Luna terdiam ketika dia bertatapan dengan Reno lagi. Pertemuan ini tidak dalam rencananya. Dia tak pernah berpikir akan bertemu kembali dengan Reno dan menginjakkan kakinya di apartemen ini lagi. Tempat yang menyimpan banyak kenangan mereka. Dan tentunya tempat yang menjadi saksi ia menyerahkan seluruh hati dan dirinya untuk pria itu. Pembicaraan singkat diantara mereka, sedikit banyak mempengaruhi perasaan dan pikirannya. Namun, Luna berusaha keras untuk menjaga tembok tinggi yang ia bangun. Dia tak akan membiarkan Reno menghancurkannya lagi kali ini. Tidak, karena apapun yang sebenarnya terjadi di masa lalu, faktanya dia dan Reno benar-benar tidak bisa bersama lagi. “Tidak perlu. Aku bisa pulang naik taksi.” Luna menolak. Dia pun segera berjalan menuju pintu keluar, namun Reno dengan cepat menahan tangan Luna. “Luna, please… biarkan aku mengantarmu,” pinta Reno memohon. Luna menghela napas lelah. Disatu sisi dia tak ingin berlama-lama dengan Reno, tapi disisi lain dia
“Aku sudah menduga kau bertemu dengannya,” ucap Brian yang membuat langkah Luna terhenti dan menatap ke arahnya. “Kau tahu dia akan datang?”“Well… dia salah satu pengusaha terkenal di negara ini, jadi tidak menutup kemungkinan dia datang. Tapi, aku tidak tahu pasti jika dia akan datang sendiri.” “Lalu kau sudah bicara dengannya soal Louis?” tanya Brian. “Jadi kau tidak bilang padanya?” Tebak Brian karena Luna hanya diam, tak menjawab pertanyaannya. Luna hanya menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan Brian. “Aku akan menemui Louis dulu,” ucap Luna, karena ia masih mendengar tangisan Louis dari kamarnya. Sementara Brian hanya bisa menatap kepergian Luna dengan perasaan yang campur aduk. Dari ekspresi Luna, dia bisa melihat bahwa wanita itu masih memiliki perasaan untuk Reno dan ia takut Luna akan kembali bersama mantan kakak tirinya itu. Ketika Luna masuk ke dalam kamar, Louis sedang menangis sambil memeluk bantal, sementara Flora sudah terduduk di atas lantai dengan wajah
“Aku mencintaimu. Baik-baik disini. Aku janji akan segera menjemput kalian setelah urusanku di Rome selesai. Terus beri aku kabar, okay?”Luna mengangguk, kemudian matanya memejam ketika kecupan dan pelukan hangat Brian berikan padanya sebelum pria itu berbalik dan pergi. Luna hanya menatap kepergian Brian dengan senyuman tipis di bibir. Mulai sekarang sepertinya dia harus terbiasa dengan sentuhan yang diberikan pria itu. Setelah tubuh Brian hilang dari pandangan, Luna kembali masuk ke dalam rumah. Ia akan membangunkan Louis dan bersiap mengajak putra kecilnya bermain di playground, seperti yang ia janjikan semalam. Beberapa saat kemudian Luna mendengar klakson mobil di depan rumahnya. “Ayo, Sayang. Tante Flo sudah datang,” ucap Luna kemudian menggandeng tangan Louis keluar rumah. Flora menyambut mereka dengan senyum yang merekah. Dia senang setelah mendapat kabar jika Luna telah menerima Brian semalam. Sahabatnya pantas bahagia, dan Flora yakin Brian lah pria yang dapat memberi
Setelah Luna pergi, hanya dalam waktu singkat, Louis sudah aktif kesana kemari, membuat Flora kewalahan. Pria kecil itu seakan memiliki extra energi jika sudah bermain.Flora menarik napas panjang, lelah setelah mengikuti Louis berlari dan melompat di trampolin. “Oh Tuhan… aku tidak sanggup lagi…. Louis, Tante akan beristirahat sebentar disini, okay? Jangan bermain jauh-jauh, agar Tante bisa melihatmu,” ucap Flora dengan napasnya yang tersengal-sengal. Dia mendaratkan bokongnya di kursi busa yang berada tidak jauh dari arena bermain.Louis tertawa kencang melihat Flora. “Tante Flo, payah… baiklah, aku akan bermain di sana, Tante,” jawab Louis sambil menunjuk ke arena indoor outbound. Flora hanya mendengus karena ditertawai anak kecil. “Baiklah, hati-hati ya!!” ucapnya sambil menatap Louis yang sudah berlari. Membuat Flora menggeleng tak habis pikir, bagaimana Luna membesarkan anak seaktif itu seorang diri selama ini? Louis sudah melewati rintangan di arena permainan seorang diri. An
“Ayo, Sayang. Cepatlah!” ujar Jessie karena Reno yang tengah menggendong Briel berjalan sangat lamban di belakang. Wajah Jessie masih pucat dan jantungnya masih berdebar cepat dengan mata yang terus waspada melihat ke sekitar. Reno menoleh heran. “Kenapa kau terburu-buru sekali? Kening Briel hanya merah karena terbentur, bahkan tidak mengeluarkan darah. Kenapa kau panik begitu?”“Apa maksudmu? Tentu saja aku khawatir dengan Briel, keningnya pasti sakit. Kita harus segera sampai di rumah agar bisa mengobatinya.”“Apa keningmu masih sakit?” tanya Reno pada putrinya. “Tidak, Pa. Ternyata benar apa kata anak laki-laki itu, setelah memakan permen coklat darinya, keningku langsung tidak sakit,” jawab Briel dengan nada yang kembali ceria, seolah tak terjadi apapun padanya. “See? Briel tidak apa-apa, jangan terlalu memperbesar masalah.”Jessie berdecak mendengar ucapan Reno. Memang alasannya terburu-buru karena dia tak ingin Reno melihat atau bertemu dengan Luna dan anaknya. Tapi tidak mun
Kaki jenjang Luna memasuki Moonlight Restoran, salah satu restoran termahal di Kota. Di sebelahnya berdiri seorang pelukis terkenal bernama Audrey. “Kau sudah reservasi?” bisik Luna. “Tidak perlu. Kau ingat bahwa aku akan mengenalkanmu dengan kolektor seni yang ingin membeli semua karyaku, tapi aku lebih dulu mengirimnya ke galerimu? Dia yang mereservasi dan mentraktir kita malam ini.”Mulut Luna sedikit terbuka. Matanya pun membulat tak percaya. “Benarkah? Wow…” Luna sedikit gugup, berarti orang yang akan ia temui adalah seseorang yang cukup penting dan tentunya kaya raya. Luna tak menyangka akan makan malam bersama orang lain juga. Ia kira malam ini hanya akan meeting bersama Audrey. “Sebenarnya dia adalah salah satu pengusaha sukses disini, tapi dia juga penikmat seni, dan termasuk kolektor seni yang terkaya di Kota ini sekarang.”Luna hanya mengangguk. Dia bersyukur setidaknya dia memilih dress yang tepat malam ini untuk bertemu seseorang yang cukup ternama di Kota. Sederhana s
Luna bersumpah, malam ini adalah malam tersial baginya. Kepergian Audrey yang mendadak membuatnya harus terjebak berdua dengan Reno lebih lama. Dia sebenarnya ingin pulang juga, tapi itu akan membuatnya terlihat tidak profesional. Walau bagaimanapun dia harus menyelesaikan urusan pekerjaannya malam ini bersama Reno. “Bisa kita langsung ke intinya saja? Aku tidak bisa berlama-lama disini,” tukas Luna. “Kenapa? Kekasihmu menunggu di rumah?” Luna berdecak. “Bukan urusanmu, kita sedang bicara bisnis sekarang. Jadi, aku mohon tolong jangan membahas hal lain.”Reno mengangkat alisnya dan mengangguk. “Jadi, sekarang kau mau kita bertingkah seperti dua orang asing yang berbisnis alih-alih dua orang yang pernah saling mencintai? Atau lebih tepatnya masih mencintai?”Luna tertegun mendengar ucapan blak-blakan dari Reno. Membuat Luna frustasi dan kembali meneguk wine-nya hingga tandas. “Aku tidak punya waktu untuk ini. Jika kau masih belum bisa profesional, lebih baik aku pulang.” Luna berdi
Reno terbangun karena mendengar suara deringan ponsel. Ia membuka mata perlahan, lalu menatap sisi ranjang yang kosong. Dia mengernyitkan kening, apa kejadian semalam hanya mimpi indah? Namun, kepalanya yang sakit karena efek alkohol dan kamar apartemennya adalah bukti bahwa kejadian semalam adalah nyata. Shit! Dalam beberapa detik, semua memori semalam langsung masuk ke kepalanya. Reno langsung bangun dan mengambil boxernya yang tergeletak diatas lantai kemudian mencari sumber suara yang telah membangunkan tidur nyenyaknya.Reno tahu itu bukan suara ponselnya, jadi dia terus mencari dan akhirnya menemukan sebuah ponsel yang tergeletak di bawah kolong tempat tidur, mungkin tidak sengaja terjatuh semalam. Apakah ini milik Luna? Diperkuat dengan nama Flora sebagai pemanggil telepon di layar, sudah pasti ini milik Luna, lalu dimana wanita itu? Reno pun melangkah keluar kamar, mencari keberadaan wanita yang telah menghabiskan waktu semalaman dengannya. Tidak lama kemudian Reno menem
Luna terus duduk di tepi sungai hingga menjelang sore. Beberapa hal yang terjadi antara ia dan Reno terus mengusiknya. Sesekali Luna memainkan cincin berlian di jari manis. Luna merasa cincin mahal itu semakin tak pantas dia miliki. Ia telah mengkhianati Brian sedemikian buruk. Sungguh pria itu tidak pantas menerima perlakuan seburuk ini darinya. Brian pantas mendapatkan wanita yang terbaik, dan itu bukan dia. Luna menarik napas panjang. ‘Tuhan, aku tidak ingin menyakiti hatinya lebih dalam lagi …’Dalam hati Luna berjanji pada dirinya sendiri, jika dia berhasil selamat dari hutan ini, ia akan bicara dengan Brian dan menyelesaikan hubungan mereka secara baik-baik. Luna tidak mau terus berpura-pura dan membohongi perasaannya. Seberapapun dia memaksa untuk mencintai Brian, nyatanya dia tidak pantas bersanding dengan pria itu. Dia akan jujur dan melepas Brian untuk menemukan wanita yang lebih baik darinya. Tiba-tiba Luna merasa seseorang duduk di sampingnya. Dan tanpa melihat, tentu
Luna masih terengah dengan rasa panas di sekujur tubuhnya. Pertanyaan Reno sejujurnya sangat mudah untuk ia jawab, tapi mengapa lidahnya terasa sangat kelu sekarang. Akhirnya tanpa memberi jawaban, Luna mendekatkan wajahnya ke wajah Reno untuk berciuman kembali karena itulah yang saat ini benar-benar ia inginkan. Luna melingkarkan lengannya di leher Reno dan hanya mengangguk saat Reno kembali menatapnya untuk menuntut jawaban. Bibir Reno melengkung ke atas setelah mendapat persetujuan dari Luna. Lalu dengan perlahan dia melepas seluruh benang yang melekat di tubuh Luna, hingga kini wanita itu telanjang di bawah kungkungannya. “Aku sangat merindukan ini.” Tatapan memuja Reno padanya membuat gairah Luna semakin meningkat. Dia juga ingin melihat tubuh telanjang Reno, jadi Luna segera bergerak menarik dua tepi kaos lengan pendek Reno ke atas kepala, setelah itu ia menghela napas dalam-dalam saat Reno melepas celananya juga, hingga akhirnya Luna bisa mengagumi tubuh atletis Reno seutu
“Reno, tolong ada ular. Aku takut!” Mendengar jeritan Luna, Reno tidak berpikir dua kali untuk mendekat. Tak peduli wanita itu hanya mengenakan tanktop dan celana dalam. Keselamatan Luna nomor satu untuknya. “Dimana ularnya, Luna?!” Luna dengan mata terpejam ketakutan, menunjuk ke arah sesuatu yang mengambang di atas air. Reno melihat ke arah yang sama dan keningnya mengernyit. Dengan perlahan ia masuk ke dalam air lalu mendekat untuk memastikannya. Dan seutas senyum terbit di bibir kala ia sadar bahwa sesuatu yang mengambang di atas air itu hanyalah seutas tali. Reno mengambil tali panjang berwarna hitam kemudian membuangnya ke pinggir dan mendekat ke arah Luna. “Luna, tidak apa-apa, buka matamu.” Luna membuka mata perlahan. Tubuhnya gemetar, bahkan matanya berkaca-kaca karena saking takutnya. “Tidak apa-apa. Itu bukan ular hanya seutas tali. Tidak ada yang berbahaya. Kau aman,” ucap Reno dengan lembut, berusaha menenangkan. “Aku takut, Reno. Itu seperti ular sun
Luna hampir frustasi karena tak kunjung melihat Reno, dia ingin menyusuri hutan untuk menemukan Reno, tapi ia takut kemungkinan dia pun akan ikut menghilang karena tersesat di hutan. Luna benar-benar tidak ingin hal buruk terjadi pada Reno karena ia yakin tanpa Reno, dia tidak akan bisa bertahan di sana sendirian. Namun, jantung Luna yang sejak tadi berdegup kencang itu seketika berhenti berdetak saat ia mendengar langkah kaki di belakang. Luna dengan cepat berbalik dan detik itu dia langsung berhadapan dengan Reno. Tangisan Luna pecah saat itu juga bersamaan dengan perasaannya yang begitu lega melihat Reno kembali dalam keadaan hidup. “Hei, kenapa kau menangis? Apa kau mencariku?” Reno terkejut saat melihat Luna menangis histeris dan lebih terkejut lagi ketika dalam hitungan detik Luna memeluk tubuhnya dengan sangat erat. “Kau benar-benar gila, Reno! Kau membuatku ketakutan setengah mati!” Kening Reno mengernyit. “Ketakutan karena apa?” Dia juga memeluk Luna, berusaha memenangk
Hari telah beranjak malam. Beruntung dingin yang kian menusuk kulit sedikit terhalau dengan hangatnya api. Reno menatap pancaran wajah cantik Luna yang diterangi api unggun di hadapannya. “Maaf, aku janji besok akan mendapatkan ikan lebih banyak untuk kita makan,” ujar Reno, sedikit merasa bersalah karena Luna terlihat sangat lapar dan dia hanya bisa menangkap satu ekor ikan untuk mereka makan berdua. “Tidak apa, tubuhmu masih lemas. Setidaknya perut kita tidak kosong lagi.” Luna mengangguk, lalu dia menguap. “Sepertinya kita harus tidur karena aku merasa lelah dan seluruh tubuhku benar-benar sakit.”“Ya, aku juga merasakannya … kita memang perlu tidur. Aku sudah menyiapkan beberapa lembar daun besar di atas rumput. Tidak empuk, tapi semoga saja kita bisa tidur,” ujar Reno. Reno kemudian berbaring lebih dulu di atas rerumputan yang telah ia lapis daun pisang yang ditumpuk menjadi lebih lebar dan tebal.Kemudian dia mengambil
“Sshhttt … aw …”Luna tidak berhenti meringis sejak tadi. Akibat gengsinya yang terlalu tinggi dan tak mau menerima uluran tangan Reno, kaki Luna tidak sengaja terkilir saat berjalan. Jalan hutan yang curam membuat langkahnya tidak seimbang dan akhirnya kaki sebelah kiri Luna yang menjadi korbannya. “Apa kau bisa berdiri?” tanya Reno dengan khawatir. “Kakiku sakit sekali.” Luna mengeluh kesakitan dan Reno tak punya pilihan selain menggendong tubuh Luna. “Ayo, naik ke punggungku,” ucap Reno sambil berjongkok memunggungi Luna. “T-tapi lenganmu?”Reno menghela napas kasar. “Cepatlah naik, lebih baik kita kembali ke mobil sebelum hari mulai gelap.”Tak memiliki pilihan lain membuat Luna menerima tawaran Reno dan kini ia berada di atas punggung pria itu. “Kenapa kita kembali?” tanya Luna ketika Reno berbalik arah. Tidak menuju ujung tebing lagi. “Kita tidak bisa memanjat tebing dalam keadaan seperti ini, Luna. Kakimu terkilir, dan kondisiku juga tidak sefit itu untuk memanjat tebing
Tidak ada yang tahu kapan datangnya musibah. Begitu pun dengan kecelakaan yang baru mereka lewati berdua. Reno terus berusaha menguatkan diri. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan Luna, atau wanita itu akan jauh lebih lemah darinya dan tidak punya tempat bersandar. Namun, gerakan cepat saat Luna mencabut pecahan kaca di pipinya membuat Reno seketika mengerang kesakitan. “ARGHHH …” Erangan Reno membuat Luna refleks mendekatkan wajah dan meniup pipi Reno yang terluka. Dan detik itu juga erangan Reno berhenti. Wajah yang hanya berjarak beberapa centi dan tiupan hangat Luna di pipinya membuat Reno seketika terdiam. Beberapa detik mata mereka bertatapan. Sama-sama merasakan getaran lain di hati. Getaran yang dulu selalu mereka ciptakan dalam momen-momen indah yang mereka lalui berdua. “M-maafkan aku, Reno.” Luna memutus tatapan mereka dan menjauhkan wajahnya. Lalu kembali mengeluarkan beberapa pecahan kaca kecil yang dia temukan di sekitar pipi bagian kanan Reno.“Emm … sekarang ak
Reno membuka mata saat merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Sejenak ia tak tahu apa yang terjadi padanya hingga ia merasakan sesak di dada dan terbatuk dengan keras. Dia meringis ketika kepalanya terasa sangat sakit. Reno menatap kesekililing dan saat dia melihat keadaan mobil, ingatannya kembali dengan jelas. Dia mengalami kecelakaan. Matanya sontak tertuju pada Luna yang duduk di sebelahnya dengan mata tertutup. “Astaga ... L-luna …”Untuk sesaat Reno dipenuhi rasa takut. Takut pada kemungkinan Luna sudah tidak bernyawa di sebelahnya. “Sssttt … shit! Sakit sekali!” Reno kembali meringis saat ia berusaha bergerak mendekati Luna. Dia perlu memeriksa keadaan Luna dan memastikan wanita itu baik-baik saja. Reno membuka sabuk pengamannya, lalu mencondongkan tubuh ke arah Luna yang wajahnya memiliki banyak memar dan ada beberapa goresan di wajah cantiknya. “Luna …” Reno memanggil dengan lembut, namun tidak adanya respon dari Luna membuat Reno ketakutan. Akhirnya deng
Luna tak kuasa menahan emosi saat Reno memberinya dua pilihan. Untuk pergi dan meninggalkan Louis di Villa atau tidak pergi ke mana-mana. Luna rasa Reno semakin besar kepala setelah dia berikan kesempatan yang sama untuk membesarkan Louis. “Kau gila?! Tidak, Louis ikut denganku!” sentak Luna yang membuat semua orang terkejut karena masih ada Louis di tengah-tengah mereka. “Luna, kurasa Reno ada benarnya. Kau akan menyelesaikan banyak masalah di sana, bukankah kau akan lebih fokus jika Louis di sini? Kasihan Louis, dia masih ingin bermain bersama Briel di sini. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik. Aku akan memberimu kabar setiap dua jam sekali jika kau mau,” ujar Lucas dengan hati-hati. Reno mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Dan itu semakin membuat Luna kesal. Dia tidak pernah berpisah dengan Louis selama berhari-hari, dan Luna yakin jika dia meninggalkan Louis di sini, dia tidak akan tenang di LA dan akan terus mengkhawatirkan Louis sepanjang waktu. Selain itu, dia