Bibir Kejora seakan lupa bagaimana caranya berhenti tersenyum.
Bagaimana tidak, ternyata rumah yang dijanjikan sang Ayah untuk Kejora tempati selama berkuliah di Jerman—berada tepat di depan rumah Arjuna.Rendra sendiri tidak pernah tau jika anak dari Alisha dan Ben tinggal di depan rumah yang dibelinya beberapa bulan lalu.Pasalnya Alisha dan Ben juga tidak menetap di sana, mereka selalu berpindah dari satu kota ke kota lainnya untuk mengawasi restoran milik mereka yang tersebar di beberapa kota di Jerman dan Irlandia.Selain itu Alisha dan Ben memiliki rumah tinggal di Irlandia dan datang ke Jerman hanya sesekali untuk mengunjungi Arjuna dan restorannya saja.Seakan semesta berpihak padanya dan takdir kadang bercanda selucu ini.Kejora akan lebih mudah memikat hati Arjunanya, ia telah menyusun berbagai rencana yang salah satunya adalah membuatkan sarapan pagi dan makan malam untuk pria itu.Hitung-hitung ia belajar menjadi seorang istri bagi sang Arjuna.Sebelum rumah itu rampung untuk direnovasi bagian interiornya, untuk sementara waktu Kejora tinggal di apartemen dan mulai besok Kejora sudah bisa menempati rumah itu.Senyum penuh kebahagiaan di bibir Kejora, tertangkap jelas oleh Arjuna yang sedang membayangkan bagaimana hidupnya kedepan dengan Kejora menjadi tetangganya.Semenjak kemarin malam kedua orang tuanya menceritakan jika Kejora akan menjadi tetangganya, sejak itu juga Arjuna seperti ingin lenyap dari muka bumi ini.Siang itu keluarga Rendra sengaja mengunjungi Ben dan Alisha untuk pamit karena akan kembali ke negara masing-masing.Ben dan Alisha menjamu makan siang terakhir sebelum Rendra dan keluarganya menuju Bandara dimana dua privat jet milik AG grup terparkir di sana.“Waaa ... kebetulan sekali ya Abang beli rumah di perumahan ini, Arjuna jadi bisa jagain Kejoranya,” Aunty Alisha berkata begitu renyah memberikan kesegaran bagai angin sepoi-sepoi menerpa hati Kejora.“Makasih ya Ayah ... Kejora sayang banget sama Ayah,” Kejora memeluk sang Ayah erat.Entah ini pertanda bagus atau buruk, hati kecil Rendra mengkhawatirkan sesuatu.Walau bagaimanapun Kejora adalah anak gadisnya yang memiliki kecantikan di atas gadis normal pada umumnya.Mungkin Arjuna saat ini belum menyukai Kejora tapi jika Kejora yang terus-terusan menyodorkan dirinya, bisa jadi Arjuna dan ... Rendra menggelengkan kepala mengenyah pikiran buruk tentang ‘kecelakaan’ sebelum nikah yang banyak terjadi di kalangan anak muda jaman sekarang.“Jaga kepercayaan Ayah ya Kejora, kamu menyandang nama baik Gunadhya di belakang namamu,” gumam Rendra dengan mata menatap tajam ke arah Arjuna yang kemudian menelan saliva kelat seolah pesan Rendra pada Kejora merupakan ultimatum untuk Arjuna.Padahal tidak sedikitpun Arjuna menyukai gadis genit seperti Kejora, jika boleh jujur—Arjuna lebih tertarik kepada Kalil-Kakak dari Kejora yang selalu menunjukan tampang datar dan setiap gerak-geriknya selalu efisien, tidak banyak bicara dan elegan terkesan misterius.“Tenang Ayah ... Kejora enggak akan masukin cowok ke dalam rumah, paling sekali-kali Bang Juna masuk ke rumah buat ngusir kecoa atau bantuin masangin lampu,” kata Kejora beralasan.“Arjuna ‘kan cowok, Kejora ... .” Kama-sang Kakak tersayang melayangkan protes.“Abang Juna ‘kan calon mantu Ayah, jadi boleh ya, Yaaaah?”Rendra hanya tersenyum menanggapi.“Kata Bunda ... Kejora jago masak, jadi nanti kalau Mommy sama Daddy lagi survey restoran ke beberapa kota atau kembali ke Irlandia ... kamu ada yang masakin, Jun!” Alisha menepuk pundak Arjuna pelan.“Ya ampun Aunty ... kok kita bisa sehati sih, Kejora juga udah kepikiran gitu,” kata Kejora dengan ekspresi wajah malu-malu kucing membuat Ben dan Alisha tergelak.Bunda Aura dan Kalika merotasi bola matanya, di antara keluarga Gunadhya hanya Kejora yang memiliki sifat berbeda dari yang lain.Itu kenapa Kejora menjadi kesayangan Gunadhya dan selalu menjadi bintang di hati mereka.***“Seperti yang kita tau, Kejora menyukaimu ... aku tidak mengerti kenapa Kejora sampai tergila-gila padamu ... padahal anak Presiden di negara Kami dan anak Sultan dari Negara tetangga, dia tolak mentah-mentah ...,” tutur Kama ketika hanya berdua saja di taman belakang bersama Arjuna setelah selesai makan siang.Arjuna tersenyum kaku, ia begitu menghormati keluarga angkat Mommynya yang menurut Arjuna sangat ramah.Tapi tidak dengan Kejora. Gadis itu, ya Tuhan ... nyaris membuatnya hypertensi.Contohnya tadi ketika makan siang bersama di meja makan, gadis itu menyuapkan lauk pauk dari piringnya ke mulut Arjuna bertepatan saat Arjuna membuka mulutnya.Terpaksa Arjuna mengunyah apa yang sudah berada di mulutnya dari sendok Kejora tadi.Ingin marah tapi dua pria Gunadhya itu seakan mengawasi Arjuna meski netra mereka tidak terarah kepadanya.“Sebagai Kakak, aku berharap kamu tidak menyakitinya ... .”“Aku akan berikan penjelasan kepada Kejora, semoga dia mau mengerti.”Tersirat jelas dari ucapan Arjuna jika pria itu tidak mencintai Kejora, Kama mendengus geli di dalam hati.Mungkin sekarang Arjuna tidak mencintai Kejora, dengan pertemuan mereka yang intens karena rumah mereka yang saling berhadapan, Kama bertaruh paling lama enam bulan Kejora sudah berhasil memikat hati Arjuna.“Semoga berhasil,” ucap Kama, menepuk pundak Arjuna sedikit kencang kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, sang Ayah sudah memanggilnya.***Hari minggu harusnya menjadi hari libur yang digunakan Arjuna untuk beristirahat tapi Daddynya mengada-ngada dan memintanya untuk mengantar keluarga Gunadhya ke Bandara dan agar ada yang menemani Kejora pulang dari sana.Jika bukan sebagai tanda penghormatannya kepada keluarga angkat sang Mommy, Arjuna tidak sudi melakukan ini.Meski bagaimanapun keluarga Gunadhya sangat berperan penting bagi hidup Mommynya hingga sampai bisa memiliki gelar dokter meski sudah tidak digunakan lagi tapi sang Mommy selalu membanggakannya.“Abang ganteng ... kok diem aja sih?” Kejora memecah keheningan di antara mereka ketika sudah lima menit mobil sport Arjuna keluar dari pelataran parkir Bandara.Arjuna melirik sebentar Kejora yang memasang senyum manis ke arahnya.Hati kecil Arjuna mengakui jika Kejora memang cantik, hanya saja gadis yang memiliki mata indah dan bulu mata lentik itu selalu tidak terduga.Tidak mendapat jawaban dari sang Arjuna, Kejora memilih merubah posisi duduknya lurus ke depan.Menyalakan audio di mobil Arjuna tanpa segan, kebetulan mobil yang sekarang sedang dikemudikan oleh Arjuna memiliki jenis yang sama dengan miliknya yang baru saja dibelikan oleh sang Kakek.Sebuah lagu cinta mengalun menghangatkan suasana tapi masih belum mampu mencairkan es di hati Arjuna.Jarak yang jauh ditambah padatnya kendaraan karena hampir dari setengah warga kota kembali dari berlibur dan melintasi jalan yang sama dengan jalan yang sedang mereka lalui membuat waktu tempuh kembali ke rumah menjadi sangat panjang.Dan selama itu juga Arjuna memilih membungkam mulutnya dari pada mengobrol dengan makhluk cantik di sampingnya.Arjuna membelokan kemudi memasuki stasiun pengisian bahan bakar.Pantas saja Kejora tidak bergerak selama beberapa lama, ternyata gadis itu tertidur dengan pulasnya.Berjam-jam sudah mereka menempuh perjalanan, Arjuna masih berbaik hati ingin menawarkan Kejora untuk ke toilet atau membeli minuman namun ia enggan membangunkan Kejora.Mengingat mereka akan memasuki jalan tol dan tidak akan menemukan rest area sampai pintu keluar tol, terpaksa Arjuna harus membangunkan Kejora.Arjuna mengguncang tubuh Kejora dan gadis itu bergerak memiringkan tubuhnya menghadap Arjuna.Wajah cantik itu tampak damai dan ... cantik. Arjuna berdekhem untuk mengenyahkan pujian yang dengan lantang diucapkan oleh pikirannya.“Kejora ...,” panggil Arjuna serak,Mata indah itu terbuka perlahan mengibas bulu mata tebal nan lentiknya.“Kenapa sayang?” jawab Kejora parau membuat Arjuna gelagapan namun dengan cepat ia menguasai dirinya.“Kamu mau ke toilet atau beli minum?” tawaran Arjuna terdengar dingin.Tapi bukan Kejora jika menghiraukan sikap menyebalkan pria itu, ia malah tersenyum.“Abang mau minum apa?” Kejora bertanya setelah satu kakinya turun dari mobil.Arjuna menggelengkan kepala sebagai jawaban tanpa menatap Kejora namun sang bintang di hati orang-orang kesayangannya itu hanya tersenyum tipis menanggapi kecuekan Arjunanya.Beberapa lama berlalu hingga akhirnya Arjuna selesai mengisi bahan bakar namun Kejora tak kunjung kembali.Berdecak kesal, Arjuna memukul stir mobil meluapkan kekesalannya karena hari semakin larut sementara ia ingin segera beristirahat.“Abaaaanggg!” teriakan Kejora samar-samar terdengar.Awalnya ia pikir itu hanya halusinasi saja tapi ketika teriakan Kejora yang kedua terdengar, spontan Arjuna turun dari mobilnya.Arjuna melihat Kejora sedang diseret oleh beberapa berandal hingga menghilang di balik tembok minimarket.Dengan kecepatan cahaya tanpa memperdulikan mobilnya, Arjuna berlari mengejar gerombolan pemuda yang membawa Kejora.Jantungnya berdetak kencang ketika melihat Kejora nyaris mendapat tindakan pelecehan dari berandalan yang berjumlah lima orang.Ketika Arjuna menghajar tiga di antaranya, dua pria lain mencekal tangan Kejora dan mencoba melecehkannya kembali membuat Arjuna semakin berang.Bak super hero, dengan mudahnya Arjuna melumpuhkan para pria yang ternyata sedang dalam pengaruh alkohol.Kejora terduduk di aspal, menenggelamkan wajahnya yang basah dengan air mata di antara kedua lutut.Dengan peluh yang membanjiri punggung dan pelipisnya, Arjuna mendekati Kejora kemudian berjongkok di depannya.Mengguncang pundaknya perlahan. “Hey, kamu baik-baik saja?”Kejora menggelengkan kepalanya, masih menyembunyikan wajah di antara lutut.Tangisnya masih terdengar, Kejora syok bukan main.Perlahan Arjuna menyelipkan tangan di bawah lutut dan punggung Kejora, menggendongnya ala bridal style.Kejora beralih melingkarkan kedua tangan di pundak Arjuna, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher pria itu membuat Arjuna menelan saliva kelat.Jantung Arjuna kini bukan berdetak kencang karena khawatir akan keselamatan Kejora seperti ketika ia melihat gadis itu hendak dilecehkan, atau karena pertarungannya tadi dengan kelima berandal yang hendak berbuat jahat kepada Kejora melainkan karena napas hangat Kejora menerpa lehernya.Untuk pertama kali dalam hidupnya Arjuna merasakan bulu kuduknya berdiri oleh sentuhan seorang gadis.Arjuna melirik Kejora yang duduk di kursi penumpang di sampingnya, gadis itu tampak seperti menahan tangis. Kristal bening mengucur deras namun bibir Kejora mengatup, kedua tangannya yang berada di atas pangkuan bergetar hebat. “Kejora ... apa kamu terluka?” Arjuna bertanya dengan nada lembut.Kejora menggelengkan kepala. Arjuna meraih tissue yang kemudian ia berikan kepada Kejora.Satu tangannya yang lain memegang kemudi dan mata Arjuna bergerak cepat menatap jalan kemudian Kejora secara bergantian.Beberapa saat tangan Arjuna menggantung namun akhirnya tangan bergetar Kejora terangkat juga menerima tissue tersebut.Kening Arjuna tidak berhenti berkerut hingga mobilnya keluar dari jalan tol, membelokan kemudi untuk memarkirkan mobilnya di minimarket.Tanpa banyak bicara Arjuna keluar dari mobil dan beberapa saat kemudian masuk kembali dengan botol air mineral di tangannya.“Minumlah ... .” Arjuna menyodorkan botol air mineral tersebut namun Kejora diam saja.Tangannya masih bergeta
Mata Kejora seakan melihat taman kampus ditumbuhi dengan bunga-bunga indah berwarna-warni sejauh mata memandang.Sama halnya dengan hati Kejora saat ini yang sedang berbunga-bunga bahkan perut Kejora masih bisa merasakan gelenyar asing seperti kupu-kupu sedang beterbangan di dalam perut.Bayangkan saja, ketika bangun dari tidur tadi subuh sekali—Kejora langsung mendapat pemandangan indah wajah tampan sang Arjuna.Belum lagi lengan berototnya berada di bawah leher Kejora sementara satu tangan bebas lelaki itu berada di pinggangnya, memeluk posesif.Ya ampun, pipi Kejora sampai merona membayangkan hal itu.Saking nyamannya, Kejora semakin melesakan wajah di leher Arjuna kembali terpejam hingga Arjuna bangun dan dengan perlahan melepas pelukannya.Kejora sudah sepenuhnya sadar ketika Arjuna mengendap-ngendap keluar dari apartemen.Ia menganggap jika Arjuna tidak ingin mengganggu tidurnya sehingga memilih pergi tanpa pamit.“Ya ampun ... Bang Juna ... Bang Juna,” Kejora memekik tertaha sa
Cinta itu anugrah, perasaan yang membuat kita merasa bahagia.Tapi jika mencintai orang yang tidak tepat, akan menjadi malapetaka.Misalnya mencintai istri atau suami orang atau mencintai orang yang tidak mencintai kita.Tapi cinta yang dirasakan Kalila kepada Elvano-sekertarisnya adalah cinta yang tidak bisa diwujudkan.Status sosial mereka yang jomplang membuat Kalila menahan rasa itu dan ternyata sangat menyakitkan.Kalila tidak pernah mencintai seorang pria sebelumnya, seleranya sangat tinggi mengingat ia adalah wanita karir sukses di usianya yang masih muda.Namun setiap hari bersama Elvano, muncul ketertarikan tersendiri di dalam hati Kalila.Elvano adalah pria cerdas, lulusan terbaik dari Universitas terkenal di Vietnam selain itu ia sangat tampan dengan tubuhnya yang atletis.Selain menjadi sekertaris, Elvano sudah seperti bodyguard untuk Kalila yang sering bertemu dengan banyak klien untuk melakukan negosiasi bisnis.Pertemuan itu terkadang dilakukan di hotel dan banyak dari
Arjuna jarang bertemu Kejora semenjak kejadian dirinya tidak menjemput gadis itu di kampus.Pagi harinya sengaja ia menunggu di depan teras pura-pura sibuk dengan macbooknya untuk menunggu Kejora namun sang gadis tak kunjung muncul.Apa mungkin Kejora sakit? Adalah pertanyaan yang ada di dalam pikiran Arjuna saat itu.Sayangnya, Arjuna harus segera berangkat ke kantor karena ada meeting dengan klien.Ia pun melewatkan bertemu dengan Kejora pagi ituSemesta seolah membolak-balikan keadaan, Arjuna jadi ingin bertemu Kejora, ingin mengetahui keadaannya.Malam harinya ketika ia pulang, lampu di kamar Kejora sudah padam.Apakah Kejora sudah tidur? Atau mungkin belum sampai rumah?Arjuna menahan keinginannya untuk menanyakan kepada Mommynya apakah sudah bertemu Kejora hari ini namun jika ia bertanya demikian pasti sang Mommy akan mencecarnya dan terbongkar lah jika ia tidak menjemput Kejora di kampus yang membuat gadis itu menunggu hingga kehujanan.Sang Mommy pasti mengoceh tiada henti da
Mata Arjuna melirik Kejora yang duduk tenang di sampingnya, pandangan sang gadis lurus ke depan tanpa banyak bergerak atau banyak bicara seperti yang biasa dilakukannya.Matanya tampak sayu dan sedikit pucat, apa Kejora belum sehat betul? Tapi kenapa memaksa ingin pergi ke kampus?Arjuna berdekhem dua kali, dari ekor matanya Arjuna bisa melihat Kejora menoleh sekilas dengan senyum khasnya kemudian mengembalikan tatapan ke depan.Banyak pertanyaan yang ingin Arjuna ucapkan namun tertahan di tenggorokan.“Berapa lama kamu di rawat?” Akhirnya Arjuna mengeluarkan suara.“Satu minggu, Bang ... awalnya Kejora paksain untuk enggak bedrest soalnya Kejora mau ujian jadi harus fokus belajar, eeeh ... setelah ujian akhirnya tumbeng juga ... tapi Ayah sama Bunda enggak tau loh Bang ... awalnya Uncle sama Aunty juga enggak tau tapi setelah beberapa hari enggak liat Kejora di rumah, trus Aunty penasaran nyari Kejora ... waktu itu Aunty telepon Kejora makanya tau kalau Kejora masuk rumah sakit, Kej
“Hayati lelah, Bang ... Abang kok cuek lagi sih sama Kejora ... padahal kemarin-kemarin Abang posesif banget sampe ngelarang Kejora deket-deket sama Marvin,” gumam Kejora dari balkon kamarnya. Sudah beberapa menit lalu sang Arjuna sampai di rumahnya namun pria itu masih belum terlihat di kamar yang saat ini sedang Kejora pandangi.Kejora Tersenyum ketika melihat lampu kamar Arjuna menyala, dari jendela yang tidak tertutup tirainya—Kejora dapat melihat Arjuna sedang membuka kemeja.Seperti gerakan slowmotion tangan Arjuna membuka kancing di dadanya satu persatu lalu melempar kemeja itu ke keranjang cucian.Mata Kejora penuh binar melihat otot di lengan Arjuna yang seksi seakan melambai minta untuk disentuh.Lalu kedua tangannya menyilang di depan tubuh, mengangkat kaos dalam yang masih melekat di tubuhnya secara perlahan.Kini mulut Kejora menganga melihat pemandangan otot di perut Arjuna.“Ya Tuhaaaan, sungguh indah ciptaan Mu,” gumam Kejora nyaris meneteskan air liur.Tiba-tiba saja
Perlahan Arjuna membuka mata, wajah secantik bidadari dengan bulu mata lentik menyapanya.Beberapa saat Arjuna menatap Kejora yang juga sedang menatapnya tanpa ekspresi, tidak ada senyuman manis nan hangat yang selalu diberikan gadis itu hanya untuknya.Kejora tampak sedang menuntut penjelasan dari Arjuna. “Abang bohong!” Dua kata itu menyentak hati Arjuna menghasilkan kerutan di antara alisnya.“Katanya Abang enggak suka sama Kejora, trus kenapa Abang genggam tangan Kejora seerat ini ... trus kaki Abang juga masuk-masuk ke paha Kejora, Abang kenapa sih harus jual mahal gitu?” Semakin terhenyak mendengar untaian kalimat Kejora yang diucapkannya dengan nada merajuk manja.Arjuna melepaskan genggaman tangannya, baru menyadari jika memang telapak tangannya melingkupi jemari Kejora.Dengan cepat menarik kaki yang berada di antara paha bawah Kejora.Arjuna menegakan tubuhnya, menarik sandaran kaki hingga membuat tempat tidur itu menjadi sebuah kursi kembali.Kejora menahan senyumnya, ia
Kejora menatap lurus ke depan, upacara sakral pernikahan sepupunya sedang berlangsung.Kemudian melirik ke arah pria tampan blasteran yang duduk di barisan keluarga pihak pria, padahal seharusnya ia berada di barisan keluarga mempelai wanita, mungkin Arjuna tersesat.Bibir Kejora entah kenapa menyunggingkan sebuah senyum.Apakah karena membayangkan dirinya dan Arjuna duduk berdampingan seperti yang dilakukan sepupunya saat ini bersama sang calon suami? Memakai pakaian adat dengan selendang menutup kepala mereka.Sesaat Kejora menoleh ke samping, melihat Kama—sang Kakak yang terkenal dingin dan anti perempuan sedang menggenggam erat tangan wanita yang dijodohkan untuknya.Kama pernah bercerita jika ia enggan dijodohkan dan belum berniat untuk membina rumah tangga namun ternyata Tuhan berkata lain, sang Kakak diberikan jalan takdir di luar dugaan.Kama dijodohkan dengan perempuan yang tidak lain adalah gadis yang tanpa sengaja ia renggut kesuciannya.Sang Kakak mengaku jika seorang tem
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya