“Bye ... Kak Lila.” Kejora melambai dari dalam mobil Arjuna. Kalila membalas lambaian tangan Kalila, tersenyum manis kepada sang adik tapi sorot matanya mengancam Arjuna.Meski Kalila mempercayai Arjuna tapi tetap saja Kalila harus menjadi Kakaknya Kejora yang disegani oleh Arjuna agar pria itu berpikir dua kali untuk menyakiti Kejora.Sang adik tampak dekat dengan Arjuna akhir-akhir ini, mungkin pria itu menepati janjinya yang mengatakan akan menjaga Kejora dan berkomitmen dengan perkataannya yang menyayangi Kejora.Siapa yang tidak menyayangi Kejora? Pria mana yang tidak mencintainya?Bahkan anak Sultan dan anak Presiden di Negaranya pun tergila-gila kepada Kejora.Tidak seperti Kakila, sekalinya dicintai pria sekelas King langsung ditinggalkan begitu saja.Kalila membuang napas untuk mengeluarkan energi negatif karena mengingat King yang pagi ini sudah membuat moodnya buruk.Melangkah menyebrangi teras menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumah dengan Rusty-driver wani
Kalila mengembuskan napas kasar berulang kali karena harus terjebak di kota ini setelah pertemuan dengan klien.Badai besar yang jarang terjadi ini tiba-tiba saja datang sampai melumpuhkan penerbangan hingga dua belas jam ke depan.Bagus, ia tidak bisa pulang ke Berlin malam ini.“Hotel sudah siap, Nona!” Eva memberitau dan mau tidak mau Kalila harus beranjak dari duduknya di ruang tunggu VIP Flughafen Munchen untuk kemudian bermalam di hotel yang sudah Eva pesan.“Kita makan malam dulu!” cetus Kalila yang kemudian mendapat anggukan Eva dan Axel.Hotel yang Eva pesan tidak jauh dari Bandara dan kebetulan hotel itu memiliki restoran yang menjadi tempat favorite para kelas atas di kota Munich untuk menikmati makan malam.Akan tetapi karena badai yang di mulai tadi sore membuat pengunjung restoran itu sedikit dan hanya beberapa tamu hotel yang menikmati makan malam di sana.Dengan sigap Axel membuka longcoat Kalila yang basah karena terkena air hujan saat turun dari mobil tadi lalu ia si
“Baby girl!!” teriakan Marvin menggema di ruang perpustakaan membuat semua orang beserta penjaga perpustakaan menatap tajam ke arah lelaki tampan itu termasuk Kejora yang dipanggil demikian oleh Marvin.“Marviiin ... jangan teriak-teriak nanti kamu diusir dari sini!” Kejora berbisik sambil mencondongkan tubuhnya yang hampir melewati setengah bagian meja agar Marvin yang duduk di sebrang mejanya dapat mendengar.Pria itu tersenyum manis lalu mencubit pipi Kejora gemas.Sang gadis pun mengaduh lalu mengusap pipinya yang memerah akibat ulah Marvin. Kejora melirik arloji yang ia berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Marvin, pria itu selalu memakainya kemana-mana.Menyentuhnya sebentar kemudian tersenyum. “Kamu selalu memakainya.” “Tentu ... ini pemberianmu.” Marvin lalu mengecup jam tangan itu.“Iiih ... kamu jorok!” Kejora menarik tangan Marvin, menjauhkannya dari bibir sang lelaki.Marvin tertawa pelan karenanya balas menarik tangan Kejora yang kemudian ia berikan kecupan di bagian
“Kamu yakin mau pulang?” Marvin menoleh, menunggu jawaban gadis cantik yang duduk di sebelahnya dengan wajah memberengut kesal.Kejora menganggukan kepala, tatapannya kosong ke arah depan.Helaan napas berat terembus dari mulut Marvin yang kemudian mengembalikan fokusnya pada kemudi lalu menginjak pedal gas cukup dalam.Jalanan yang luas dan lebar membuat Marvin dapat mengendarai supercarnya dengan kecepatan kencang.Ia bermaksud mengambil perhatian Kejora namun sang gadis tidak bergeming, mungkin mati pun saat ini ia tidak peduli dari pada merasakan sakit yang tak terperi pada hatinya setelah melihat Arjuna bersama wanita lain.Sabuk pengaman yang melintang di dada Kejora menghindarinya dari beberapa guncangan saat Marvin melakukan manuver.Kejora diam saja, tatapannya masih kosong layaknya psikopat ia tidak merasakan takut sewaktu Marvin nyaris menabrak mobil di depannya.Tanpa Kejora yang menunjukan arah jalan pulang, Marvin berhasil membawa kendaraannya sampai ke depan rumah Kejor
Hantaman kencang di pintu tidak membuat Arjuna bertanya tentang siapa pelakunya.Sudah pasti sang tetangga depan yang tergila-gila padanya tapi sekarang sedang emosi karena Arjuna mengklaim Hermes sebagai miliknya.Ternyata Kejora bisa marah juga kepada Arjuna, entah kenapa meski Arjuna juga tersulut emosi tapi rasanya ingin tersenyum geli.Coba kita lihat semarah apa Kejora kepada sang Arjuna.Arjuna menarik handle pintu, ia harus menghadapi Kejora.Tatapan nyalang penuh amarah yang pertama kali Arjuna dapatkan dari Kejora, meski begitu wajah berang itu tetap saja cantik karena bersemu merah di bagian pipinya.Merah karena menahan emosi bukan karena tersipu.Kejora melewati Arjuna dengan menyenggol tubuh pria itu, mencari kucing kesayangannya yang kemudian lari menghampiri lalu loncat ke dalam pelukan Kejora.Kejora memeluk erat sambil menggesekan sisi wajahnya di tubuh Hermes.“Mama kangen kamu,” gumam Kejora seraya membalikan tubuh untuk keluar dari rumah sang Arjuna.“Mau kemana?”
Usai sarapan pagi, Kejora memilih kembali ke kamarnya.Masih bersedih karena Hermes belum pulang terlebih petugas keamanan komplek pun tidak ada tanda-tanda telah menemukan Hermes atau memberi kabar mengenai keberadaan sang binatang peliharaan.Selain itu perasaannya masih galau karena Kalila mengatakan jika Arjuna memang sedang meeting di restoran itu hanya saja kliennya dan Leon datang terlambat.Tadi malam Kalila memang ijin untuk bicara dengan Arjuna, sebelum pergi sang Kakak sempat mengancam agar Kejora melupakan pria itu tapi ketika pulang Kalila malah membela Arjuna dan menuduh jika Kejora lah yang cemburu buta.Ck! Sang Kakak memang kadang suka plinplan.Benak Kejora mulai terpengaruh dan bertanya-tanya apakah setelah dirinya mengajak Marvin pulang, tidak lama kemudian Leon dan klien itu tiba?Meski begitu tetap saja Kejora tidak terima karena Arjuna menyentuh Elma.Sebelumnya Kejora memiliki dugaan kuat jika Arjuna menyukai Elma hanya saja belum mengutarakan perasaannya.Suar
“Ice cream?” Arjuna memberikan satu kotak kecil ice cream kehadapan Kejora.Sang gadis tampak diam saja padahal Arjuna tau jika Kejora mendengar pintu rumahnya terbuka juga langkah kakinya menuju ruang televisi jika dilihat dari lirikan mata Kejora.Bukan tidak ada maksud Arjuna membelikan Kejora ice cream yang ia pesan langsung dari toko ice cream terkenal di kotanya kalau bukan untuk meredam emosi maupun kekesalan kemarin yang mungkin masih membekas di hati Kejora.Bagaimana bisa membekas, bahkan rasa sakit dan kecewa masih bercokol di hati Kejora.Box ice cream perpaduan rasa coklat, strawberry dan vanila itu memiliki sendok di dalamnya sehingga Kejora bisa langsung memakan ice cream tersebut.Arjuna yang tangannya sedang memegang box ice cream bagiannya sendiri sambil memasukan ice cream ke mulutnya, sesekali melirik Kejora yang tampak anteng memakan ice cream sambil menonton televisi.Ia duduk di samping Kejora dengan sedikit jarak, menghabiskan ice cream lebih cepat lalu menyimp
P Kemana sih Triliuner membawa kekasihnya jalan-jalan?Ketika Kalila ditawari untuk belanja, gelengan kepala yang diberikannya kepada King.Hidup mewah yang di dapatnya dari lahir membuat Kalila kenyang dengan kemewahan itu sendiri terlebih sekarang ia memiliki penghasilan sebagai pemimpin perusahan dengan jumlah yang terbilang besar tanpa ada tanggungan.Tau kemana Kalila mengajak King akhirnya? Mauerpark Berlin, di sana Kalila dan King berjalan-jalan santai sambil bergandengan tangan seperti orang biasa yang sedang berkencang.“Kakimu tidak lelah?” King melirik heels yang membalut kaki Kalila.“Kalau lelah, apa kamu mau menggendongku?” “Tentu, mau sekarang aku gendong?” Kalila tergelak mendengar jawaban King yang spontan tanpa berpikir, bahkan pria itu sampai melepaskan genggaman tangannya lalu merentangkan kedua tangan agar Kalila yakin jika dirinya sungguh-sungguh.“Belum ... dan lagi, aku sudah terbiasa memakai sepatu seperti ini.” King mengangguk mengerti, meraih kembali tan
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya