~Amih Lilis~"Pak Willi?"William yang baru saja sampai menyelesaikan administrasi hotel tempat mereka menginap pun, sontak menolehkan kepala saat mendengar namanya di panggil seseorang. "Loh, Pak Robby?" sambut William kemudian, yang mengenali si pemanggil. Dia adalah salah satu rekan bisnisnya. "Wah, ternyata benar ini Pak Willi, saya kirain siapa tadi." Kedua pria itu pun berjabat tangan dengan akrab. "Padahal tadinya saya ragu, loh. Soalnya bapak terlihat tidak seperti biasanya."Tidak seperti biasanya yang Pak Robby sebutkan tadi pasti pakaiannya. Karena biasanya mereka bertemu hanya dalam jamuan bisnis. Tentu saja saat itu William akan berpakaian formal. Sementara saat ini, dia berpakaian kasual. "Saya sedang cuti, Pak. Makanya ya ... beginilah." William beralaskan. "Oh, begitu," gumam Pak Robby. "Tapi cuti apa nih Pak kalau boleh tahu. Kok bisa sampai ada di hotel begini?" Pak Robby mulai kepo. "Biasalah, Pak. Quality time sama istri," balas William santai."Istri?" beo Pa
*Happy Reading*"Will--""Sebentar," sela William cepat, sebelum mengambil jarak untuk menelepon seseorang. Navisha menunggu William sambil duduk kembali pada sofa di lobby hotel. Kebetulan Farell juga belum datang untuk menjemput mereka. "Bagaimana?" tuntut Navisha setelah William kembali lagi menghampirinya. Pria itu menghela nafas panjang sebelumnya, "Reinan bilang, kabar itu benar adanya."Oh, jadi tadi dia menelepon Reinan. Navisha kira tadinya William langsung menghubungi balik kakeknya. Ternyata, yang dia hubungi malah sahabatnya. "Nav?" panggil William tiba-tiba dengan raut wajah sendu."Ya?""Aku harus pulang untuk menjenguk nenek."Navisha mengangguk mengerti. "Iya, pulang saja. Aku gak papa, kok.""Aku ingin kamu ikut, Nav. Mau kan?"Degh!Navisha pun seketika menegang. Kiranya tadi William hanya ingin meminta ijin saja. Ternyata justru malah ingin mengajaknya. Lalu, bagaimana ini? Jujur saja, Navisha belum siap jika harus bertemu kakek dan neneknya William saat ini. Te
*Happy Reading*"Sudahlah, Kek! Berhenti menekanku kalau tidak ingin semakin ku bongkar kejahatanmu di depan anak dan cucumu yang lain. Harus kakek tahu, aku ... sudah tahu semua yang terjadi pada kedua orang tuaku dan mempunyai bukti-buktinya. Jadi, mudah bagiku jika ingin menjatuhkan Kakek, bahkan menggiringmu ke penjara sekalipun!" William menekankan dengan tegas. Membuat sang Kakek sampai tercengang luar biasa dan tak bisa berkata-kata. Mulutnya hanya buka tutup, buka tutup beberapa saat. "Kamu ... kamu ...! Ck, ini semua pasti gara-gara kamu!" Tidak bisa melawan William, si Kakek lalu menuding ke arah Navisha dengan sinis. "Pasti kamu, kan, yang sudah mencuci otak cucu saya, hingga dia jadi durhaka seperti ini? Dasar wanita sialan!"Apa-apaan? Kenapa jadi Navisha yang disalahkan. Padahal, ia tahu saja tidak apa maksud William. Kenapa malah jadi dituduh-tuduh begini?"Jangan mencari kambing hitam, Kek. Istriku tidak tahu menahu masalah kita!" Melihat sanf pujaan kena tudingan ta
*Happy Reading*"Kita pulang!" Setelah melihat photo yang di tunjukan Billa, William langsung me-manuver langkahnya. Masih setia dengan tautan tangannya dengan Navisha, William menarik wanita itu agar mengikuti langkahnya. "Loh, loh, Liam. Kamu mau ke mana?" seru Billa bingung. Namun, William mengabaikannya. Bukan hanya Billa, bahkan seruan kakek dan lainnya pun turut diindahkan pria itu. Dengan langkah tegas sang pewaris tahta keluarga Arsenio itu membawa Navisha menjauhi tempat tersebut. "Will, ada apa? Kenapa--""Masuk!" William bahkan memaksa Navisha segera masuk ke dalam mobilnya. Meski begitu, tetap menjaga kepala wanita itu agar tidak sampai terantuk bingkai pintu mobil bagian atas. Setelah memastikan Navisha sudah duduk aman, serta memakai seatbelt-nya. William menutup pintu dan berlari memutari mobil."Will? Kenapa kita gak jadi masuk tadi?" cecar Navisha setelah mobil mulai melaju menjauh dari area rumah sakit tempat sang nenek di rawat. "Nanti saja," jawabnya singkat.
*Happy Reading*Sebuah kantor agency modeling kenamaan dibuat heboh pagi ini, dengan beberapa postingan photo dan sebuah video syur seorang model papan atas di situs web mereka. Bukan hanya situs komersil saja, tapi sampai situs resmi yang terhubung dengan petinggi-petinggi kantor tersebut. Semua orang mendadak sibuk pagi ini. Ketar-ketir menghadapi amukan para bos akan postingan tersebut, juga para netizen yang memang maha julid. Web mereka di retas seseorang! Itu sudah jelas. Akan tetapi siapa pelakunya. Tim IT kantor tersebut kesulitan melacak. Jangankan menemukan, yang ada saat mereka melacak alamat pengirim tersebut, mereka malah mendapatkan virus yang malah menghancurkan data mereka. Itulah yang membuat para petinggi makin murka. Mereka mengalami kerugian besar karena hal itu. Dan satu nama yang kini menjadi sasaran amukan semua orang. Itu adalah Cheryl Adeline. Model yang biasanya menjadi kebanggaan, kini malah menjadi sasaran amukan karena aib yang terkuak ke publik. [Aku s
*Happy Reading*Sebenarnya, Navisha kurang nyaman tinggal di rumah William ini. Bukan, bukan karena rumah ini kurang besar atau apa. Hanya saja, ada beberapa sudut di rumah ini seperti secara otomatis mengingatkan Navisha akan rasa sakit hatinya di masa lalu. Contohnya saja dapur, ruang tamu, ruang televisi, kolam renang, taman belakang dan samping rumah. Beberapa kenangan menyakitkan pernah William torehkan di beberapa tempat itu.Rumah ini sedikit banyak telah menjadi saksi bagaimana dulu Navisha berdarah-darah mengemis perhatian William. Akan tetapi selalu di abaikan. Bahkan, tak jarang William juga melukai hatinya di rumah ini. Mengacuhkan kehadirannya, kue yang di bawa atau dibuatnya dan sengaja memberikannya pada orang lain di depan wajah Navisha sendiri, seolah memang perasaan Navisha tak pernah ada harganya untuk William. Meski pria itu mengaku ternyata terpaksa melakukannya. Tetap saja, sakitnya masih terasa hingga kini. Ya, kini! Saat Navisha kembali melihat tempat-tempat i
*Happy Reading*Pembantu, pembantu, pembantu, ugh ... rasanya Navisha mulai muak sekali dengan titel itu. Bukan ingin merendahkan pekerjaan tersebut. Hanya saja ... ya Tuhan ... apa dia memang separah itu tampangnya?Melepas rangkulan lengan William di pinggang setelah dua wanita tadi berlalu ke dapur, Navisha pun gegas kembali ke kamar dan memindai wajahnya sendiri di cermin yang ada di sana. Huft ... ternyata memang dekil sekali. Navisha pun menghela nafas berat kala menemukan fakta yang membuatnya tertampar. Kulitnya memang masih putih tanpa jerawat. Hanya saja, sekarang terlihat kusam tak bersinar, Kasar, pula. Kucel dan kuyu. Lihatlah lingkar mata yang mengerikan itu, komedo serta flek hitam yang mulai terlihat. Tuhan ... pantas saja semua orang selalu merendahkannya. Ternyata dia memang dekil banget!"Kamu kenapa?" tanya William heran yang ternyata mengikuti Navisha dari belakang."Nggak papa," jawab Navisha lesu. Melirik wajahnya sekali lagi pada cermin yang kini turut menampi
*Happy Reading*"Will ... ini ...." Suara Navisha rasanya tercekat di tenggorokan, hingga wanita itu tak bisa berkata-kata lagi setelah mendapat kejutan dari sang suami. "Kamu suka?" tanya William lembut, menatap istrinya dengan teduh. Navisha refleks menggeleng. Membuat tatapan William sedikit berubah. Kiranya istrinya itu akan bahagia mendapat kejutan darinya ini, ternyata ...."Kamu tidak suka?""Aku terharu," aku Navisha akhirnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Senyum William pun kembali berbinar. "Bagaimana kamu melakukan ini, Will? Bukankah ... bukankah ... selama ini kamu selalu mengabaikan aku?" tuntutnya kemudian dengan air mata yang sudah lolos dari sudut mata. "Sebenarnya aku tidak pernah benar-benar mengabaikanmu." William menjawab sambil menyeka air mata Navisha dengan jarinya. "Aku hanya ... tidak boleh memperlihatkan semua perasaanku padamu," imbuhnya lagi. "Kenapa?""Aku sudah pernah mengatakan alasannya, kan?""Karena kakek?""Bukan hanya karena beliau. Tapi