Share

Bab 103

Penulis: Jus Pir
Begitu Hartono selesai berkata, Jerico, Lydia dan Selena serempak tercengang. Jerico dan Lydia saling menatap satu sama lain. Kemudian, Jerico pun bertanya, “Pak Hartono, maksud Anda, Anda setuju mereka cerai?”

“Iya, aku setuju. Bagaimanapun juga, mereka punya jalan mereka sendiri. Kita sebagai orang tua nggak bisa memaksa mereka. Tapi sekalipun mereka bercerai, hubungan keluarga kita tetap sama, nggak ada yang berubah.”

“Pak Hartono, kenapa Anda setuju mereka cerai? Mereka sudah tunda perceraian mereka demi Morrison Group. Itu berarti mereka ingin terus membina hubungan mereka. Anak kami Zola seorang perempuan. Kalau sudah cerai, bagaimana dia bisa menikah lagi? Nggak akan ada yang mau.”

Lydia memasang wajah tidak senang, jelas dia bermaksud menyalahkan. Boris sama sekali tidak bicara. Hanya saja, raut wajahnya muram. Tatapannya selalu tertuju pada Zola, tapi dia hanya mendapati perempuan itu memasang raut waja datar, sama sekali tidak ada gejolak emosi.

Apakah sejak awal Zola sudah t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 104

    Keesokan paginya, Zola kembali ke rumah orang tuanya. Zola sudah tahu alasan mengapa keluarganya tidak ingin dia bercerai dengan Boris. Jadi saat dia berdiri di depan rumah orang tuanya, Zola menarik napas dalam. Setelah itu, dia baru melangkahkan kakinya menuju rumah itu.Zola berpapasan dengan Selena di taman vila. Keduanya saling bersitatap, tidak ada yang mau mengacuhkan satu sama lain. Zola pun terus berjalan masuk. Saat melewati Selena, Selena tiba-tiba bertanya, “Kamu benar-benar mau cerai dengannya?”“Iya.”“Kenapa? Awalnya kamu bilang dia yang mau cerai. Tapi bukannya demi Morrison Group, dia nggak mau cerai? Sekarang kenapa kakeknya yang suruh kalian bercerai? Itu niatmu, kan?” tanya Selena bertubi-tubi sambil mengerutkan kening dan menatap Zola.“Nggak ada alasan apa pun. Cepat atau lambat kami akan bercerai. Daripada berlama-lama, lebih cepat lebih baik.” Suara Zola begitu lembut, sama sekali tidak ada pergolakan emosi.Selena berkata lagi, “Papa dan Mama nggak senang kamu

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 105

    Beberapa kali Zola ingin mengambil inisiatif untuk bicara dengan Boris. Namun, setiap kali kata-kata yang ingin dia ucapkan sudah sampai di ujung bibirnya, kata-kata itu malah tertahan. Karena sudah menjadi seperti ini, maka dia harus melanjutkannya sampai akhir.Malam hari, Zola duduk di sofa di kamar tidurnya sambil melamun. Setelah kembali ke Kota Binru, dia tetap berhubungan dengan neneknya. Karena terpaut jarak, mereka tidak bisa bertemu kapan saja. Baik itu karena neneknya atau anak dalam kandungannya, saat ini Zola merasa semakin ingin pergi.Dua hari yang dijanjikan belum tiba, tapi Lydia sudah tidak sabar lagi. Hari kedua setelah Zola pulang ke rumah orang tuanya, Selena menelpon Zola.“Mama ingin cegah kamu dan Kak Boris cerai. Dia berencana pakai namamu untuk kasih Tyara pelajaran. Masalah ini terjadi karena kamu. Kalau kamu nggak bersikeras bercerai, Mama nggak akan lakukan hal seperti itu. Aku harap kamu bisa tangani Tyara dengan baik. Jangan sampai buat keluarga Leonarto

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 106

    Manajer Tyara mengutarakan pendapatnya, berharap Tyara dapat berpikir matang dulu sebelum mengambil tindakan. Mungkin kata-kata manajer itu berpengaruh, Tyara pun tidak bicara lagi. Dia hanya mengatupkan bibirnya. Wajahnya terlihat tidak senang.Kata-kata yang tertulis dalam secarik kertas itu sangat sederhana tapi jelas. Hanya ada satu kalimat. “Ada masalah dengan asisten baru. Percaya atau nggak terserah kamu. Jangan menyesal kalau terjadi sesuatu.”Karena tidak ada bukti nyata yang menunjukkan kalau Zola adalah dalang dibalik hal ini, Tyara hanya bisa menyembunyikan kecurigaannya pada Zola dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.Setelah menangani masalah asisten baru Tyara, Zola juga mengirimkan pesan kepada ibunya. Dia berkata pada sang ibu, “Mama pakai namaku lakukan hal itu, itu nggak hanya hancurkan namaku. Seluruh keluarga Leonarto juga akan terseret.”Lydia tidak membalas pesan itu, tapi Zola yakin kalau Lydia telah membacanya. Itu bukan masalah bagi Zola.Sekarang semua telah

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 107

    “Tentu saja dia bakal cari. Yandi yang paling jago kalau soal ini. Perempuan yang dari luar kelihatannya dingin begitu justru perempuan yang paling bersemangat. Perempuan seperti itu suka dengan pria baik seperti Yandi.”Suara di belakang Zola berangsur-angsur menghilang. Sampai mereka berdua tiba di tempat parkir dan masuk ke dalam mobil, Caca baru berkata, “Bu Zola nggak apa-apa? Mereka benar-benar keterlaluan. Mentang-mentang punya uang, mereka kira mereka orang paling hebat?”“Aku nggak apa-apa. Nggak usah dipedulikan, Ca. Kamu pasti kaget banget, ya?”Zola tertawa pelan. Nada bicara juga terkesan acuh tak acuh. Seolah-olah kejadian barusan tidak pernah terjadi.Caca menggelengkan kepala. Kemudian, Zola baru mengeluarkan kartu nama di dalam sakunya, lalu membuangnya ke luar jendela mobil. Dia menyipitkan matanya, tapi ekspresinya tetap tenang. Dia hanya menganggap orang-orang itu sedang omong kosong.Zola melupakan masalah itu. Proyek Bellan International berjalan dengan lancar. Di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 108

    Zola berusaha menjaga jarak dari Boris. Dia pun segera berkata, “Lepaskan aku dulu.”“Kalau aku nggak mau?”Boris tidak hanya tidak melepaskan tangannya. Dia malah menundukkan kepala dan perlahan mendekati Zola. Kemudian, dia memeluk Zola dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Zola. Detik ini, posisi mereka begitu dekat dan ambigu.Zola merasa sangat tidak nyaman. Dia ingin melepaskan diri, tapi Boris berkata, “Zola, kamu malu, ya?”“Nggak .... Kamu menjauh dariku dulu. Kalau kamu begini aku susah mau ngomong.”“Aku nggak ganggu kamu ngomong. Apakah kamu gugup karena aku terlalu dekat?”Napas hangat pria itu menyembur ke telinga Zola, membuat Zola kewalahan. Ada apa dengan Boris? Rasanya pria itu menjadi lebih lengket padanya.Mendapati Zola yang diam saja, Boris berkata lagi, “Zola, akhir-akhir ini kamu dingin banget padaku. Kamu juga nggak pernah telepon aku lebih dulu. Kamu ingin pakai cara ini untuk paksa aku setuju cerai denganmu? Zola, kamu benar-benar kejam.”Raut wajah Bo

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 109

    Zola merasa bingung dengan perubahan Boris. Dia bahkan bertanya dalam hati, “Bukankah Boris mencintai Tyara? Mengapa dia ucapkan kata-kata dan lakukan hal seperti itu lagi?”Namun, Boris tidak mengatakannya. Zola pun tidak akan bertanya lebih dulu. Bagaimanapun juga, jawabannya yang akan Zola dapatkan nanti belum tentu sesuai dengan keinginannya. Hanya saja, perubahan Boris membuat Zola merasa bingung. Sebenarnya apa yang pria itu pikirkan?Sebelum Zola bisa memahami pikiran Boris, dia malah mendapatkan masalah. Lucia memberitahu Zola melalui telepon, “Zola, ada yang sebar gosip kalau kehidupan pribadimu sangat kacau. Untuk pertahankan posisimu di keluarga Leonarto, kamu pacaran dengan banyak pria. Dia juga bilang ....”“Bilang apa?”“Kata-katanya nggak enak didengar. Kamu sudah singgung siapa?”Lucia tak kuasa mengatakannya secara langsung kepada Zola. Dia sungguh tidak bisa mengucapkan kata-kata itu. Makanya dia mengirimkan screenshot yang diambilnya ke Zola. Berita gosip itu bukan b

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 110

    Segera, penyelidikan Mahendra membuahkan hasil. Dia menyerahkan barang-barang yang dia temukan kepada Zola, lalu bertanya, “Zola, apa yang akan kamu lakukan dengan ini? Aku akan bantu kamu.”“Nggak perlu. Kamu sibuk urusanmu saja. Aku juga siap-siap mau pergi ke lokasi.”“Bagaimana dengan masalah ini?” tanya Mahendra sambil mengerutkan kening dan tampak cemas.“Aku nggak punya waktu untuk urus. Untuk saat ini biarkan saja dulu.”Zola tampak acuh acuh. Lebih tepatnya, dia seperti berpura-pura tidak tahu apa-apa, membiarkan orang itu melakukan apa pun yang dia inginkan.Zola berangkat ke lokasi konstruksi. Sekali ke sana dia pasti akan sibuk seharian. Akhir-akhir ini, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di lokasi konstruksi. Setiap hari dia jalan ke sana-sini untuk mengamati dan memodifikasi sketsa desain. Meskipun capek, Zola anggap sebagai latihan fisik. Agar anaknya juga menjadi kuat. Setiap kali memikirkan anaknya, itu akan membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.Siang hari,

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 111

    Saat Zola tiba di kamar hotel, Tyara menuangkan segelas air untuknya, lalu mempersilakannya untuk duduk. “Zola, maaf buat kamu repot-repot datang ke sini.”Zola hanya menatap Tyara dengan tenang, “Ada apa katakan saja.”“Aku rasa bukan pilihan baik bagi kita untuk terus saling melawan seperti ini. Kalau kamu nggak mencintai Boris, berhenti ganggu dia, oke?” kata Tyara.“Aku dan Boris adalah suami istri. Jadi aku nggak mengerti maksud kamu apa bilang aku ganggu dia. Terlebih lagi dia yang nggak mau cerai. Memangnya kamu nggak tahu?”“Omong kosong!” Tyara tersulut emosi. “Jelas-jelas kamu yang terus ganggu dia. Kenapa kamu nggak mau pergi? Demi uang? Kamu mau berapa? Aku kasih kamu berapa pun yang kamu mau.”Zola mengerutkan bibir dan berkata, “Sepertinya kamu bukan mau ajak aku makan, tapi mau pakai ajakan makan ini untuk suap aku?”“Zola, lebih baik tahu diri sedikit. Kalau nggak, kamu akan jadi orang yang nggak tahu malu.” Tyara akhirnya menunjukkan wajah aslinya.“Tyara, jadi kamu bu

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status