*Happy Reading*Beberapa jam sebelumnya ....Selepas William pergi, Navisha masih terduduk sambil menatap kosong. Kesendirian membuatnya teringat pada kesedihan yang masih melingkupi hatinya. Menarik kaki ke atas kursi yang ia duduki, Navisha mulai menangis kembali sambil membenamkan wajah. Sejujur, ia sudah tidak ingin tinggal di sana. Terlalu banyak kenangan tentang sang putri yang melekat. Ia meminta pisah juga karena ingin keluar dari sana. Rasanya hatinya masih berparut luka tiap kali teringat kepergian sang putri. Entah berapa lama Navisha menangis sendiri. Yang pasti, kegiatannya itu tiba-tiba terinterupsi oleh ketukan pintu yang berupa gedoran. Awalnya, Navisha ingin mengabaikan saja. Namun, sang pelaku penggedoran terus menerus mengganggu. Takut mengganggu tetangga sebelah apartement. Navisha pun beranjak dan mengintip sejenak siapa tamu yang mengganggu kesendiriannya. "Itu kan ...." gumam Navisha mengenali sang tamu. Kalau tidak salah, dia yang menyelamatkan Angel tempo h
~Amih Lilis~"Jelaskan. Bagaimana kau tahu aku di sini dan sedang di jebak Cheryl?" tanya William tanpa tedeng aling-aling pada Frans. "Ck, sebelumnya bisa tolong naikan resleting celanamu? Punyamu membuatku gagal fokus," sahut Frans santai sambil memberi kode dengan dagunya ke arah celana William yang memang lupa belum sempat di naikan sletingnya. William berdecak kesal, lalu menuruti titah Frans. "Gagal fokus, apa? Aku masih pakai celana dalam, kan? Lebih dari itu, memang kau penyuka batangan, Frans?" tanya William curiga. "Aku gagal fokus bukan karena menyukai batanganmu, Will. Tapi miris saja sama ukurannya," jawab Frans ambigu. "Sial! Jangan asal menilai, kau. Ini dia masih anteng saja, makanya imut begini. Kalau udah bangun juga gagah," ungkap William dengan jumawa. Frans menaikan bahu acuh, "Mau segagah apa pun, aku tetap tidak akan tertarik. Aku masih normal.""Apalagi aku," dengkus William kasar. "Sudahlah, jangan bahas itu lagi. Kita kembali ke topik utama. Jawab pertan
~Amih Lilis~"Pak Willi?"William yang baru saja sampai menyelesaikan administrasi hotel tempat mereka menginap pun, sontak menolehkan kepala saat mendengar namanya di panggil seseorang. "Loh, Pak Robby?" sambut William kemudian, yang mengenali si pemanggil. Dia adalah salah satu rekan bisnisnya. "Wah, ternyata benar ini Pak Willi, saya kirain siapa tadi." Kedua pria itu pun berjabat tangan dengan akrab. "Padahal tadinya saya ragu, loh. Soalnya bapak terlihat tidak seperti biasanya."Tidak seperti biasanya yang Pak Robby sebutkan tadi pasti pakaiannya. Karena biasanya mereka bertemu hanya dalam jamuan bisnis. Tentu saja saat itu William akan berpakaian formal. Sementara saat ini, dia berpakaian kasual. "Saya sedang cuti, Pak. Makanya ya ... beginilah." William beralaskan. "Oh, begitu," gumam Pak Robby. "Tapi cuti apa nih Pak kalau boleh tahu. Kok bisa sampai ada di hotel begini?" Pak Robby mulai kepo. "Biasalah, Pak. Quality time sama istri," balas William santai."Istri?" beo Pa
*Happy Reading*"Will--""Sebentar," sela William cepat, sebelum mengambil jarak untuk menelepon seseorang. Navisha menunggu William sambil duduk kembali pada sofa di lobby hotel. Kebetulan Farell juga belum datang untuk menjemput mereka. "Bagaimana?" tuntut Navisha setelah William kembali lagi menghampirinya. Pria itu menghela nafas panjang sebelumnya, "Reinan bilang, kabar itu benar adanya."Oh, jadi tadi dia menelepon Reinan. Navisha kira tadinya William langsung menghubungi balik kakeknya. Ternyata, yang dia hubungi malah sahabatnya. "Nav?" panggil William tiba-tiba dengan raut wajah sendu."Ya?""Aku harus pulang untuk menjenguk nenek."Navisha mengangguk mengerti. "Iya, pulang saja. Aku gak papa, kok.""Aku ingin kamu ikut, Nav. Mau kan?"Degh!Navisha pun seketika menegang. Kiranya tadi William hanya ingin meminta ijin saja. Ternyata justru malah ingin mengajaknya. Lalu, bagaimana ini? Jujur saja, Navisha belum siap jika harus bertemu kakek dan neneknya William saat ini. Te
*Happy Reading*"Sudahlah, Kek! Berhenti menekanku kalau tidak ingin semakin ku bongkar kejahatanmu di depan anak dan cucumu yang lain. Harus kakek tahu, aku ... sudah tahu semua yang terjadi pada kedua orang tuaku dan mempunyai bukti-buktinya. Jadi, mudah bagiku jika ingin menjatuhkan Kakek, bahkan menggiringmu ke penjara sekalipun!" William menekankan dengan tegas. Membuat sang Kakek sampai tercengang luar biasa dan tak bisa berkata-kata. Mulutnya hanya buka tutup, buka tutup beberapa saat. "Kamu ... kamu ...! Ck, ini semua pasti gara-gara kamu!" Tidak bisa melawan William, si Kakek lalu menuding ke arah Navisha dengan sinis. "Pasti kamu, kan, yang sudah mencuci otak cucu saya, hingga dia jadi durhaka seperti ini? Dasar wanita sialan!"Apa-apaan? Kenapa jadi Navisha yang disalahkan. Padahal, ia tahu saja tidak apa maksud William. Kenapa malah jadi dituduh-tuduh begini?"Jangan mencari kambing hitam, Kek. Istriku tidak tahu menahu masalah kita!" Melihat sanf pujaan kena tudingan ta
*Happy Reading*"Kita pulang!" Setelah melihat photo yang di tunjukan Billa, William langsung me-manuver langkahnya. Masih setia dengan tautan tangannya dengan Navisha, William menarik wanita itu agar mengikuti langkahnya. "Loh, loh, Liam. Kamu mau ke mana?" seru Billa bingung. Namun, William mengabaikannya. Bukan hanya Billa, bahkan seruan kakek dan lainnya pun turut diindahkan pria itu. Dengan langkah tegas sang pewaris tahta keluarga Arsenio itu membawa Navisha menjauhi tempat tersebut. "Will, ada apa? Kenapa--""Masuk!" William bahkan memaksa Navisha segera masuk ke dalam mobilnya. Meski begitu, tetap menjaga kepala wanita itu agar tidak sampai terantuk bingkai pintu mobil bagian atas. Setelah memastikan Navisha sudah duduk aman, serta memakai seatbelt-nya. William menutup pintu dan berlari memutari mobil."Will? Kenapa kita gak jadi masuk tadi?" cecar Navisha setelah mobil mulai melaju menjauh dari area rumah sakit tempat sang nenek di rawat. "Nanti saja," jawabnya singkat.
*Happy Reading*Sebuah kantor agency modeling kenamaan dibuat heboh pagi ini, dengan beberapa postingan photo dan sebuah video syur seorang model papan atas di situs web mereka. Bukan hanya situs komersil saja, tapi sampai situs resmi yang terhubung dengan petinggi-petinggi kantor tersebut. Semua orang mendadak sibuk pagi ini. Ketar-ketir menghadapi amukan para bos akan postingan tersebut, juga para netizen yang memang maha julid. Web mereka di retas seseorang! Itu sudah jelas. Akan tetapi siapa pelakunya. Tim IT kantor tersebut kesulitan melacak. Jangankan menemukan, yang ada saat mereka melacak alamat pengirim tersebut, mereka malah mendapatkan virus yang malah menghancurkan data mereka. Itulah yang membuat para petinggi makin murka. Mereka mengalami kerugian besar karena hal itu. Dan satu nama yang kini menjadi sasaran amukan semua orang. Itu adalah Cheryl Adeline. Model yang biasanya menjadi kebanggaan, kini malah menjadi sasaran amukan karena aib yang terkuak ke publik. [Aku s
*Happy Reading*Sebenarnya, Navisha kurang nyaman tinggal di rumah William ini. Bukan, bukan karena rumah ini kurang besar atau apa. Hanya saja, ada beberapa sudut di rumah ini seperti secara otomatis mengingatkan Navisha akan rasa sakit hatinya di masa lalu. Contohnya saja dapur, ruang tamu, ruang televisi, kolam renang, taman belakang dan samping rumah. Beberapa kenangan menyakitkan pernah William torehkan di beberapa tempat itu.Rumah ini sedikit banyak telah menjadi saksi bagaimana dulu Navisha berdarah-darah mengemis perhatian William. Akan tetapi selalu di abaikan. Bahkan, tak jarang William juga melukai hatinya di rumah ini. Mengacuhkan kehadirannya, kue yang di bawa atau dibuatnya dan sengaja memberikannya pada orang lain di depan wajah Navisha sendiri, seolah memang perasaan Navisha tak pernah ada harganya untuk William. Meski pria itu mengaku ternyata terpaksa melakukannya. Tetap saja, sakitnya masih terasa hingga kini. Ya, kini! Saat Navisha kembali melihat tempat-tempat i
*Happy Reading*"Adek lagi apa?""Gambal""Gambar apa?"Bocah dua tahun itu pun menatap sang ibu sejenak, lalu mengarahkan jari telunjuk mungilnya ke arah gambar yang ia buat di sebuah batu di dekat sebuah nisan. "Ini Papa, ini Atta, ini Mama, ini tata," terangnya dengan riang dan bahasa yang belum sempurna, memperkenalkan satu persatu gambar abstrak yang ia buat. "Badus nda Mah, gambal adek?"Bagus. Adek pintar, ya?" Senyum sang anak lelaki itu pun semakin lebar dengan mata yang berbinar indah. "Tata nanti cuka nda?""Pasti suka.""Yeaayy! Adek mau tambah buna uat tata."Bocah dua tahun itu semakin semangat membuat gambar dengan crayon yang sengaja ia bawa dari rumah, di dekat nisan yang bertuliskan nama 'Angel'.Ya! Anak dan ibu itu adalah Navisha dan anaknya dengan William, yang sebentar lagi berusia dua tahun. Namanya Attala Malik Arsenio. Navisha tersenyum bahagia melihat keriangan sang anak. Lalu melirik nisan putrinya yang kini sudah tidak suram. Banyak gambar-gambar lucu y
*Happy Reading*"Kamu yakin akan hadir?"William melirik perut Navisha yang semakin membuncit. Usia kandungan istrinya kini telah menginjak sembilan bulan. William sangat khawatir, tapi istrinya ini sangat keras kepala dengan bersikukuh ingin menghadiri pernikahan Aida, salah satu rekan kokinya di cafe. Navisha yang sedang mematut diri di cermin menoleh. Mengangguk yakin penuh semangat. "Sangat yakin!"Navisha kembali mengalihkan tatapannya ada cermin dan mengambil lipmate warna nude yang amat ia suka. Wanita hamil itu memang dari dulu tidak suka memakai apa pun yang berwarna mencolok. "Sebagai ketua tim, aku harus hadir, Will. Apalagi Aida mengundang langsung aku waktu itu. Jadi nggak enak kalau sampai gak datang," terang Navisha lagi setelah polesan di bibirnya sempurna. "Tapi kandungan kamu--""Aku gak papa, Will. Percayalah!"Kehamilan memang membuat Navisha keras kepala. Semakin di larang, pasti akan semakin berontak. Entahlah, mungkin karena bawaan bayi mereka yang katanya be
*Happy Reading*"Jadi, berapa usianya?" tanya William sambil mengusap sayang perut Navisha yang sebenarnya masih rata. Saat ini mereka sudah berbaring berdua di atas brankar tempat William. Setelah tadi William langsung memeluk dan menghujani wajahnya dengan ciuman sekembalinya Navisha mencari seorang cleaning service untuk membersihkan muntahan William. Navisha sampai harus mencubit kengan William saking malunya pada si CS. Suaminya ini kalau skinship gak tahu tempat. Navisha merasa tak punya muka karena ulahnya. "Aku belum periksa ke dokter. Baru pake alat itu aja." Navisha menjawab seadanya. "Ya udah, besok kita periksa, ya? Aku gak sabar pengen liat dia. Kira-kira dia jagoan atau princess, ya?""Ya belum kelihatan lah!" Navisha memutar matanya malas. "Biasanya kalau untuk itu, minimal usia kandungan harus empat bulan dulu.""Oh, begitu ..." gumam William mengerti. "Ya udah gak papa. Tapi besok kita tetep periksa ya? Aku ingin tahu kondisinya."Navisha pun mengangguk setuju unt
*Happy Reading*Sepertinya Navisha memang terlalu menutup telinga selama ini. Sampai-sampai ia tidak tahu jika ternyata, Sonya tidak bisa melewati masa kritisnya. Ia meninggal beberapa hari setelah Angel tiada. Sementara Pak Jarwo, sejak menghadapi kebangkrutan ia stress. Apalagi kondisi anaknya pun tak kunjung membaik. Tak kuat menghadapi semua tekanan, Pak Jarwo pun nekad mengakhiri hidup. Sedangkan Gerald sendiri baru siuman dua bulan lalu dan langsung di adili. Navisha mendapat semua info tersebut dari Nissa. Sekembalinya dari makam Angel, Navisha memang langsung bertanya perihal ucapan Gerald saat itu, dan Nissa pun menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Kini, Navisha perasaan Navisha seperti dilema. Bingung harus senang atau sedih atas nasib Gerald saat ini. Akan tetapi yang jelas, ia merasa miris. Tidak pernah menyangka jika akhirnya semuanya akan seperti ini. "Nav?" Nissa menghampiri saat Navisha tengah fokus menghias sebuah kue tart pesanan seorang pelanggan. Wajahnya namp
*Happy Reading*Hubungan Navisha dan keluarga William semakin membaik setiap harinya. Ia kini bahkan menjadi kesayangan sang nenek. Mengambil alih posisi yang selama ini William tempat di hati sang nenek. Akan tetapi, William tidak cemburu sama sekali. Pria itu malah turut bahagia karena hal itu membuat sang kakek makin tidak bisa berulah lagi. Bukan maksud meragukan niat tobat kakek Wirya. Namun, William masih tak bisa percaya begitu saja setelah apa yang ia alami selama ini. Hubungan Navisha dan William pun berbanding sejalan dengan hubungan sang istri dan keluarganya. Mereka semakin hari semakin harmonis dan lengket. Meski terlambat, William benar-benar menepati janjinya yang ingin mengganti semua kenangan pahit saat pacaran dengan kenangan baru yang membahagiakan. Mereka pacaran lagi, tapi versi halal. Mengulang moment penting yang pernah sangat Navisha idamkan tapi William abaikan. Mengunjungi tempat-tempat yang dulu menjadi goresan luka di hati sang wanita, menggantinya denga
*Happy Reading*"Kok malah jadi tegang gitu kalian? Gak suka ya nenek datang ke sini?" Suara Mariam, nenek William memecah keheningan yang seketika terjadi di sana. Navisha yang masih kaget karena kedatangan kakek dan nenek yang tiba-tiba, melirik William refleks. Ternyata pria itu pun melakukan hal sama dengannya. Yaitu melirik Navisha dengan raut kaget dan bingung.Beruntung William cepat menguasai diri. Setelah berdehem pelan satu kali. Pria itu segera menghampiri sang nenek sambil tersenyum. "Mana ada, Nek," bantahnya. "Kami senang kok dengan kedatangan nenek." William menyalami tangan nenek Mariam dengan khidmat, tapi tidak melakukan hal yang sama pada si Kakek. Mungkin pria itu masih menyimpan dendam. Melihat hal itu, Navisha pun turut mendekat dan melakukan hal yang sama. Yaitu mencium punggung tangan wanita itu dengan sopan. Namun berbeda dengan William, Navisha tidak mengabaikan sang kakek. Istri William mencium punggung tangan Kakek Wirya dengan sopan. Dan hebatnya kali
*Happy Reading*Siang itu, saat Navisha sedang mengadakan video call bersama Nissa dan Aida, untuk membahas solusi pesanan cafe yang membludak sementara ia masih tak bisa pulang. Navisha di kejutkan oleh raungan William dari arah ruang tengah. Khawatir terjadi sesuatu dengan sang suami, Navisha pun mengakhiri meeting virtualnya dan gegas menghampiri tempat sumber suara. "Ampun, Tuan. Ampun! Tolong maafkan saya dan Dian. Kami ... khilaf. Kami janji tak akan melakukannya lagi. Kamu--""Cukup!"Saat Navisha datang, terlihat Bu Irah serta anaknya, Dian tengah berlutut dan di depan William yang kini tampak seperti tengah murka sekali. Ada dua dari empat satpam juga di sana, yang biasa berjaga di rumah ini.Ada apa?"Saya tidak ingin mendengar apa pun alasan kalian. Sekarang pilih saja, kembalikan apa yang sudah kalian curi dari rumah ini, atau kalian akan saya polisi, kan!" ucap William dingin dan tak bersahabat. "Jangan, Tuan! Saya mohon! Saya gak mau masuk penjara," hiba Bu Irah lagi.
*Happy Reading*Navisha tidak tahu apa yang William dan sang kakek bicarakan. Pria itu mengajak kakeknya berbicara di ruang kerja, sementara istrinya diminta untuk ke kamar istirahat. Navisha kepo. Tentu saja! Tetapi tahu dosa jika sampai melawan titah sang suami. Akhirnya, di sinilah dia sekarang. Mondar-mandir layaknya setrikaan di dalam kamar mereka."Aduh, gue kepo! Boleh nguping gak, sih?" Navisha bermonolog saat merasa tak kuasa lagi menahan rasa penasaran yang hampir meledakan kepalanya sendiri. "Jangan, ah! Bisa berabe kalau sampai ketahuan." Wanita itu menggeleng cepat. "Kakek Wirya udah benci bisa tambah benci kalau sampai hal itu terjadi. Nilai gue makin minus nanti di matanya." Navisha kembali bermonolog dengan batin yang ikut berperang saat ini. "Tapi gue kepo ya ampun. Bisa botak gue kalau lama-lama begini," desahnya putus asa. "Tau, ah. Dari pada pusing mending bikin kue aja." Navisha pun mengambil alternatif lain guna mengalihkan pikirannya. Wanita itu memutuskan
*Happy Reading*"Maaf untuk semua luka yang sudah aku goreskan di masa lalu. Aku janji akan mengobatinya dan menambal luka itu dengan kebahagiaan yang akan ku usahakan sebaik mungkin mulai saat ini. Aku tahu kenangan lama yang pahit itu tak akan pernah bisa aku hapus. Maka untuk menebusnya, aku akan berusaha menutupi kenangan itu dengan kenangan baru dan kebahagiaan baru. Kamu mau kan memberikan kesempatan untukku melakukan hal itu?"William menutup kejutan manisnya dengan janji tersebut. Dan Navisha pun bersedia memberikan kesempatan itu. Toh, sejak menikah pun William sudah menunjukan perubahannya. Karenanya, tidak ada salahnya kan untuk Navisha membuka hatinya untuk pria itu sekali lagi, kan? Lebih dari itu, Navisha tidak ingin terus membohongi diri. Cinta itu masihlah ada untuk seorang William sebenarnya. ***William membuktikan janjinya dengan tiba-tiba mendatangkan seorang arsitek ke rumah mereka. Saat di tanya untuk apa? Pria itu menjawab untuk mengubah interior dapur dan semu