Kejora menatap lurus ke depan, upacara sakral pernikahan sepupunya sedang berlangsung.Kemudian melirik ke arah pria tampan blasteran yang duduk di barisan keluarga pihak pria, padahal seharusnya ia berada di barisan keluarga mempelai wanita, mungkin Arjuna tersesat.Bibir Kejora entah kenapa menyunggingkan sebuah senyum.Apakah karena membayangkan dirinya dan Arjuna duduk berdampingan seperti yang dilakukan sepupunya saat ini bersama sang calon suami? Memakai pakaian adat dengan selendang menutup kepala mereka.Sesaat Kejora menoleh ke samping, melihat Kama—sang Kakak yang terkenal dingin dan anti perempuan sedang menggenggam erat tangan wanita yang dijodohkan untuknya.Kama pernah bercerita jika ia enggan dijodohkan dan belum berniat untuk membina rumah tangga namun ternyata Tuhan berkata lain, sang Kakak diberikan jalan takdir di luar dugaan.Kama dijodohkan dengan perempuan yang tidak lain adalah gadis yang tanpa sengaja ia renggut kesuciannya.Sang Kakak mengaku jika seorang tem
“Bayarin!” Kejora tersenyum semanis madu dengan kerjapan mata menggoda ketika menyeret Arjuna ke kasir setelah membawa beberapa pakaian untuk dikenakannya selama di Lombok.“Kenapa harus aku?” Kening Arjuna mengkerut.“Abang yang ngajak Kejora ke Lombok, Kejora enggak mungkin bawa koper ... nanti Ayah sama Bunda curiga,” Kejora beralasan.Arjuna mengembuskan napas kasar tapi tak ayal ia pun mengeluarkan kartunya untuk membayar semua belanjaan Kejora.Tidak hanya satu butik, beberapa butik Kejora jajal dan Arjuna hanya pasrah diseret-seret sedemikian rupa kemudian menggesekan kartunya di kasir.Demi buah tangan berkesan untuk Elma-sang pujaan hati, apapun akan Arjuna lakukan.“Memang kita mau berapa hari di sana?” Arjuna bertanya karena melihat banyaknya pakaian yang dibeli Kejora.Mata Arjuna bergerak memperhatikan Kejora memasukan belanjaannya ke dalam koper yang baru saja ia beli untuk menampung semua pakaian itu.Tanpa mau repot-repot Arjuna membantu Kejora merapihkan keperluannya
Arjuna tertegun ketika turun dari yacht lalu di sambut pemandangan pulau dengan resort yang indah mirip Maldives atau Bora-bora Island.Matanya mengerjap sementara mulutnya terbuka sebagian.Apa tidak salah Kejora membawanya ke sini? Mereka hendak membeli perhiasan mutiara bukan ingin berbulan madu.“Kejora!” Seruan Arjuna membuat langkah Kejora menapaki dermaga apung yang sedang dipandu seorang pegawai resort pun terhenti.“Kenapa sayang?” tanyanya sesuka hati mengganti panggilan nama Arjuna.“Apa kamu sedang membodohiku?” “Hem? Gimana maksudnya?” Kejora melangkah mendekat, raut wajahnya tanpa dosa.“Kita akan membeli perhiasan bukan berbulan madu!” Arjuna menggeram menahan suara.“Ya trus siapa yang bilang mau bulan madu? Abang ngelamar Kejora aja belum, sebelum janur kuning melambai Abang enggak boleh nyentuh Kejora,” tegas Kejora sok jual mahal.“Kejoraaaa!” Arjuna kali itu tidak sanggup menahan geramannya.“Iya Abaaaaang?” Kejora memutar tubuh mengayun langkah santai ketika men
Angin laut yang berhembus sepoi-sepoi menerbangkan surai yang menutupi sisi wajah Kejora.Meski penerangan temaram hanya beberapa obor menerangi resto tersebut dan lilin kecil di atas meja yang memberi kesan romantis tapi justru hal itu membuat wajah Kejora terlihat cantik eksotis.Semenjak kepergiannya ke Indonesia entah sudah berapa kali hati Arjuna mengkhianati pemiliknya dengan terus memuji Kejora.Gadis di depannya begitu tekun menghabiskan makan malam dengan cita rasa Nusantara yang sejujurnya tidak cocok di lidah Arjuna.“Makan Bang, Abang enggak akan kenyang dengan hanya mandangin wajah Kejora,” sindir Kejora dengan mata tertuju pada piring di depannya.Sesaat kemudian Kejora mendongak dan mendapati sang Arjuna sedang mengerjap gugup karena sudah tertangkap basah sedari tadi mengagumi kecantikan Kejora.Arjuna berdekhem, berusaha menghilangkan ke kekonyolannya.“Aku tidak suka menu makan malam ini,” ucap Arjuna datar. Kejora menyimpan sendoknya, bibir sensual itu melengkung k
“Bang, naik motor aja ya ... biar kita bisa datangin satu persatu pengrajin juga toko-toko yang menghasilkan perhiasan,” ujar Kejora membuka pembicaraannya pagi ini.Semenjak semalam mereka tiba di cottage hingga bangun di pagi hari gadis itu seakan menutup rapat mulutnya.Biarpun begitu, ekspresi wajahnya tidak ada yang berubah menjadi sedih maupun memberengut, bahkan senyum kecil tersungging ketika mereka berpapasan di depan kamar mandi.“Kamu enggak takut sinar matahari?” Arjuna bertanya seraya menaikan satu alisnya.“Nope!” Kejora menjawab cepat disertai gelengan kepala.“Selesai sarapan kita pergi,” putus Arjuna yang mendapat anggukan cepat dari Kejora.“Mau kemana?” Kening Arjuna terlipat dalam tatkala Kejora bangkit dari kursinya.“Mau ambil makanan lagi, Kejora harus banyak makan karena seharian kita akan berburu perhiasan,” jawabnya santai kemudian berlalu menuju stand-stand yang tersaji di restoran.Arjuna mendengus geli, semenjak mengenal Kejora—ia memperhatikan jika gadis
Arjuna mendongak dari macbooknya, mengembuskan napas kasar kemudian menyimpan benda itu ke dalam tas.Sejujurnya ia ingin menghabiskan satu hari lagi di pulau yang seperti Surga dunia ini, jauh dari penatnya pekerjaan dan bisingnya suara kendaraan.Namun tadi sang sahabat menghubungi berkali-kali dan mengatakan jika pekerjaan telah menanti.Belum lagi sang sekertaris yang mengirim banyak email mengenai apa lagi jika bukan data-data perkembangan perusahaan.Terpaksa besok pagi mereka harus kembali ke Jerman, Kama sudah meminta sekertarisnya membelikan tiket pesawat untuk dua orang.Tapi yang terpenting perhiasan untuk sang wanita pujaan hati telah ia dapatkan.Bibir Arjuna melengkungkan sebuah senyum, binar di matanya sama berkilauan dengan perhiasan yang baru saja ia beli.Rencananya, ia akan memberikan gelang untuk Elma dan anting untuk sang Mommy.Cincin bertahtakan mutiara paling mahal dengan batang yang terbuat dari emas dua puluh empat karat itu mungkin akan ia simpan sementara w
“Jadi bagaimana tanggapannya setelah kamu memberi perhiasan mutiara itu?” King bertanya kepada Arjuna setelah sang sahabat menceritakan mengenai liburannya ke Lombok hanya untuk membeli oleh-oleh untuk sang pujian hati.Arjuna melewatkan Kejora dalam ceritanya. Ia sulit mengartikan hubungannya dengan Kejora dan juga bukan karakter Arjuna untuk membicarakan atau mengeluhkan seorang wanita.“Dia hanya mengucapkan terimakasih tanpa membukanya karena memang saat itu kita harus bertemu klien,” Arjuna menjawab kemudian menyesap kopinya.Semenjak King mengurus perusahaannya di kota ini, mereka sering kali bertemu baik itu makan siang atau sekedar menikmati kopi sepulang kerja.Banyak yang mereka bicarakan, mulai dari teman semasa sekolah dulu atau terkadang bertukar pikiran membahas bisnis.Mungkin karena bisnis yang mereka geluti berbeda jenis sehingga tidak ada persaingan di antara keduanya.Seperti siang ini, Arjuna menjemput King di kantornya dan memilih sebuah restoran mewah yang berada
“Baaaang,” panggil Kejora lemah.“Apa?” Arjuna beranjak dari kursi, melangkah mendekat ke arah ranjang hidrolik tempat Kejora terbaring.Mencari tau apa Kejora membutuhkan sesuatu.“Ngantuk,” balas Kejora. Tangannya meraih tangan Arjuna kemudian menggenggamnya erat.“Separah apa kaki kamu?” Arjuna duduk di tepi ranjang, tidak membalas genggaman Kejora tapi menempatkan tangannya dan tangan gadis itu di atas paha.“Cuma retak.” Arjuna mengembuskan napas pelan. “Hubungi dulu Kalila, setelah itu tidurlah.” “Abang aja, nih pake hape Kejora ... Kejora ngantuk banget.” Kejora memberikan ponselnya pada Arjuna kemudian merubah posisi tidurnya.Tangan yang tadi menggenggam tangan Arjuna kini beralih memeluk pinggang pria itu.“Kejora!” Arjuna berseru tatkala gadis itu memeluk pinggangnya.“Kejora lagi sakit, Bang ... sebentar aja sampai Kejora bobo,” rengek Kejora dan mana bisa Arjuna menolak.Kening Arjuna berkerut tapi membiarkan Kejora melakukan apa yang diinginkan gadis itu terhadap tubuh
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya