*Happy Reading*William mengerang saat kesadarannya mulai pulih, ia mengangkat tangan dan memijit pelipisnya karena rasa pening yang mendera. Posisinya saat ini tidur di atas ranjang dengan posisi telungkup, wajahnya menoleh ke arah jendela besar. Pria itu masih belum menyadari di mana keberadaannya saat ini."Akh ... kepalaku," gumam William sambil berusaha bangun dari tidur, lalu menyenderkan punggung pada sandaran ranjang. Ia tidak tahu jam berapa sekarang. Sebab tak menemukan ada jam di mana-mana. Memijat kepalanya lagi beberapa saat, sedikit demi sedikit ingatannya yang semalam mulai berlomba mengingatkan William. Terperanjat kaget, perlahan William melirik ke arah kirinya. Jantungnya seolah akan meloncat saat menemukan seseorang yang tertutup selimut. Posisinya yang membelakangi William membuatnya tak bis melihat rupa orang tersebut. Hanya bagian rambut yang bisa ia lihat. Akan tetapi, dari sana juga William yakin jika orang itu adalah perempuan karena rambut tersebut lumayan p
*Happy Reading*Beberapa jam sebelumnya ....Selepas William pergi, Navisha masih terduduk sambil menatap kosong. Kesendirian membuatnya teringat pada kesedihan yang masih melingkupi hatinya. Menarik kaki ke atas kursi yang ia duduki, Navisha mulai menangis kembali sambil membenamkan wajah. Sejujur, ia sudah tidak ingin tinggal di sana. Terlalu banyak kenangan tentang sang putri yang melekat. Ia meminta pisah juga karena ingin keluar dari sana. Rasanya hatinya masih berparut luka tiap kali teringat kepergian sang putri. Entah berapa lama Navisha menangis sendiri. Yang pasti, kegiatannya itu tiba-tiba terinterupsi oleh ketukan pintu yang berupa gedoran. Awalnya, Navisha ingin mengabaikan saja. Namun, sang pelaku penggedoran terus menerus mengganggu. Takut mengganggu tetangga sebelah apartement. Navisha pun beranjak dan mengintip sejenak siapa tamu yang mengganggu kesendiriannya. "Itu kan ...." gumam Navisha mengenali sang tamu. Kalau tidak salah, dia yang menyelamatkan Angel tempo h
~Amih Lilis~"Jelaskan. Bagaimana kau tahu aku di sini dan sedang di jebak Cheryl?" tanya William tanpa tedeng aling-aling pada Frans. "Ck, sebelumnya bisa tolong naikan resleting celanamu? Punyamu membuatku gagal fokus," sahut Frans santai sambil memberi kode dengan dagunya ke arah celana William yang memang lupa belum sempat di naikan sletingnya. William berdecak kesal, lalu menuruti titah Frans. "Gagal fokus, apa? Aku masih pakai celana dalam, kan? Lebih dari itu, memang kau penyuka batangan, Frans?" tanya William curiga. "Aku gagal fokus bukan karena menyukai batanganmu, Will. Tapi miris saja sama ukurannya," jawab Frans ambigu. "Sial! Jangan asal menilai, kau. Ini dia masih anteng saja, makanya imut begini. Kalau udah bangun juga gagah," ungkap William dengan jumawa. Frans menaikan bahu acuh, "Mau segagah apa pun, aku tetap tidak akan tertarik. Aku masih normal.""Apalagi aku," dengkus William kasar. "Sudahlah, jangan bahas itu lagi. Kita kembali ke topik utama. Jawab pertan
~Amih Lilis~"Pak Willi?"William yang baru saja sampai menyelesaikan administrasi hotel tempat mereka menginap pun, sontak menolehkan kepala saat mendengar namanya di panggil seseorang. "Loh, Pak Robby?" sambut William kemudian, yang mengenali si pemanggil. Dia adalah salah satu rekan bisnisnya. "Wah, ternyata benar ini Pak Willi, saya kirain siapa tadi." Kedua pria itu pun berjabat tangan dengan akrab. "Padahal tadinya saya ragu, loh. Soalnya bapak terlihat tidak seperti biasanya."Tidak seperti biasanya yang Pak Robby sebutkan tadi pasti pakaiannya. Karena biasanya mereka bertemu hanya dalam jamuan bisnis. Tentu saja saat itu William akan berpakaian formal. Sementara saat ini, dia berpakaian kasual. "Saya sedang cuti, Pak. Makanya ya ... beginilah." William beralaskan. "Oh, begitu," gumam Pak Robby. "Tapi cuti apa nih Pak kalau boleh tahu. Kok bisa sampai ada di hotel begini?" Pak Robby mulai kepo. "Biasalah, Pak. Quality time sama istri," balas William santai."Istri?" beo Pa
*Happy Reading*"Will--""Sebentar," sela William cepat, sebelum mengambil jarak untuk menelepon seseorang. Navisha menunggu William sambil duduk kembali pada sofa di lobby hotel. Kebetulan Farell juga belum datang untuk menjemput mereka. "Bagaimana?" tuntut Navisha setelah William kembali lagi menghampirinya. Pria itu menghela nafas panjang sebelumnya, "Reinan bilang, kabar itu benar adanya."Oh, jadi tadi dia menelepon Reinan. Navisha kira tadinya William langsung menghubungi balik kakeknya. Ternyata, yang dia hubungi malah sahabatnya. "Nav?" panggil William tiba-tiba dengan raut wajah sendu."Ya?""Aku harus pulang untuk menjenguk nenek."Navisha mengangguk mengerti. "Iya, pulang saja. Aku gak papa, kok.""Aku ingin kamu ikut, Nav. Mau kan?"Degh!Navisha pun seketika menegang. Kiranya tadi William hanya ingin meminta ijin saja. Ternyata justru malah ingin mengajaknya. Lalu, bagaimana ini? Jujur saja, Navisha belum siap jika harus bertemu kakek dan neneknya William saat ini. Te
*Happy Reading*"Sudahlah, Kek! Berhenti menekanku kalau tidak ingin semakin ku bongkar kejahatanmu di depan anak dan cucumu yang lain. Harus kakek tahu, aku ... sudah tahu semua yang terjadi pada kedua orang tuaku dan mempunyai bukti-buktinya. Jadi, mudah bagiku jika ingin menjatuhkan Kakek, bahkan menggiringmu ke penjara sekalipun!" William menekankan dengan tegas. Membuat sang Kakek sampai tercengang luar biasa dan tak bisa berkata-kata. Mulutnya hanya buka tutup, buka tutup beberapa saat. "Kamu ... kamu ...! Ck, ini semua pasti gara-gara kamu!" Tidak bisa melawan William, si Kakek lalu menuding ke arah Navisha dengan sinis. "Pasti kamu, kan, yang sudah mencuci otak cucu saya, hingga dia jadi durhaka seperti ini? Dasar wanita sialan!"Apa-apaan? Kenapa jadi Navisha yang disalahkan. Padahal, ia tahu saja tidak apa maksud William. Kenapa malah jadi dituduh-tuduh begini?"Jangan mencari kambing hitam, Kek. Istriku tidak tahu menahu masalah kita!" Melihat sanf pujaan kena tudingan ta
*Happy Reading*"Kita pulang!" Setelah melihat photo yang di tunjukan Billa, William langsung me-manuver langkahnya. Masih setia dengan tautan tangannya dengan Navisha, William menarik wanita itu agar mengikuti langkahnya. "Loh, loh, Liam. Kamu mau ke mana?" seru Billa bingung. Namun, William mengabaikannya. Bukan hanya Billa, bahkan seruan kakek dan lainnya pun turut diindahkan pria itu. Dengan langkah tegas sang pewaris tahta keluarga Arsenio itu membawa Navisha menjauhi tempat tersebut. "Will, ada apa? Kenapa--""Masuk!" William bahkan memaksa Navisha segera masuk ke dalam mobilnya. Meski begitu, tetap menjaga kepala wanita itu agar tidak sampai terantuk bingkai pintu mobil bagian atas. Setelah memastikan Navisha sudah duduk aman, serta memakai seatbelt-nya. William menutup pintu dan berlari memutari mobil."Will? Kenapa kita gak jadi masuk tadi?" cecar Navisha setelah mobil mulai melaju menjauh dari area rumah sakit tempat sang nenek di rawat. "Nanti saja," jawabnya singkat.
*Happy Reading*Sebuah kantor agency modeling kenamaan dibuat heboh pagi ini, dengan beberapa postingan photo dan sebuah video syur seorang model papan atas di situs web mereka. Bukan hanya situs komersil saja, tapi sampai situs resmi yang terhubung dengan petinggi-petinggi kantor tersebut. Semua orang mendadak sibuk pagi ini. Ketar-ketir menghadapi amukan para bos akan postingan tersebut, juga para netizen yang memang maha julid. Web mereka di retas seseorang! Itu sudah jelas. Akan tetapi siapa pelakunya. Tim IT kantor tersebut kesulitan melacak. Jangankan menemukan, yang ada saat mereka melacak alamat pengirim tersebut, mereka malah mendapatkan virus yang malah menghancurkan data mereka. Itulah yang membuat para petinggi makin murka. Mereka mengalami kerugian besar karena hal itu. Dan satu nama yang kini menjadi sasaran amukan semua orang. Itu adalah Cheryl Adeline. Model yang biasanya menjadi kebanggaan, kini malah menjadi sasaran amukan karena aib yang terkuak ke publik. [Aku s