Suara Jessie membuat Reno melepas pelukannya di tubuh Luna dan berbalik. Jessie muncul bertepatan dengan mereka yang telah selesai berciuman.“Ada apa, Jess?” tanya Reno dengan wajah yang datar. Jessie menatap Luna yang berdiri beberapa jarak dari Reno, wanita itu tampak tidak memperdulikan kehadirannya dan sibuk mencuci tangan, padahal dia sudah mencuci tangan sebelum Jessie dan Reno datang. Dia hanya malas bertatapan dengan Jessie. “Aku mencarimu di kamar dan ruang kerja, ternyata kau di sini.” Jessie berjalan mendekati Reno. “Kenapa kau mencariku? Mata Jessie lagi-lagi melirik ke arah Luna, sebelum menjawab pertanyaan Reno. “Tanganku terluka, aku ingin bertanya apa kau tahu dimana letak kotak P3K?”Reno menatap tangan Jessie yang memang mengeluarkan darah. “Ada apa dengan tanganmu?”“Tidak sengaja terluka… ceroboh.” Jessie terkekeh kecil. “Jadi, apa kau tahu? Semua sudah tidur, beruntung kau masih bangun.” Lalu melirik Luna yang kini berbalik hendak pergi dari sana. “Dan… terny
Luna terkejut ketika Diana masuk ke kamarnya dan mengatakan jika Brian telah datang menjemputnya. Ini bahkan baru jam enam sore, kenapa pria itu bersemangat sekali?“Kenapa kau tidak bilang pada Ibu jika sedang dekat dengan seseorang?” goda Diana tersenyum senang. “Cepatlah, dia menunggu di bawah. Sedang bicara dengan Ayahmu.”Sebelum Luna sempat menjawab godaan Diana dan menjelaskan semuanya, ibunya itu sudah turun ke lantai bawah, membuat Luna berdecak kesal, pasti sekarang orang tuanya sudah berpikir yang macam-macam dan dia tak suka dengan pemikiran itu.Setelah bersiap, Luna turun ke lantai bawah dan mendapati Brian tengah duduk bercengkrama dengan orang tuanya. Mereka terlihat akrab dan sangat menerima kehadiran Brian.“Oh, itu dia. Putriku sudah cantik!” seru Lucas yang membuat semua mata menoleh pada Luna.Ketika Luna mendekat, Brian berdiri, menatap penuh kekaguman, kemudian menunduk hormat pada Lucas dan Diana. “Paman dan Tante, sekali lagi terima kasih telah memberi izin. K
Luna segera memasukkan password begitu sampai di depan unit apartemen Reno. Saat pintu terbuka Luna mendapati lantai kotor dengan botol dan minuman beralkohol yang tumpah. Sejauh ini Reno yang Luna kenal sangat jarang minum, bukan berarti pria itu tak menyukainya, hanya saja Reno termasuk orang yang minum disaat-saat tertentu saja.“Reno…” Mata Luna menyusuri apartemen Reno, hingga langkahnya berhenti di depan ruang gym. Suara pukulan bertubi-tubi datang dari sana, membuat Luna menoleh dan mendapati Reno yang tengah memukul samsak tinju dengan sangat menggebu. Tak jauh dari sana juga terdapat satu botol tequila yang airnya telah habis setengah. Apa pria itu sudah gila berolahraga setelah mabuk? Luna menghela napas, jantungnya berdegup kencang seiring kakinya melangkah mendekat. “Reno…” panggil Luna, namun Reno tak menghiraukannya. “Reno, berhenti!” Kali ini Luna berteriak agar Reno mendengar. Tapi, pria itu terus mengabaikan kehadirannya. . Tak punya pilihan, Luna mendekat dan be
Ketika bibir Reno melumat bibirnya, Luna merasa semua beban di hatinya terangkat, semua rasa takut dan gugupnya hilang, yang tersisa hanya keinginan untuk menunjukkan seberapa besar cintanya pada pria itu. Jadi Luna melingkarkan tangannya di leher Reno, menekan tengkuk pria itu untuk memperdalam ciuman mereka.Namun, tiba-tiba Reno melepas ciuman begitu juga tubuhnya. Luna merasa dingin seketika, kehangatannya menghilang.“Apa kau masih marah padaku, Reno?” tanya Luna dan Reno menggelengkan kepalanya. “Kesal karena aku menamparmu? Reno… aku minta maaf, aku tidak bermaksud melakukan itu. Ak-”Reno menggelengkan kepalanya lagi. “Kau tidak perlu minta maaf soal itu. Kau pantas melakukannya. Maaf karena aku sangat kasar padamu tadi. Maaf, aku bodoh karena terbawa emosi, Sayang.”Luna tersenyum tipis. Setidaknya dia tahu amarah Reno telah meredam dan pria itu kembali memanggilnya dengan sebutan sayang. “Jika kau tidak marah padaku, lalu apa tadi?” tanyanya dengan lembut.“Aku cemburu pada
Reno terbangun dengan perasaan bahagia karena saat ia membuka mata, wajah Luna adalah hal pertama yang dia lihat. Wanita itu masih terpejam dalam dekapannya. Tubuh polos keduanya saling memberi kehangatan. Reno mengelus pipi Luna lembut. Namun, wanita itu tak terusik sama sekali, Luna terlalu lelah setelah menghabiskan malam panas bersamanya. Jari Reno berhenti di bibir Luna yang sedikit bengkak karena ulahnya semalam. Entah mengapa gairahnya begitu cepat naik saat bersama Luna. Beruntung hari ini weekend, jadi dia bisa bebas bermalas-malasan memeluk Luna sepanjang hari. “Maafkan aku yang sempat berpikir bodoh untuk melepaskanmu, Sayang. Setelah aku pikir-pikir, aku lebih baik membawamu pergi sejauh mungkin daripada melihatmu bersama pria lain. Aku pasti sudah gila,” gumam Reno. Rasa bersalah menyelimuti jika mengingat sikap kasar dan pikiran bodohnya semalam. Namun, keindahan paginya tiba-tiba terusik karena deringan ponsel. Reno mengambil ponselnya di atas nakas dan melihat sia
Diana terdiam menatap tas ditangannya, kepalanya menggeleng. “Tidak mungkin ini tas Luna, bisa saja milik wanita lain,” gumamnya. Toh tas seperti itu memang banyak dimiliki wanita, tapi yang membuat Diana bertanya-tanya, kenapa ada tas wanita disini? Di ruang gym Reno? Semakin penasaran, Diana pun berpikir untuk membuka tas dan melihat isinya, terlebih tas itu tidak tertutup, jadi dia bisa melihat isinya walau tidak secara pasti. Tangannya bergerak ingin mengambil sesuatu di dalamnya, namun tiba-tiba suara pertikaian Lucas dan Reno menghentikan niatannya. “Kau benar-benar kelewatan, Ayah! Aku tidak akan datang!” Suara tinggi Reno di luar terdengar dan membuat pikiran Diana teralih, dia pun meninggalkan tas itu di atas kursi yang ada di ruang gym, kemudian bergegas menghampiri Reno dan Lucas. “Sampai kapan kau akan terus menghindar, Reno? Ini hanya makan malam keluarga, walau bagaimanapun hubungan kita dan keluarga Jessie harus terus terjalin. Aku tidak mau tahu, jangan membuatku m
Luna baru pulang ke rumah saat hari menjelang sore, dia dan Reno sama-sama tegang dan khawatir, jadi mereka memutuskan untuk menenangkan diri dengan menonton film berdua dan cuddle. Setelah perbincangan serius, mereka sepakat untuk tidak membahas soal hubungan dan hanya menikmati sisa waktu berdua hari ini.“Kau baru pulang, Luna?” Tiba-tiba suara Diana menghentikan langkahnya yang akan menaiki tangga ke lantai dua.“Ya, Bu. Maaf, tadi aku sekalian mengerjakan tugas kelompok di rumah Flora,” jawab Luna yang lagi-lagi berbohong pada ibunya.Diana menatap lekat putrinya. Luna masih mengenakan dress yang sama saat dia pergi bersama Brian semalam, kemudian tatapan Diana jatuh pada tas dan heels yang dikenakan putrinya.
Reno menatap Jessie tak percaya. Jelas Jessie sengaja bertanya begitu untuk menyudutkannya. Dia tidak tahu apa Jessie mulai mencurigai kedekatannya dengan Luna atau hanya tahu jika dia mencintai wanita lain yang entah siapa. Tapi, yang pasti Reno tidak mungkin berkata yang sebenarnya saat ini. Dia tidak mau orang tuanya menaruh curiga sedikitpun padanya dan Luna.“Jess, aku rasa pertanyaanmu berlebihan. Seperti yang kau lihat, aku masih sendiri sampai saat ini.” Kemudian Reno menatap orang tua Jessie dan orang tuanya. “Jika kalian memang ingin aku bertunangan dengan Jessie, biarkan aku mengenalnya dulu. I mean… secara personal. Jangan menyuruh dan memaksaku untuk buru-buru meresmikan hubungan, jujur itu sangat mengganggu,” ujar Reno menggelengkan kepala.“Apanya yang buru-buru, Reno? Kau dan