“Kau sudah meninggalkanku sepuluh tahun, lalu sekarang tiba-tiba kau datang dan berharap aku memanggilmu Ibu? Tidak ada Ibu yang menelantarkan anaknya!”“Reno, stop!” bentak Lucas. “Apa, Ayah? Kau tidak ingat, kau telah menikah lagi dan memiliki istri sekarang? Apa kau sudah gila bermesraan seperti itu dengan wanita lain?” Rahang Reno mengeras, menatap tajam ke arah Lucas yang terus menggenggam tangan Miranda, mantan istrinya. “Reno! Wanita lain ini adalah Ibu kandungmu, jaga ucapanmu! Hormati Ibumu!”Alih-alih senang bisa bertemu kembali dengan Ibu kandungnya, Reno justru merasa aneh dan tak suka melihat kemunculan Miranda, Ibu yang telah meninggalkannya sejak sepuluh tahun lalu. Dan Reno tidak mengerti mengapa dengan mudahnya Lucas menerima kehadiran wanita itu lagi. Dulu Miranda berpisah dengan Lucas dan menelantarkan Reno yang masih berusia 14 tahun demi hidup bersama pria lain. Dan sekarang… saat Lucas telah menikah lagi dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik, mengapa wan
Reno tak dapat menahan diri ketika melihat Luna untuk yang kedua kalinya berlari ke arah kamar mandi sambil membekap mulut. Tanpa memperdulikan kehadiran Diana dan Brian di sana, dia segera menyusul Luna.Wajahnya semakin khawatir saat melihat Luna kembali muntah-muntah.“Sayang, kau baik-baik saja?” tanya Reno dengan cemas. Tubuhnya mendekat dan tanpa ragu mengangkat rambut panjang Luna dan memijat tengkuk wanita itu dengan perlahan.Tak lama, Luna langsung menghindar saat dia sudah memuntahkan semua isi perutnya. Namun, Reno segera menggenggam tangan Luna dan menatap wanita itu dengan serius. “Hei, sebenarnya ada apa denganmu? Ini bukan pertama kalinya kau muntah.”Luna membalas tatapan Ren
Sudah seminggu berlalu. Banyak perubahan terjadi di rumah. Tidak ada lagi kehangatan dan kemesraan antara Diana dan Lucas. Pria yang menikahi ibunya beberapa bulan lalu itu juga jarang pulang ke rumah. Dan yang paling mengiris hati Luna adalah pemandangan Diana yang beberapa hari ini diam-diam sering menangis.Luna tidak bermaksud mengintip, tapi beberapa kali dia tidak sengaja melihat ibunya itu menangis saat meminum teh sendiri di taman atau ketika menonton serial televisi yang tidak beradegan sedih sama sekali. Meski tidak bertanya, Luna tahu ibunya sangat terluka.Entah fakta bahwa dia dan Reno telah menjalin hubungan secara diam-diam atau Lucas yang masih mencintai mantan istrinya. Keduanya sama-sama menyakitkan bagi Diana. Dan hal itu juga berpengaruh dengan perasaan Luna yang tengah mengandung.“Luna, serius berat badanmu berkurang dan wajahmu sangat pucat. Kau harus segera membicarakan kehamilan ini pada Reno dan Ibumu. Kau tidak bisa terus menyembunyikannya. Terlebih sampai s
Reno menggigit bibir. Jarinya berulang kali mengetik pesan, tapi berulang kali juga dihapusnya. Pesan Luna telah ia baca. Jujur, ia pun merasakan kerinduan yang besar pada kekasih hatinya itu. Tapi, Reno telah berjanji untuk menjauhi Luna. Tidak melepas dan memutus hubungan mereka, hanya menjaga jarak untuk sementara waktu. Dan itulah alasan mengapa dia memilih pergi ke luar kota beberapa hari, mengurus pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk ia turun tangan sendiri, Reno hanya mencari alasan dan pelarian agar dia tidak nekat menemui Luna dengan alasan rindu. Fakta lainnya… dia sudah pulang dan berada di apartemennya sekarang.Setelah berpikir panjang, akhirnya Reno membalas tanpa memberi sebuah kepastian.[Aku akan menghubungimu jika aku jadi pulang lusa, masih banyak hal yang perlu aku urus disini.]Reno menghela napas panjang karena dia terpaksa berbohong pada Luna. “Maafkan aku, Sayang. Aku juga sangat merindukanmu,” gumam Reno sambil mengusap foto Luna yang ada di
“Jadi, Ibu akan menikah lagi?” Luna menatap Ibunya dengan gembira. Akhirnya setelah sekian lama sang ibu membuka hatinya pada seorang pria. Meski gadis berusia 20 tahun itu sedikit terkejut mendengarnya. “Iya, Luna. Ibu akhirnya menemukan sosok yang sangat baik, kami memang baru berkenalan enam bulan, tapi kami merasa sangat cocok. Dia sangat pengertian dan mengerti kondisi Ibu. Maaf Ibu baru bilang padamu sekarang. Itulah kenapa Ibu mengajakmu untuk bertemu dan berkenalan dengannya malam ini,” jelas Diana, Ibu Luna yang telah berusia 42 tahun. Senyum dibibir Luna perlahan memudar. “Malam ini? Kenapa sangat tiba-tiba, Bu? Aku sudah ada janji dengan seseorang.” “Ohh… sorry, Sweety. Ibu tidak tahu kalau kau sudah ada janji. Apakah itu dengan pria yang kemarin kau ceritakan?” Luna tak kuasa menahan senyumnya mengingat pria yang satu bulan lalu baru dikenalnya. Gadis itu belum pernah jatuh cinta sebelumnya, jadi ini adalah pengalaman pertama. Luna mengangguk pelan, pipinya
Senyuman di bibir Luna lenyap seketika saat ia melihat Reno yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Pria itu berhenti melangkah beberapa meter, tampak sama terkejutnya dengan Luna. ‘Luna? Kenapa dia ada di sini?’ Tersadar. Reno kembali mendekat. Luna semakin yakin pria itu adalah Reno yang sama, Reno yang beberapa waktu ini mengisi hatinya. Reno yang begitu dia sukai, Reno yang telah membatalkan janji temu mereka malam ini. Tapi, siapa sangka mereka akan tetap bertemu dalam situasi yang berbeda? Dan Luna jadi tahu alasan mengapa Reno membatalkan makan malam mereka. Semuanya berdiri menyambut kedatangan Reno yang tampak rapi dengan setelan jas berwarna abu. “Reno, kenalkan ini Diana dan putrinya, Luna.” Suara Lucas menyadarkan Luna dan Reno. Pria berusia 24 tahun itu menatap antara ayahnya, Diana, kemudian Luna. Dengan mudah dia memahami situasi yang ada. “Moreno Peterson.” Reno lantas memaksakan senyum dan mengulurkan tangan pada Diana, setelah itu pada… gadis cantik yang
Dengan setengah hati dan memaksakan senyum, akhirnya Luna berkata, “Jika Ibu dan Paman merasa ini yang terbaik, maka lakukanlah. Aku setuju jika Ibuku bahagia.” Luna menatap dalam mata Diana yang telah digenangi air mata, terharu setelah mendengar perkataannya. Sementara Reno, rahangnya mengeras mendengar ucapan pasrah Luna barusan. Lucas tersenyum senang. “Terimakasih, Luna. Aku ingin menikahi Ibumu memang untuk membuatnya terus bahagia. Kau tidak perlu khawatir.” “Bagaimana denganmu, Reno? Apa kau baik-baik saja dengan itu? Sungguh, aku tidak ingin memaksa kalian,” tanya Diana menatap Reno yang sejak tadi menatap ke arahnya, lebih tepatnya ke arah Luna yang berada di samping Diana. Reno menatap bergantian pada Lucas, Diana, dan Luna yang tersenyum menunggu jawabannya. Bagaimana gadis itu bisa tersenyum sekarang? Reno sama sekali tidak mengerti apa yang ada di otak cantik Luna. Benar-benar membuatnya muak. “Jika itu keputusannya, aku hanya bisa mendukung,” jawab Reno berusah
Ekspresi bahagia terpancar di wajah Diana dan Lucas. Sementara itu Luna duduk tidak jauh dari pelaminan, menatap sang ibu yang kini menggandeng tangan suami barunya. “Kau baik-baik saja?” bisik Flora, sahabat Luna yang terus merangkul lengan Luna dan berada di sampingnya. Luna menoleh dan tersenyum tipis. “Ya, tentu saja.” Dia terlihat sangat baik diluar, tapi hancur di dalam. Flora tahu soal itu. Hubungan rumit sekaligus takdir tragis yang dialami Luna. Dalam sebulan lebih ini selain ibunya, Flora adalah tempat Luna mencurahkan segala isi hatinya, terlebih setelah malam pertemuan itu, hanya Flora yang bisa menjadi pendengar setia Luna. Akhirnya hari yang sangat tidak diinginkan Luna datang. Ibunya telah resmi menikah dengan Lucas dan dia telah resmi menjadi adik Reno. Bukan berarti Luna tidak bisa ikut bahagia dengan pernikahan ibunya. Tapi, harusnya bukan Reno yang menjadi kakaknya, karena pria itu seharusnya menjadi kekasihnya. Luna kembali menundukkan kepala saat mat