Share

Bab 37

Penulis: Jus Pir
Zola baru saja sampai di kantor ketika Mahendra menyerahkan sebuah kontrak kepadanya, “Zola, ini kontrak yang baru kita tanda tangani dengan Stonerise. Mau lihat?”

Zola hanya menggeleng, “Sudah, kamu yang urus saja.”

Mahendra menaruh kembali kontrak itu dan duduk di kursinya, lalu berkata, “Beberapa hari lagi kita akan ke Morrison Group untuk menyerahkan desainnya sama bos Stonerise. Kita bakal sering ketemu dengan Morrison Group untuk beberapa bulan ke depan. Itu berarti kita nggak bisa hindari ketemu Boris. Kamu sudah punya rencana belum?”

Zola sedikit terkejut, “Rencana apa?”

“Perceraian,” jawab Mahendra pendek.

“Kakek masih belum sadar, jadi perceraiannya harus ditunda. Kalau soal kerjasama, kita sudah susah payah mendapatkan ini, jadi pasti kita lanjut. Proyek ini juga bakal bawa untung besar buat perusahaan. Meskipun nanti aku dan Boris cerai dan aku nggak di Kota Binru lagi, yang lain di perusahaan ini tetap bisa lanjutkan proyek ini di lingkungan ini.” Itu prinsip dan batas yan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 38

    Ekspresi Boris datar. Wajah tampannya terasa asing di mata Zola. Boris berkata, "Iya, sementara tinggal di sini dulu sampai dapat tempat yang cocok, baru pindah.""Jawabanmu itu mungkin bisa mengecoh orang lain, Boris, tapi aku nggak percaya kamu nggak bisa menemukan tempat yang cocok untuk Tyara dengan kemampuanmu. Apa karena kamu merasa di Kota Binru yang luas ini hanya rumah kita yang paling cocok buat dia?" tanya Zola."Zola," nada suara Boris rendah, "Tyara baru saja keluar dari rumah sakit hari ini. Bahkan walaupun aku sudah carikan tempat, nggak akan ada tempat yang senyaman di rumah. Bisa nggak kamu lebih lapang dada dan nggak sempit pikirannya?" Lanjut Boris."Aku yang sempit pikiran?" Zola tertawa dingin. Dia menyadari betapa kejamnya seseorang bisa berbicara hingga setiap kalimatnya bisa meremukkan hati orang lain. Zola menarik napas dalam-dalam, merasakan perasaan pahit yang mulai menyesakkan dadanya.Zola berkata dingin, "Kalau kamu pikir tempat ini cocok untuk dia, maka a

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 39

    Ternyata Rosita yang menelpon. Zola segera mengangkat telepon, “Mama?”“Zola, Kakek sudah bangun. Dia bilang kangen kamu. Kamu bisa datang ke rumah sakit sekarang?” Rosita terdengar sangat bersemangat dan bahagia. Zola pun segera bangun dari tempat tidur, meninggalkan Boris yang masih tertidur di sampingnya tanpa membangunkan pria itu.“Iya, Ma. Aku langsung berangkat sekarang, ya. Tolong jagain Kakek dulu, aku segera sampai,” jawab Zola.“Oke,” sahut Rosita. Setelah menutup telepon, Zola hanya sempat mencuci muka dan mengganti pakaian sebelum bergegas keluar rumah. Jam masih menunjukkan belum genap pukul tujuh pagi. Bansan Mansion masih terasa sepi.Dengan cepat, Zola tiba di rumah sakit. Baru saja sampai di depan pintu kamar, Zola sudah mendengar suara garau Hartono, “Aku sudah nggak tahan lagi terkurung di sini. Kalau bukan karena ingin membuat Zola tetap tinggal, aku nggak akan pura-pura sakit sampai harus dirawat di rumah sakit kayak gini.”Dimas segera menjawab, “Papa, ini semua

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 40

    Zola terdiam. Dia seketika teringat pada Tyara yang saat ini masih tinggal di Bansan Mansion. Zola tidak bilang ke Hartono, hanya menggeleng sambil tersenyum tipis, "Nggak ada, kok."Zola tidak ingin membuat Hartono khawatir. Meskipun kali ini Hartono dirawat di rumah sakit karena Boris, tapi Zola tidak ingin mempertaruhkan kesehatan Hartono."Kalau dia sampai berani macam-macam sama kamu, kasih tahu Kakek, ya. Biar Kakek yang urus," kata Hartono dengan pandangan yang penuh kelembutan seorang kakek.Zola tersenyum, "Iya, aku tahu Kakek paling baik sama aku."Zola memijat kaki Hartono. Mungkin karena belum sarapan, ditambah lagi dengan bau disinfektan yang kuat di ruangan itu, Zola berlari ke kamar mandi dan muntah hebat. Tak ada makanan di perutnya. Setelah muntah, Zola merasa jauh lebih lega.Sehabis mencuci muka, Zola kembali ke kamar. Hartono menatapnya, bertanya pelan, "Zola, kamu kenapa?"Zola menggeleng tanpa mengubah ekspresi wajahnya, "Aku baik-baik saja, Kek. Mungkin aku agak

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 41

    Zola mengangguk kencang, air mata pun mulai meleleh dari matanya. “Kakek, makasih, ya. Benar-benar makasih banget.”Biasanya Zola bukan tipe orang yang mudah menangis, tapi kebaikan tanpa syarat dari Hartono benar-benar membuatnya tidak bisa menahan emosi. Pintu kamar rumah sakit pun dibuka dari luar, Rosita dan Dimas kembali membawa sarapan. Dan ternyata Boris juga ikut bersama mereka.Ketiganya melihat Zola sedang menunduk dan menangis, sementara Hartono memandangnya dengan wajah penuh kasih. Rosita langsung bertanya, “Ada apa ini?”Zola buru-buru mengelap pipinya dan tersenyum, “Nggak apa-apa, Ma. Barusan cuma lagi ngobrolin hal-hal masa lalu sama Kakek.”Zola mengalihkan topik tanpa ada yang menyadari. Akan tetapi, mata Boris terus mengawasi dia. Ekspresi Boris datar, matanya yang dalam tampak sedang mencari tahu, “Zola menangis kenapa?”Sebelum Boris sempat bertanya lebih lanjut, Rosita sudah mengajak Zola, “Zola, yuk, sarapan dulu.”Zola bangkit dan berjalan ke arah meja makan me

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 42

    Hartono mendengus pelan, "Memangnya kenapa? Kamu mau cerai sama dia dan aku sebagai kakeknya nggak boleh mikirin masa depannya?"Boris terdiam. Wajah tampannya sedikit mengerutkan dahi, sorot matanya yang dalam pun terlihat agak berbeda. Setelah beberapa saat, Boris akhirnya berkata, "Kakek, aku sama Zola belum cerai, kok.""Kakek tahu kalian belum cerai. Makanya, sebelum kalian bercerai, Kakek harap kamu sudah carikan pengganti yang tepat buat dia. Biar orang-orang juga tahu kalau Zola itu banyak yang mau, nggak cuma nempel sama kamu saja."Hartono berbicara tanpa basa-basi, pandangannya ke Boris semakin menunjukkan ketidakpuasan. Boris bertanya, "Zola tahu nggak soal permintaan ini?""Tahu atau nggak, memangnya itu penting? Zola anak yang penurut, dia pasti dengerin apa kata Kakek.""Kakek, aku ini beneran cucu kandung Kakek atau bukan, sih?" Boris tentu tahu jawabannya, tapi di momen seperti ini, dia seakan merasa ragu.Hartono dengan tegas menjawab, "Kalau kamu bukan cucuku, sudah

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 43

    Seorang pelayan keluarga menjawab telepon di rumah keluarga Leonarto. Ketika dia mendengar suara Zola, pelayan itu bersikap agak acuh tak acuh. Meskipun dia tahu Zola adalah putri kedua dari keluarga Leonarto, Zola tidak terlalu disayangi. Jadi pelayan itu juga tidak terlalu menganggapnya penting.Pelayan itu berkata, “Non Zola, ada yang bisa saya bantu?”“Mama ada di rumah?” tanya Zola.“Ibu tidak ada di rumah,” jawab pelayan pendek.“Papa ada?”“Bapak juga tidak ada di rumah,” lalu pelayan itu mulai mencari alasan untuk menutup pembicaraan. “Non Zola, saya masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Kalau nggak ada lagi yang bisa saya bantu, saya tutup teleponnya, ya.”Tanpa menunggu jawaban Zola, pelayan itu langsung memutus sambungan. Dia segera melapor pada Selena yang kebetulan turun dari lantai atas, “Non, Non Zola barusan menelepon dan saya sudah menjawab sesuai instruksi Non Selena.”Selena hanya mengangguk sambil berkata, “Nggak perlu bilang ke Mama. Beliau lagi nggak ena

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 44

    Zola benar-benar bingung. Apakah Tyara sedang memanfaatkan ketidakhadiran Boris untuk menantangnya? Hmph.Bukannya dia selalu berperilaku lembut dan anggun? Kenapa begitu Boris tak ada, dia berubah seolah menjadi orang lain? Dia pikir Zola akan terus membiarkannya?Zola berkata, “Jadi, menurutmu salahku kalau dia pulang terlambat? Kenapa kamu nggak introspeksi diri? Bisa jadi dia nggak pengin ketemu sama kamu. Lagipula, sebelum kamu tinggal di sini, dia selalu pulang tepat waktu.”Tentu saja, itu hanya kata-kata balasan dari Zola kepada Tyara. Memang sebelumnya, Boris tidak mungkin selalu pulang tepat waktu, karena Zola sama sekali tidak berani ikut campur dalam urusannya. Jadi, saat Boris bisa pulang, itu saja sudah membuat Zola sangat bahagia.Kini Zola mulai merenung. Sepertinya dirinya memang orang yang mudah puas. Apa daya, kini kepuasan sederhana itu semakin sulit diraih.Setelah mengucapkan semua itu, Zola tidak lagi menatap Tyara, dia melanjutkan pekerjaannya dan benar-benar me

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 45

    Zola terpaku sejenak. Dia mengabaikan bagian awal kata-kata Boris yang terdengar hanya formalitas, dan memusatkan seluruh perhatiannya pada bagian akhir.Zola mengerutkan alisnya, "Kamu bilang kakek menyuruh kamu mencarikan pasangan yang cocok untukku?""Kamu nggak tahu?" tanya Boris."Kamu pikir aku seharusnya tahu?" Zola merasa sedikit frustasi, apa maksudnya sekarang? Apa Boris berpikir Zola yang mengusulkan itu kepada kakek?Zola berkata, "Boris, itu hanya bentuk perhatian kakek sama aku, kamu nggak perlu terlalu memikirkannya. Aku juga nggak minta itu, jadi sebaiknya kamu anggap saja nggak tahu."Kakek tahu bahwa Zola hamil, mungkin Kakek khawatir akan sulit bagi Zola membesarkan anak sendirian. Namun, sebenarnya Zola tidak membutuhkan hubungan baru sebelum benar-benar melupakan Boris dari hatinya.Bagaimanapun juga, Zola tidak menyalahkan Kakek. Toh, Kakek hanya ingin yang terbaik untuknya. Apa yang dipikirkan Zola tentu saja tidak diketahui oleh Boris. Sedari tadi Boris hanya te

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status