaku waktu itu," suara Olivia terdengar jelas, diiringi tawa kecil. "Ah, aku ingat itu. Anak itu selalu mencari alasan untuk bertemu denganmu," sahut Barbra dengan nada bercanda, tetapi ada kehangatan di dalamnya. Mendengar obrolan itu, Elise menghentikan gerakan sapunya. Ia berdiri di balik pohon besar, mencuri dengar pembicaraan mereka. Dadanya terasa sedikit sesak, meskipun ia sendiri tidak mengerti mengapa. Olivia melanjutkan, "Dia benar-benar berbeda saat itu, Bibi. Lebih hangat, lebih perhatian. Tapi, yah, waktu memang mengubah segalanya." Elise mendengus pelan, mencoba mengalihkan rasa tak nyaman dengan menyapu daun-daun kering lebih keras. Tak lama kemudian, Reiner muncul da

  • Jeratan Tuan Reiner   Bab 68

    Pagi itu, Elise sudah berdiri di depan kamar Reiner, memeluk keranjang pakaian yang semalam harus ia setrika ulang. Matanya menatap pintu kayu itu dengan ragu. Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum mengetuk. Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh pintu, gagang pintu itu berputar, dan sosok Olivia muncul dari dalam. Olivia menguap kecil, tampak santai dengan piyama satin yang terkesan mahal. Rambutnya tergerai rapi, meskipun baru saja bangun tidur. Elise membeku. Pandangan mereka bertemu, dan Olivia tampak terkejut. “Eh, Elise? Kau di sini pagi-pagi sekali?” tanya Olivia sambil merapikan rambutnya. Elise menelan ludah. “Sa-saya… saya mau mengantar pakaian, Nona. Semua harus rapi sebelum Tuan Reiner bangun.” “Oh, begitu ya?” Olivia tersenyum tipis sambil menyingkir memberi jalan. “Silakan masuk saja.” Elise mengangguk canggung, melangkah masuk ke kamar sambil memeluk keranjang pakaian erat-erat. Dia tidak berani menoleh, tetapi langkah Olivia yang gemulai ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status