Reno tak dapat menahan diri ketika melihat Luna untuk yang kedua kalinya berlari ke arah kamar mandi sambil membekap mulut. Tanpa memperdulikan kehadiran Diana dan Brian di sana, dia segera menyusul Luna.
Wajahnya semakin khawatir saat melihat Luna kembali muntah-muntah.
“Sayang, kau baik-baik saja?” tanya Reno dengan cemas. Tubuhnya mendekat dan tanpa ragu mengangkat rambut panjang Luna dan memijat tengkuk wanita itu dengan perlahan.
Tak lama, Luna langsung menghindar saat dia sudah memuntahkan semua isi perutnya. Namun, Reno segera menggenggam tangan Luna dan menatap wanita itu dengan serius. “Hei, sebenarnya ada apa denganmu? Ini bukan pertama kalinya kau muntah.”
Luna membalas tatapan Ren
Sudah seminggu berlalu. Banyak perubahan terjadi di rumah. Tidak ada lagi kehangatan dan kemesraan antara Diana dan Lucas. Pria yang menikahi ibunya beberapa bulan lalu itu juga jarang pulang ke rumah. Dan yang paling mengiris hati Luna adalah pemandangan Diana yang beberapa hari ini diam-diam sering menangis.Luna tidak bermaksud mengintip, tapi beberapa kali dia tidak sengaja melihat ibunya itu menangis saat meminum teh sendiri di taman atau ketika menonton serial televisi yang tidak beradegan sedih sama sekali. Meski tidak bertanya, Luna tahu ibunya sangat terluka.Entah fakta bahwa dia dan Reno telah menjalin hubungan secara diam-diam atau Lucas yang masih mencintai mantan istrinya. Keduanya sama-sama menyakitkan bagi Diana. Dan hal itu juga berpengaruh dengan perasaan Luna yang tengah mengandung.“Luna, serius berat badanmu berkurang dan wajahmu sangat pucat. Kau harus segera membicarakan kehamilan ini pada Reno dan Ibumu. Kau tidak bisa terus menyembunyikannya. Terlebih sampai s
Reno menggigit bibir. Jarinya berulang kali mengetik pesan, tapi berulang kali juga dihapusnya. Pesan Luna telah ia baca. Jujur, ia pun merasakan kerinduan yang besar pada kekasih hatinya itu. Tapi, Reno telah berjanji untuk menjauhi Luna. Tidak melepas dan memutus hubungan mereka, hanya menjaga jarak untuk sementara waktu. Dan itulah alasan mengapa dia memilih pergi ke luar kota beberapa hari, mengurus pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk ia turun tangan sendiri, Reno hanya mencari alasan dan pelarian agar dia tidak nekat menemui Luna dengan alasan rindu. Fakta lainnya… dia sudah pulang dan berada di apartemennya sekarang.Setelah berpikir panjang, akhirnya Reno membalas tanpa memberi sebuah kepastian.[Aku akan menghubungimu jika aku jadi pulang lusa, masih banyak hal yang perlu aku urus disini.]Reno menghela napas panjang karena dia terpaksa berbohong pada Luna. “Maafkan aku, Sayang. Aku juga sangat merindukanmu,” gumam Reno sambil mengusap foto Luna yang ada di
Tidak pernah dalam beberapa hari terakhir, Luna terbangun dengan perasaan bahagia. Tapi hari ini, dia tersenyum saat bangun tidur, mandi dalam waktu singkat, dan mengenakan dress berwarna cerah. Dia begitu semangat hari ini. Bagaimana tidak? Setelah menerima balasan pesan Reno yang tidak memberi kepastian dua hari lalu. Semalam, pria itu kembali mengirim pesan singkat padanya, bahwa mereka jadi bertemu hari ini dan Reno akan menjemputnya sepulang kuliah. Meski Luna sedikit gugup, mengingat dia akan memberitahu Reno mengenai kehamilannya hari ini, Luna tetap bersemangat, karena dia tahu Reno mencintainya dan tidak akan meninggalkannya. “Kira-kira bagaimana respon Ayahmu jika mengetahui kau berada dalam perut Ibu sekarang?” gumam Luna yang terkekeh kecil sambil mengusap perutnya yang masih datar. Sedikit geli menyematkan panggilan Ibu dan Ayah itu, tapi dia harus terbiasa, bukan? Dengan segala kesenangan itu, Luna tersenyum saat turun dari anak tangga. Diana dan Lucas ternyat
“Aku sangat merindukanmu, Reno. Aku sangat rindu.” Berulang-ulang kalimat rindu terlontar dari bibir Luna. Hatinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Reno. Entah memang karena lama tak bertemu, atau janin dalam perutnya yang selalu ingin dekat dengan sang ayah membuat Luna terus bergelayut manja di samping Reno. Tidak peduli pria itu tengah menyetir, Luna senang bisa sedekat ini, karena dia bisa mencium wangi aroma tubuh Reno dengan puas.“Ya Tuhan, kau tidak tahu bagaimana aku menjalani hari-hari penuh siksaan karena merindukanmu sejak kemarin, Sayang.” Reno mengecup punggung tangan Luna yang berada dalam genggaman sebelah tangannya. Berharap dia tidak sedang menyetir dan bisa mencium bibir Luna lagi.“Apakah malam itu Ibu menyuruhmu menjauhiku?” tanya Luna, tiba-tiba gurat kesedihan hadir di wajahnya membuat Reno menghela napas.“Ya,” jawab Reno. “Wajar Ibu bereaksi begitu. Setidaknya dia tidak memaksaku untuk melupakanmu.”“Ya Tuhan, Reno…” Erang Luna sambil memeluk Reno l
3 Jam Sebelumnya. “Jelaskan tentang ini padaku! Apa kau tahu mereka menjalin hubungan diam-diam di belakang kita?!” bentak Lucas setelah melempar foto-foto kemesraan Luna dan Reno di atas meja. Mata Diana membulat saat melihat foto-foto itu, bagaimana bisa? Siapa yang memberikan semua foto itu pada suaminya? Apakah sama dengan yang mengirim pesan bodoh padanya tempo lalu? Jantung Diana berdegup dengan kencang. Menatap Lucas, dia bisa melihat seberapa marahnya pria itu. “Jawab! Aku tahu kau juga ikut menyembunyikan hubungan mereka!” Diana menunduk melihat foto-foto Luna dan Reno lagi, hanya satu foto yang pernah dilihatnya, tapi di atas meja ada lebih dari sepuluh foto berserakan. Dia menggelengkan kepala, tak menyangka ada seseorang yang benar-benar terus membuntuti kedua anaknya. Diana berusaha untuk tetap tenang, meski kenyataannya dia benar-benar takut melihat kemurkaan Lucas.“Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mengecek CCTV di rumah dan putrimu benar-benar seperti wanita jalang
Tamparan keras melayang di pipi Lucas. Diana tidak marah saat Lucas berkata masih mencintai mantan istrinya, tidak pula bertindak kasar saat Miranda datang ke rumah dan merebut suaminya. Tapi, kali ini Diana tidak bisa menahan diri dan bersabar lagi.Sebagai ibu, hatinya hancur dan tak menerima jika orang lain menyakiti putrinya walau hanya seujung kuku. Dia sempat tenang saat tahu Luna pulang bersama Reno, setidaknya rencana Jessie untuk mencelakai Luna tidak berhasil. Namun, kini mendengar Luna terluka dan dibawa ke rumah sakit karena kekerasan yang dilakukan anak buah Lucas membuatnya lepas kendali. Ternyata Diana tidak bisa mempercayai siapapun lagi.“Kau benar-benar keterlaluan, Lucas. Teganya kau melakukan ini padaku! Tidak puas kau menyakitiku, kenapa kau juga menyakiti putriku? Lucas, kau benar-benar jahat!&
Reno berdiri ketika pintu ruang Emergency terbuka, Luna yang terbaring di atas ranjang keluar bersama Diana dan dua orang perawat. Segera mendekat, perasaannya mencelos saat menatap tubuh lemah sang kekasih. Mata Luna terpejam, namun Reno bisa melihat gurat kelelahan di wajah cantiknya. Ah… hatinya tercubit karena lagi-lagi merasa sangat bersalah atas semua yang telah terjadi. “Kau belum pulang sejak tadi?” tanya Diana. Hatinya sedikit khawatir melihat penampilan Reno yang terlihat sangat berantakan. Wajah tampannya penuh lebam, bahkan dia belum mengganti pakaiannya yang berlumuran darah. Reno menggelengkan kepalanya pelan. Tersenyum lirih pada Diana, lalu kembali menatap wajah Luna yang masih terlihat sangat cantik di matanya. Rasanya sangat ingin ia rengkuh tubuh yang terkulai lemas itu, memeluk dan mendekap erat, menyalurkan segala perasaan cinta dan rasa bersalahnya pada Luna. Tapi, dia harus menahan semua itu untuk sementara waktu. “Bagaimana keadaan Luna, Bu?” tanya Reno
Tidak kembali ke rumah lama, Diana justru membawa Luna ke sebuah apartemen di luar kota. Apartemen yang dipilih Diana sebenarnya bukanlah apartemen mewah. Tapi, untuk tinggal berdua, ini cukup besar dengan barang-barang yang sudah tersedia. Luna yakin ibunya harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk menyewa apartemen ini. Meskipun apartemen ini terlihat nyaman, hati Luna hampa. Sepanjang perjalanan dia terus menangis yang tak begitu dipedulikan oleh Diana. Sebaliknya, ibunya itu justru menyetir mobil dengan fokus dan menyetel musik selama mereka dalam perjalanan. “Bu, tolong kembalikan ponselku.”Diana tak menjawab, dia terus mengeluarkan barang-barang yang dia bawa dari koper dan memasukkan semua pakaian ke lemari. Mengabaikan Luna sepenuhnya. “Bu, aku mohon…” lirih Luna. “Buat apa, Luna? Kau tidak berharap bisa menghubungi Reno, kan? Ponsel lamamu telah Ibu buang. Kau sudah tidak bisa berhubungan lagi dengan Reno.” Luna menatap ibunya tak percaya. “Kenapa Ibu melakukan semua i