Pikiran itu membuat Luna panik sesaat. Dia terus diam dan melihat ibunya yang menatap kesana kemari tanpa henti dan itu benar-benar membuat Luna takut. Dengan gugup akhirnya Luna kembali bertanya, “Bu, sebenarnya ada apa?”
“Sepertinya aku sempat melihat Reno masuk ke kamarmu,” jawab Diana yang membuat Luna terkejut. Apakah benar Reno masuk ke kamarnya saat dia tertidur? Astaga, bagaimana jika ibunya curiga terjadi sesuatu diantara mereka?
“Mungkin kau salah lihat, Bu. Untuk apa juga Kak Reno masuk ke kamarku, kan?” ucap Luna tertawa canggung.
“Entahlah, semua hal bisa saja terjadi tanpa kau sangka-sangka, Luna.” Saat itu juga, tawa Luna lenyap begitu saja. Dia tampak tegang mendengar ucapan ibunya.
“Reno, kau dari mana?” Sebuah suara menghentikan langkah Reno. Pria itu berbalik dan terkejut ketika melihat Diana. Ternyata ibu tirinya itu masih berada di lantai dua.Reno menelan salivanya. Berusaha menetralkan kegugupan yang tiba-tiba melanda. “Dari ruang kerja, Bu. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, dan sekarang aku mau pulang ke apartemen. Kenapa Ibu belum tidur?”“Begitukah?” Diana mengangkat sebelah alisnya, matanya menatap lekat ke arah Reno. “Ibu belum bisa tidur. Jadi, daripada mengganggu tidur Ayahmu, Ibu membaca buku disini. Ibu kira kau akan menginap.”“Tidak, Bu. Besok aku ada meeting pagi di kantor, lebih baik aku pulang sekarang.”“Baiklah. Kalau begitu hati-hati,” ujar Diana. Reno hanya mengangguk, kemudian berjalan menuruni tangga. Jika Reno merasa sedikit lega karena Diana tidak bertanya lebih atau tampak curiga padanya, hal berbeda justru dirasakan wanita paruh baya it
“Ibu…” Luna segera bersimpuh dan memeluk tubuh Diana. Wanita paruh baya itu semakin terisak saat berada dalam dekapan putrinya. “Ada apa, Bu? Kenapa Ibu menangis?” tanya Luna dengan khawatir. Diana menatap Luna dengan pandangan yang berbeda. Luna tidak tahu apa arti tatapan ibunya, yang dia tahu Diana tampak sangat hancur. Tatapan itu sama seperti tatapan 15 tahun lalu, saat ayah kandungnya pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. “Ibu, ada apa denganmu? Dimana Ayah?” Luna kembali bertanya, namun Diana tak kunjung menjawab. Hanya isakan yang terus dia dengar. Luna menatap Flora yang berdiri di sampingnya, seolah meminta bantuan. Sementara Flora hanya menggelengkan kepala, dia pun tidak mengerti apa yang terjadi. Terlebih keadaan rumah yang sangat sepi semakin membuat mereka bingung. Akhirnya mereka membantu Diana untuk duduk di sofa, kemudian Flora mengambilkan air minum dari dapur. Beberapa menit berlalu, setelah Diana tampak lebih tenang, Flora memutuskan untuk kembali.
“Kau sudah meninggalkanku sepuluh tahun, lalu sekarang tiba-tiba kau datang dan berharap aku memanggilmu Ibu? Tidak ada Ibu yang menelantarkan anaknya!”“Reno, stop!” bentak Lucas. “Apa, Ayah? Kau tidak ingat, kau telah menikah lagi dan memiliki istri sekarang? Apa kau sudah gila bermesraan seperti itu dengan wanita lain?” Rahang Reno mengeras, menatap tajam ke arah Lucas yang terus menggenggam tangan Miranda, mantan istrinya. “Reno! Wanita lain ini adalah Ibu kandungmu, jaga ucapanmu! Hormati Ibumu!”Alih-alih senang bisa bertemu kembali dengan Ibu kandungnya, Reno justru merasa aneh dan tak suka melihat kemunculan Miranda, Ibu yang telah meninggalkannya sejak sepuluh tahun lalu. Dan Reno tidak mengerti mengapa dengan mudahnya Lucas menerima kehadiran wanita itu lagi. Dulu Miranda berpisah dengan Lucas dan menelantarkan Reno yang masih berusia 14 tahun demi hidup bersama pria lain. Dan sekarang… saat Lucas telah menikah lagi dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik, mengapa wan
Reno tak dapat menahan diri ketika melihat Luna untuk yang kedua kalinya berlari ke arah kamar mandi sambil membekap mulut. Tanpa memperdulikan kehadiran Diana dan Brian di sana, dia segera menyusul Luna.Wajahnya semakin khawatir saat melihat Luna kembali muntah-muntah.“Sayang, kau baik-baik saja?” tanya Reno dengan cemas. Tubuhnya mendekat dan tanpa ragu mengangkat rambut panjang Luna dan memijat tengkuk wanita itu dengan perlahan.Tak lama, Luna langsung menghindar saat dia sudah memuntahkan semua isi perutnya. Namun, Reno segera menggenggam tangan Luna dan menatap wanita itu dengan serius. “Hei, sebenarnya ada apa denganmu? Ini bukan pertama kalinya kau muntah.”Luna membalas tatapan Ren
Sudah seminggu berlalu. Banyak perubahan terjadi di rumah. Tidak ada lagi kehangatan dan kemesraan antara Diana dan Lucas. Pria yang menikahi ibunya beberapa bulan lalu itu juga jarang pulang ke rumah. Dan yang paling mengiris hati Luna adalah pemandangan Diana yang beberapa hari ini diam-diam sering menangis.Luna tidak bermaksud mengintip, tapi beberapa kali dia tidak sengaja melihat ibunya itu menangis saat meminum teh sendiri di taman atau ketika menonton serial televisi yang tidak beradegan sedih sama sekali. Meski tidak bertanya, Luna tahu ibunya sangat terluka.Entah fakta bahwa dia dan Reno telah menjalin hubungan secara diam-diam atau Lucas yang masih mencintai mantan istrinya. Keduanya sama-sama menyakitkan bagi Diana. Dan hal itu juga berpengaruh dengan perasaan Luna yang tengah mengandung.“Luna, serius berat badanmu berkurang dan wajahmu sangat pucat. Kau harus segera membicarakan kehamilan ini pada Reno dan Ibumu. Kau tidak bisa terus menyembunyikannya. Terlebih sampai s
Reno menggigit bibir. Jarinya berulang kali mengetik pesan, tapi berulang kali juga dihapusnya. Pesan Luna telah ia baca. Jujur, ia pun merasakan kerinduan yang besar pada kekasih hatinya itu. Tapi, Reno telah berjanji untuk menjauhi Luna. Tidak melepas dan memutus hubungan mereka, hanya menjaga jarak untuk sementara waktu. Dan itulah alasan mengapa dia memilih pergi ke luar kota beberapa hari, mengurus pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk ia turun tangan sendiri, Reno hanya mencari alasan dan pelarian agar dia tidak nekat menemui Luna dengan alasan rindu. Fakta lainnya… dia sudah pulang dan berada di apartemennya sekarang.Setelah berpikir panjang, akhirnya Reno membalas tanpa memberi sebuah kepastian.[Aku akan menghubungimu jika aku jadi pulang lusa, masih banyak hal yang perlu aku urus disini.]Reno menghela napas panjang karena dia terpaksa berbohong pada Luna. “Maafkan aku, Sayang. Aku juga sangat merindukanmu,” gumam Reno sambil mengusap foto Luna yang ada di
Tidak pernah dalam beberapa hari terakhir, Luna terbangun dengan perasaan bahagia. Tapi hari ini, dia tersenyum saat bangun tidur, mandi dalam waktu singkat, dan mengenakan dress berwarna cerah. Dia begitu semangat hari ini. Bagaimana tidak? Setelah menerima balasan pesan Reno yang tidak memberi kepastian dua hari lalu. Semalam, pria itu kembali mengirim pesan singkat padanya, bahwa mereka jadi bertemu hari ini dan Reno akan menjemputnya sepulang kuliah. Meski Luna sedikit gugup, mengingat dia akan memberitahu Reno mengenai kehamilannya hari ini, Luna tetap bersemangat, karena dia tahu Reno mencintainya dan tidak akan meninggalkannya. “Kira-kira bagaimana respon Ayahmu jika mengetahui kau berada dalam perut Ibu sekarang?” gumam Luna yang terkekeh kecil sambil mengusap perutnya yang masih datar. Sedikit geli menyematkan panggilan Ibu dan Ayah itu, tapi dia harus terbiasa, bukan? Dengan segala kesenangan itu, Luna tersenyum saat turun dari anak tangga. Diana dan Lucas ternyat
“Aku sangat merindukanmu, Reno. Aku sangat rindu.” Berulang-ulang kalimat rindu terlontar dari bibir Luna. Hatinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Reno. Entah memang karena lama tak bertemu, atau janin dalam perutnya yang selalu ingin dekat dengan sang ayah membuat Luna terus bergelayut manja di samping Reno. Tidak peduli pria itu tengah menyetir, Luna senang bisa sedekat ini, karena dia bisa mencium wangi aroma tubuh Reno dengan puas.“Ya Tuhan, kau tidak tahu bagaimana aku menjalani hari-hari penuh siksaan karena merindukanmu sejak kemarin, Sayang.” Reno mengecup punggung tangan Luna yang berada dalam genggaman sebelah tangannya. Berharap dia tidak sedang menyetir dan bisa mencium bibir Luna lagi.“Apakah malam itu Ibu menyuruhmu menjauhiku?” tanya Luna, tiba-tiba gurat kesedihan hadir di wajahnya membuat Reno menghela napas.“Ya,” jawab Reno. “Wajar Ibu bereaksi begitu. Setidaknya dia tidak memaksaku untuk melupakanmu.”“Ya Tuhan, Reno…” Erang Luna sambil memeluk Reno l