Luna baru pulang ke rumah saat hari menjelang sore, dia dan Reno sama-sama tegang dan khawatir, jadi mereka memutuskan untuk menenangkan diri dengan menonton film berdua dan cuddle. Setelah perbincangan serius, mereka sepakat untuk tidak membahas soal hubungan dan hanya menikmati sisa waktu berdua hari ini.
“Kau baru pulang, Luna?” Tiba-tiba suara Diana menghentikan langkahnya yang akan menaiki tangga ke lantai dua.
“Ya, Bu. Maaf, tadi aku sekalian mengerjakan tugas kelompok di rumah Flora,” jawab Luna yang lagi-lagi berbohong pada ibunya.
Diana menatap lekat putrinya. Luna masih mengenakan dress yang sama saat dia pergi bersama Brian semalam, kemudian tatapan Diana jatuh pada tas dan heels yang dikenakan putrinya.
<Reno menatap Jessie tak percaya. Jelas Jessie sengaja bertanya begitu untuk menyudutkannya. Dia tidak tahu apa Jessie mulai mencurigai kedekatannya dengan Luna atau hanya tahu jika dia mencintai wanita lain yang entah siapa. Tapi, yang pasti Reno tidak mungkin berkata yang sebenarnya saat ini. Dia tidak mau orang tuanya menaruh curiga sedikitpun padanya dan Luna.“Jess, aku rasa pertanyaanmu berlebihan. Seperti yang kau lihat, aku masih sendiri sampai saat ini.” Kemudian Reno menatap orang tua Jessie dan orang tuanya. “Jika kalian memang ingin aku bertunangan dengan Jessie, biarkan aku mengenalnya dulu. I mean… secara personal. Jangan menyuruh dan memaksaku untuk buru-buru meresmikan hubungan, jujur itu sangat mengganggu,” ujar Reno menggelengkan kepala.“Apanya yang buru-buru, Reno? Kau dan
“Luna, ada apa denganmu?” tanya Diana setelah memastikan Luna meminum air putih yang ia berikan.“Kue coklatnya tidak enak, Bu. Perutku tiba-tiba mual,” jawab Luna yang membuat semua orang menatapnya dengan keheranan. “Tidak enak? Ini kue coklat dari toko langganan kita yang biasa kau makan, Sweety.” Diana mengernyitkan kening, dia pun mencoba menyuap kue itu untuk memastikan. Tapi, rasanya sama, enak dan manis seperti biasanya. “Kuenya enak kok.”“Apa kau sakit, Luna?” Kini Lucas yang bertanya dengan tatapan menyelidik.Sikap Luna membuat semua orang heran. Reno pun terus menatap Luna dengan khawatir, saat ini dia sangat menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan di depan orang tuanya. Luna menggelengkan kepala. “Tidak, aku baik-baik saja, Ayah.” Mendengar jawaban Luna, Lucas tidak mau memperpanjang lagi. “Yasudah, lebih baik kita mulai makan saja. Aku sungguh sangat lapar,” ujar Lucas yang membuat suasana kembali mencair,
Pikiran itu membuat Luna panik sesaat. Dia terus diam dan melihat ibunya yang menatap kesana kemari tanpa henti dan itu benar-benar membuat Luna takut. Dengan gugup akhirnya Luna kembali bertanya, “Bu, sebenarnya ada apa?”“Sepertinya aku sempat melihat Reno masuk ke kamarmu,” jawab Diana yang membuat Luna terkejut. Apakah benar Reno masuk ke kamarnya saat dia tertidur? Astaga, bagaimana jika ibunya curiga terjadi sesuatu diantara mereka?“Mungkin kau salah lihat, Bu. Untuk apa juga Kak Reno masuk ke kamarku, kan?” ucap Luna tertawa canggung.“Entahlah, semua hal bisa saja terjadi tanpa kau sangka-sangka, Luna.” Saat itu juga, tawa Luna lenyap begitu saja. Dia tampak tegang mendengar ucapan ibunya.
“Reno, kau dari mana?” Sebuah suara menghentikan langkah Reno. Pria itu berbalik dan terkejut ketika melihat Diana. Ternyata ibu tirinya itu masih berada di lantai dua.Reno menelan salivanya. Berusaha menetralkan kegugupan yang tiba-tiba melanda. “Dari ruang kerja, Bu. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, dan sekarang aku mau pulang ke apartemen. Kenapa Ibu belum tidur?”“Begitukah?” Diana mengangkat sebelah alisnya, matanya menatap lekat ke arah Reno. “Ibu belum bisa tidur. Jadi, daripada mengganggu tidur Ayahmu, Ibu membaca buku disini. Ibu kira kau akan menginap.”“Tidak, Bu. Besok aku ada meeting pagi di kantor, lebih baik aku pulang sekarang.”“Baiklah. Kalau begitu hati-hati,” ujar Diana. Reno hanya mengangguk, kemudian berjalan menuruni tangga. Jika Reno merasa sedikit lega karena Diana tidak bertanya lebih atau tampak curiga padanya, hal berbeda justru dirasakan wanita paruh baya it
“Ibu…” Luna segera bersimpuh dan memeluk tubuh Diana. Wanita paruh baya itu semakin terisak saat berada dalam dekapan putrinya. “Ada apa, Bu? Kenapa Ibu menangis?” tanya Luna dengan khawatir. Diana menatap Luna dengan pandangan yang berbeda. Luna tidak tahu apa arti tatapan ibunya, yang dia tahu Diana tampak sangat hancur. Tatapan itu sama seperti tatapan 15 tahun lalu, saat ayah kandungnya pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. “Ibu, ada apa denganmu? Dimana Ayah?” Luna kembali bertanya, namun Diana tak kunjung menjawab. Hanya isakan yang terus dia dengar. Luna menatap Flora yang berdiri di sampingnya, seolah meminta bantuan. Sementara Flora hanya menggelengkan kepala, dia pun tidak mengerti apa yang terjadi. Terlebih keadaan rumah yang sangat sepi semakin membuat mereka bingung. Akhirnya mereka membantu Diana untuk duduk di sofa, kemudian Flora mengambilkan air minum dari dapur. Beberapa menit berlalu, setelah Diana tampak lebih tenang, Flora memutuskan untuk kembali.
“Kau sudah meninggalkanku sepuluh tahun, lalu sekarang tiba-tiba kau datang dan berharap aku memanggilmu Ibu? Tidak ada Ibu yang menelantarkan anaknya!”“Reno, stop!” bentak Lucas. “Apa, Ayah? Kau tidak ingat, kau telah menikah lagi dan memiliki istri sekarang? Apa kau sudah gila bermesraan seperti itu dengan wanita lain?” Rahang Reno mengeras, menatap tajam ke arah Lucas yang terus menggenggam tangan Miranda, mantan istrinya. “Reno! Wanita lain ini adalah Ibu kandungmu, jaga ucapanmu! Hormati Ibumu!”Alih-alih senang bisa bertemu kembali dengan Ibu kandungnya, Reno justru merasa aneh dan tak suka melihat kemunculan Miranda, Ibu yang telah meninggalkannya sejak sepuluh tahun lalu. Dan Reno tidak mengerti mengapa dengan mudahnya Lucas menerima kehadiran wanita itu lagi. Dulu Miranda berpisah dengan Lucas dan menelantarkan Reno yang masih berusia 14 tahun demi hidup bersama pria lain. Dan sekarang… saat Lucas telah menikah lagi dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik, mengapa wan
Reno tak dapat menahan diri ketika melihat Luna untuk yang kedua kalinya berlari ke arah kamar mandi sambil membekap mulut. Tanpa memperdulikan kehadiran Diana dan Brian di sana, dia segera menyusul Luna.Wajahnya semakin khawatir saat melihat Luna kembali muntah-muntah.“Sayang, kau baik-baik saja?” tanya Reno dengan cemas. Tubuhnya mendekat dan tanpa ragu mengangkat rambut panjang Luna dan memijat tengkuk wanita itu dengan perlahan.Tak lama, Luna langsung menghindar saat dia sudah memuntahkan semua isi perutnya. Namun, Reno segera menggenggam tangan Luna dan menatap wanita itu dengan serius. “Hei, sebenarnya ada apa denganmu? Ini bukan pertama kalinya kau muntah.”Luna membalas tatapan Ren
Sudah seminggu berlalu. Banyak perubahan terjadi di rumah. Tidak ada lagi kehangatan dan kemesraan antara Diana dan Lucas. Pria yang menikahi ibunya beberapa bulan lalu itu juga jarang pulang ke rumah. Dan yang paling mengiris hati Luna adalah pemandangan Diana yang beberapa hari ini diam-diam sering menangis.Luna tidak bermaksud mengintip, tapi beberapa kali dia tidak sengaja melihat ibunya itu menangis saat meminum teh sendiri di taman atau ketika menonton serial televisi yang tidak beradegan sedih sama sekali. Meski tidak bertanya, Luna tahu ibunya sangat terluka.Entah fakta bahwa dia dan Reno telah menjalin hubungan secara diam-diam atau Lucas yang masih mencintai mantan istrinya. Keduanya sama-sama menyakitkan bagi Diana. Dan hal itu juga berpengaruh dengan perasaan Luna yang tengah mengandung.“Luna, serius berat badanmu berkurang dan wajahmu sangat pucat. Kau harus segera membicarakan kehamilan ini pada Reno dan Ibumu. Kau tidak bisa terus menyembunyikannya. Terlebih sampai s