“Apa-apaan itu tadi?” sang Ayah bertanya dengan ekpresi dingin.
“Apanya yang apa-apan sih, Ayah sayaaaang.” Kejora mencolek dagu sang Ayah tanpa segan.
Di antara kelima anak-anaknya, hanya Kejora yang berani bersikap demikian kepada Rendra.
Lidah sang Ayah berdecak. “Kamu itu perempuan Kejora, masa ngejar-ngejar cowok sih? Mau disimpen di mana muka Ayah?” Rendra merubah cara bicaranya, lebih lembut agar mengena di hati Kejora.
“Itu namanya emansipasi, Yah ... enggak masalah cewek maju duluan karena cowok kadang enggak peka, apalagi Abang Juna ‘kan pengusaha sukses, otaknya terlalu banyak mikirin kerjaan dari pada perasaan! Wiiiiiih ... mantep enggak tuh, pengusaha sukses jadi calon menantu Ayah?”
“Trus kalau cowoknya enggak mau gimana?” Bunda Aura yang baru saja bergabung di ruang televisi setelah merapihkan meja makan, bertanya demikian.
“Abang Juna itu bukan enggak mau, Bun ... tapi enggak sadar sama perasaannya, sebentar lagi juga sadar kok kalau cintanya hanya untuk Kejora seorang ... tenang, nanti Kejora yang nyadarin.” Kejora menepuk dadanya dua kali, menirukan gaya preman pasar.
Rendra dan Aura hanya bisa geleng-geleng kepala meningkahi ucapan Kejora.
“Besok Abang Kama sama Kak Lila mau dateng.” Sang Bunda memberi tau.
“Ngapain?” Kejora memekik, tampang terkejut jelas tampak di wajahnya.
“Ya kangen sama kamu lah sayang, sekalian kita ngumpul di sini,” Bunda Aura menjawab.
“Tapi besok kita mau makan siang di rumah Uncle Ben sama Aunty Alisha, kan?”
“Iya, kenapa?” sang Ayah bertanya bingung.
“Duuuuuh, jangan donk Yah ... nanti Bang Juna malah sukanya sama Kak Lila,” Kejora melirih sambil mengerjapkan matanya, memohon agar sang Ayah meminta Kalila balik lagi kalau bisa meski sudah dalam perjalanan udara.
Ayah dan Bunda tergelak. “Kamu kok insecure sama Kak Lila, sih!” Ayah Rendra mengusap kepala si bungsu penuh sayang.
“Kak Lila tuh cantik, dewasa, sukses, hebat, pokoknya semua deh diborong sama dia ... Miss Universe aja kalah sama Kak Lila mah,” racau Kejora merasa rendah diri.
“Katanyaaaaa cinta Bang Juna hanya untuk Kejora seorang,” sang Bunda mulai nyinyir.
Ucapannya dibalikan seperti itu, Kejora kehilangan kata-kata. Menghela napas panjang, ia bersandar lemas dengan raut nelangsa pada sandaran sofa.
“Kak Lila itu sayang sama Kejora, enggak mungkin ngerebut calon pacar adiknya.”
Kejora menoleh menatap sang Ayah, berubah semangat dengan sebuah senyum setelah mendengar sang Ayah menyebut Arjuna sebagai calon pacarnya.
“Jadi Ayah setuju kalau Bang Juna jadi calon mantu Ayah?” Kejora menaik turunkan kedua alisnya berkali-kali menunjukan wajah jenakanya.
“Setuju enggak Bun?” Rendra malah bertanyamkepada sang istri tercinta.
Bunda Aura mengangkat kedua bahunya. “Buuuuun,” rengek Kejora.
“Gimana ya, Mommynya Arjuna mantan pacar Ayah ... Bunda takutnya malah yang jadian orang tuanya bukan anaknya,” ujar Bunda Aura sambil pura-pura berpikir.
“Ooooh, jadi mau dibahas ... memangnya Ayah enggak takut kalau malah Bunda yang jatuh cinta sama Ben karena penasaran dulu enggak pernah jadian.” Tidak mau kalah, Ayah Rendra pun mengungkapkan kekhawatiran terburuknya.
“Iiih ... Bunda enggak ya! Emang Ayah, dulu pernah janji mau nikahin Alisha.” Bunda Aura beranjak dari sofa.
“Tapi kalau Ben masih suka sama Bunda sampe sekarang, ya Bunda bisa apa?” sambungnya sombong penuh percaya diri kemudian melenggang pergi meninggalkan ruang tamu menuju kamar.
“Ayah mau kasih pelajaran sama Bunda dulu ya, kalau kamu denger nanti Bunda jerit-jerit ... itu berarti Bunda lagi Ayah hukum.” Rendra yang kemudian berdiri pun berpesan demikian lalu menyusul sang istri yang hampir sampai di pintu kamar.
Ayah Rendra menderapkan langkahnya, tidak lama suara pintu terdengar di tutup kencang.
“Ayaaaah ... iya ampu, ampun ... Bunda enggak akan ngomong gitu lagi ... ampuuun,” teriak Bunda Aura dari dalam kamar disela gelak tawanya yang terdengar renyah.
Gantian Kejora yang sekarang menggelengkan kepala, kelakuan Ayah dan Bundanya tidak pernah berubah, selalu menunjukan kemesraan di depan anak-anaknya.
Nanti malam sepertinya ia harus tidur di kamar belakang karena jika sang Ayah sedang ‘menghukum’ Bundanya, jeritan Bunda sering tidak terkontrol.
***
“Abang Kama!!” Kejora berseru senang tatkala melihat sang Abang sedang berdiri di depan dinding kaca membelakanginya.
Sepagi ini sang Kakak yang begitu sulit ia temui ternyata sudah berada di apartemennya.
Kama menoleh kemudian tersenyum merentangkan kedua tangan dan detik berikutnya Kejora berada dalam gendongan sang Kakak seperti bayi Koala.
“Kejora kangen tau, Bang ... Abang tuh kerja terus sampe lupa sama Kejora,” keluh Kejora yang sudah menurunkan kedua kakinya berpindah menggelayuti lengan sang Kakak.
“Abang enggak lupa, buktinya Abang dateng ...,” tukas Kama, mengusak puncak kepala sang adik kesayangan.
“Bunda udah masak, sarapan yuk!” Bunda Aura memanggil kedua anaknya yang berada di ruang televisi.
“Bang ... kok si jutek ikut sih,” bisik Kejora saat melihat Kakak kembar yang satunya sedang duduk dengan kaki menyila di atas kursi makan, memakai kaos oversize dengan rambut diikat bun.
Kalila sedang sibuk mematuti layar macbook dengan gelas kopi di tangannya.
“Gue denger ya, Kejora!” Kalila berseru dengan nada ketus tanpa mengalihkan tatapannya dari macbook.
Kejora melengkungkan bibirnya ke bawah sambil mengangkat bahunya merasa bersalah karena telah mengatai sang Kakak dan terdengar langsung oleh yang bersangkutan.
“Baru ketemu udah saling lesek,” sindir Ayah Rendra yang juga sibuk dengan macbooknya.
“Anak bungsu Ayah tuh, enggak sopan ...,” tuduh Kalila kesal.
“Maaf Kak, abis Kakak jutek-jutek gitu sama Kejora ... kaya Bang Juna,” tukas Kejora sambil memajukan bibirnya.
“Bang Juna siapa?” Kama bertanya, tangannya menarik kursi dari bawah meja kemudian duduk di sana.
“Eeemm ... kasih tau enggak yaa, entar deh kalau udah resmi,” kata Kejora, wajahnya memerah karena tersipu.
Ayah Rendra dan Bunda Aura tertawa menikahi Kejora yang begitu percaya diri.
“Paling Bang Juna itu tukang batagor langganannya,” ledek Kalila malas.
“Sembarangan, mana ada tukang batagor namanya Arjuna ...,” Kejora bersungut-sungut.
“Bisa aja nama samaran ‘kan?” kata Kalila sok tau.
“Ya ampun Kak-li-la ... anak Presiden sama anak Sultan aja Kejora tolak, masa sekarang Kejora naksir tukang batagor?” Kejora tidak terima.
Ia sampai mengeja nama sang Kakak, mengejeknya secara terselubung agar Ayah dan Bunda tidak menegurnya.
Kalila merotasi bola mata, bibirnya mencibir mengikuti ucapan Kejora.
Sejak dulu Kalila dan Kejora sering terlibat pertengkaran, meski begitu mereka saling menyayangi.
“Udah yuk, kita sarapan ... sebentar lagi Ben sama anaknya yang ganteng itu mau dateng, mereka mau ajak kita jalan-jalan ... .” Bunda Aura menengahi.
“Di Jerman mau jalan-jalan kemana?” gumam Kalila.
Sebagai anak yang lahir dari klan Gunadhya, semua negara telah ia kunjungi membuatnya mengetahui betul bagian terbaik dari setiap Negara tersebut.
Bagi Kalila, Jerman bukan Negara yang menarik untuk di kunjungi ketika liburan tapi merupakan Negara yang memiliki potensi besar jika sang Ayah membuka perusahaannya di sini.
“Kita mau diajak berkeliling perusahaan Arjuna setelah itu makan siang di rumahnya, Kalila sama Abang ikut ya ... kemarin Ayah sama Uncle Ben bicara tentang satu perusahaan yang collaps, sekalian Ayah mau minta pendapat kalian,” ujar Rendra kepada dua anak kembar yang memiliki passion bisnis yang sama dengannya.
Aura dan Kejora saling melempar tatap, kompak merotasi bola matanya, keduanya pun berbarengan mengembuskan napas kasar.
Entah kenapa para pekerja keras Gunadhya itu seakan tidak menikmati hidupnya.
Selalu saja berusaha menangkap sebuah peluang bisnis meski mereka sedang berkumpul atau berlibur.
Kejora cemberut saat Arjunanya tenggelam dalam perbincangan mengenai bisnis bersama kedua Kakak kembar dan sang Ayah.Di samping Arjuna ada Uncle Ben ikut menimpali, mendukung apa yang sedang Arjuna ceritakan. Tanpa segan Kejora menghempaskan dirinya di kursi kebesaran Arjuna. Membawanya berputar sambil memindai ruang kerja Arjuna, meneliti bagaimana karakter pria tersebut agar bisa mengetahui apa minat dari sang Arjuna yang sampai detik ini menghindari bersitatap dengannya.Semua bertema mascullin, warna monocrom lebih mendominasi juga tidak terlalu banyak barang memenuhi ruangan.Kejora menarik laci di meja kerja Arjuna dengan pandangan lurus ke arah sofa set dimana keluarganya sedang berbincang mengenai bisnis.Tertarik mencari sesuatu atau mungkin ia akan menemukan aib Arjuna yang bisa dijadikan alat agar lelaki itu mau menjadi kekasihnya.Tapi Kejora harus kecewa karena tidak ada apapun yang mencurigakan, keempat laci hanya berisikan beberapa kertas dan notes yang tidak Kejora
Bibir Kejora seakan lupa bagaimana caranya berhenti tersenyum.Bagaimana tidak, ternyata rumah yang dijanjikan sang Ayah untuk Kejora tempati selama berkuliah di Jerman—berada tepat di depan rumah Arjuna.Rendra sendiri tidak pernah tau jika anak dari Alisha dan Ben tinggal di depan rumah yang dibelinya beberapa bulan lalu.Pasalnya Alisha dan Ben juga tidak menetap di sana, mereka selalu berpindah dari satu kota ke kota lainnya untuk mengawasi restoran milik mereka yang tersebar di beberapa kota di Jerman dan Irlandia.Selain itu Alisha dan Ben memiliki rumah tinggal di Irlandia dan datang ke Jerman hanya sesekali untuk mengunjungi Arjuna dan restorannya saja.Seakan semesta berpihak padanya dan takdir kadang bercanda selucu ini.Kejora akan lebih mudah memikat hati Arjunanya, ia telah menyusun berbagai rencana yang salah satunya adalah membuatkan sarapan pagi dan makan malam untuk pria itu.Hitung-hitung ia belajar menjadi seorang istri bagi sang Arjuna.Sebelum rumah itu rampung un
Arjuna melirik Kejora yang duduk di kursi penumpang di sampingnya, gadis itu tampak seperti menahan tangis. Kristal bening mengucur deras namun bibir Kejora mengatup, kedua tangannya yang berada di atas pangkuan bergetar hebat. “Kejora ... apa kamu terluka?” Arjuna bertanya dengan nada lembut.Kejora menggelengkan kepala. Arjuna meraih tissue yang kemudian ia berikan kepada Kejora.Satu tangannya yang lain memegang kemudi dan mata Arjuna bergerak cepat menatap jalan kemudian Kejora secara bergantian.Beberapa saat tangan Arjuna menggantung namun akhirnya tangan bergetar Kejora terangkat juga menerima tissue tersebut.Kening Arjuna tidak berhenti berkerut hingga mobilnya keluar dari jalan tol, membelokan kemudi untuk memarkirkan mobilnya di minimarket.Tanpa banyak bicara Arjuna keluar dari mobil dan beberapa saat kemudian masuk kembali dengan botol air mineral di tangannya.“Minumlah ... .” Arjuna menyodorkan botol air mineral tersebut namun Kejora diam saja.Tangannya masih bergeta
Mata Kejora seakan melihat taman kampus ditumbuhi dengan bunga-bunga indah berwarna-warni sejauh mata memandang.Sama halnya dengan hati Kejora saat ini yang sedang berbunga-bunga bahkan perut Kejora masih bisa merasakan gelenyar asing seperti kupu-kupu sedang beterbangan di dalam perut.Bayangkan saja, ketika bangun dari tidur tadi subuh sekali—Kejora langsung mendapat pemandangan indah wajah tampan sang Arjuna.Belum lagi lengan berototnya berada di bawah leher Kejora sementara satu tangan bebas lelaki itu berada di pinggangnya, memeluk posesif.Ya ampun, pipi Kejora sampai merona membayangkan hal itu.Saking nyamannya, Kejora semakin melesakan wajah di leher Arjuna kembali terpejam hingga Arjuna bangun dan dengan perlahan melepas pelukannya.Kejora sudah sepenuhnya sadar ketika Arjuna mengendap-ngendap keluar dari apartemen.Ia menganggap jika Arjuna tidak ingin mengganggu tidurnya sehingga memilih pergi tanpa pamit.“Ya ampun ... Bang Juna ... Bang Juna,” Kejora memekik tertaha sa
Cinta itu anugrah, perasaan yang membuat kita merasa bahagia.Tapi jika mencintai orang yang tidak tepat, akan menjadi malapetaka.Misalnya mencintai istri atau suami orang atau mencintai orang yang tidak mencintai kita.Tapi cinta yang dirasakan Kalila kepada Elvano-sekertarisnya adalah cinta yang tidak bisa diwujudkan.Status sosial mereka yang jomplang membuat Kalila menahan rasa itu dan ternyata sangat menyakitkan.Kalila tidak pernah mencintai seorang pria sebelumnya, seleranya sangat tinggi mengingat ia adalah wanita karir sukses di usianya yang masih muda.Namun setiap hari bersama Elvano, muncul ketertarikan tersendiri di dalam hati Kalila.Elvano adalah pria cerdas, lulusan terbaik dari Universitas terkenal di Vietnam selain itu ia sangat tampan dengan tubuhnya yang atletis.Selain menjadi sekertaris, Elvano sudah seperti bodyguard untuk Kalila yang sering bertemu dengan banyak klien untuk melakukan negosiasi bisnis.Pertemuan itu terkadang dilakukan di hotel dan banyak dari
Arjuna jarang bertemu Kejora semenjak kejadian dirinya tidak menjemput gadis itu di kampus.Pagi harinya sengaja ia menunggu di depan teras pura-pura sibuk dengan macbooknya untuk menunggu Kejora namun sang gadis tak kunjung muncul.Apa mungkin Kejora sakit? Adalah pertanyaan yang ada di dalam pikiran Arjuna saat itu.Sayangnya, Arjuna harus segera berangkat ke kantor karena ada meeting dengan klien.Ia pun melewatkan bertemu dengan Kejora pagi ituSemesta seolah membolak-balikan keadaan, Arjuna jadi ingin bertemu Kejora, ingin mengetahui keadaannya.Malam harinya ketika ia pulang, lampu di kamar Kejora sudah padam.Apakah Kejora sudah tidur? Atau mungkin belum sampai rumah?Arjuna menahan keinginannya untuk menanyakan kepada Mommynya apakah sudah bertemu Kejora hari ini namun jika ia bertanya demikian pasti sang Mommy akan mencecarnya dan terbongkar lah jika ia tidak menjemput Kejora di kampus yang membuat gadis itu menunggu hingga kehujanan.Sang Mommy pasti mengoceh tiada henti da
Mata Arjuna melirik Kejora yang duduk tenang di sampingnya, pandangan sang gadis lurus ke depan tanpa banyak bergerak atau banyak bicara seperti yang biasa dilakukannya.Matanya tampak sayu dan sedikit pucat, apa Kejora belum sehat betul? Tapi kenapa memaksa ingin pergi ke kampus?Arjuna berdekhem dua kali, dari ekor matanya Arjuna bisa melihat Kejora menoleh sekilas dengan senyum khasnya kemudian mengembalikan tatapan ke depan.Banyak pertanyaan yang ingin Arjuna ucapkan namun tertahan di tenggorokan.“Berapa lama kamu di rawat?” Akhirnya Arjuna mengeluarkan suara.“Satu minggu, Bang ... awalnya Kejora paksain untuk enggak bedrest soalnya Kejora mau ujian jadi harus fokus belajar, eeeh ... setelah ujian akhirnya tumbeng juga ... tapi Ayah sama Bunda enggak tau loh Bang ... awalnya Uncle sama Aunty juga enggak tau tapi setelah beberapa hari enggak liat Kejora di rumah, trus Aunty penasaran nyari Kejora ... waktu itu Aunty telepon Kejora makanya tau kalau Kejora masuk rumah sakit, Kej
“Hayati lelah, Bang ... Abang kok cuek lagi sih sama Kejora ... padahal kemarin-kemarin Abang posesif banget sampe ngelarang Kejora deket-deket sama Marvin,” gumam Kejora dari balkon kamarnya. Sudah beberapa menit lalu sang Arjuna sampai di rumahnya namun pria itu masih belum terlihat di kamar yang saat ini sedang Kejora pandangi.Kejora Tersenyum ketika melihat lampu kamar Arjuna menyala, dari jendela yang tidak tertutup tirainya—Kejora dapat melihat Arjuna sedang membuka kemeja.Seperti gerakan slowmotion tangan Arjuna membuka kancing di dadanya satu persatu lalu melempar kemeja itu ke keranjang cucian.Mata Kejora penuh binar melihat otot di lengan Arjuna yang seksi seakan melambai minta untuk disentuh.Lalu kedua tangannya menyilang di depan tubuh, mengangkat kaos dalam yang masih melekat di tubuhnya secara perlahan.Kini mulut Kejora menganga melihat pemandangan otot di perut Arjuna.“Ya Tuhaaaan, sungguh indah ciptaan Mu,” gumam Kejora nyaris meneteskan air liur.Tiba-tiba saja
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya