“This way ...,” kata King menunjukan jalan di lorong rumah sakit menuju kamar rawat Kejora.Kalila mengikuti dari belakang kemudian menghentikan langkah karena pria bertubuh tegap dengan otot yang memperolok lengan bajunya itu pun berhenti.“No, this way!” ujarnya lagi memutar tubuh.“Goosshhh!” Kalila mengesah seraya merotasi bola matanya.Malam semakin larut dan lorong rumah sakit itu tampak sepi juga menyeramkan.“Sebenarnya kamu tau jalan enggak sih!” Kalila berseru kesal menghentakan heelsnya mendahului King.Pasalnya dalam perjalanan menuju rumah sakit tadi, King membawanya berputar-putar.Pria itu mengatakan jika belum hapal jalanan di kota sehingga mereka tersasar cukup jauh.Berkali-kali ia meminta King untuk menggunakan aplikasi penunjuk jalan tapi pria itu menolak dengan alasan tidak menyukai nada kaku si wanita dari aplikasi tersebut.Sangat mengada-ngada memang tapi Kalila sendiri tidak berbuat banyak dan memasrahkannya pada King.Lalu sekarang, King juga membawanya berpu
Arjuna menatap sang sahabat penuh curiga, sengaja matanya memicing agar King terintimidasi.“Aku ingin mendapatkan Kalila,” ujar King tanpa berniat menutupi perasaannya.“Bisa dibilang Kalila itu saudara angkatku, King ... kamu cari lah wanita lain.” Arjuna sudah menduga niat King kepada Kalila.“Apa maksudmu, aku ingin memiliki Kalila seutuhnya ... hingga maut memisahkan.” Kalimat gombalan yang sering King ucapkan kepada para gadis membuat Arjuna merotasi bola matanya.King tertawa pelan seraya menggeleng samar. “Aku serius ... dia wanita yang aku kira sebagai karyawanmu dan saat itu memintamu mengajaknya ke night club,” ujar King mengingatkan tapi Arjuna masih tidak percaya jika King akan serius kepada Kalila mengingat sepak terjang sahabatnya dengan banyak wanita.“Dan beberapa bulan berlalu, kamu masih memikirkannya?” “Tepat sekali!” King berseru.“Kamu pikir aku percaya!” ledek Arjuna kemudian.Kali ini King tergelak, menertawakan dirinya sendiri yang terlalu playboy sehingga Ar
“Apa yang kamu lakukan?!” Kalimat itu bukan pertanyaan melainkan seruan pasalnya Kalila sambil melayangkan tatapan tajam kearah King. “Aku?” King malah balik bertanya.“Siapa lagi? Kamu pikir ada siapa lagi di sini selain kamu yang ingin ikut masuk ke dalam rumah?” “Oh ... aku tadi dimintai pesan oleh Kejora untuk menemanimu karena kamu penakut,” balas King santai.Kening Kalila terlipat dalam, ia berpikir kapan Kejora mengatakannya pada King?Seingatnya tidak sedikitpun King tampak berbincang berdua dengan Kejora, bahkan pria itu mendekati Kejora hanya pada saat akan pamit pulang.Dan kenapa juga pria kaya raya yang sialnya sangat tampan ini memaksa ingin mengantarnya pulang sekaligus ingin menemaninya?“Melalui pesan, perlu aku perlihatkan?” King merogoh ponselnya untuk ia berikan kepada Kalila.Di dalam hati King ketar ketir karena tidak satupun pesan yang Kejora kirim selain itu dirinya tidak begitu dekat dengan Kejora sehingga bisa saling mengetahui nomor ponsel masing-masing.
Kalila menapaki anak tangga di kantornya tidak semangat seperti hari-hari yang lalu.Bukan sedang dalam keadaan sedih juga tapi karena sedang menikmati moment yang akan ia rindukan dikantornya ini.Tepat setelah sang Kakak kembar menikah dengan calon istrinya, ia akan hijrah ke Jerman untuk memegang perusahaan milik keluarganya di sana. Setiap hari Kalila memilih menaiki tangga untuk sampai di lantai tujuh di mana ruangannya berada.Apalagi kalau bukan untuk merampingkan tubuhnya, itu kenapa Kalila tidak mengenal kata diet.Dimanapun, Kalila selalu memilih naik dan turun gedung melalui tangga.Tapi sebetulnya bukan hanya moment naik dan turun di tangga gedung ini saja yang akan membuat Kalila rindu nantinya tapi dengan siapa Kalila kerap kali melakukannya.Siapa lagi jika bukan sang sekertaris tampan Elvano, pria itu yang selalu menemani Kalila naik turun tangga jika mereka tidak sengaja bertemu di pagi hari atau selalu keduanya lakukan setiap sore sepulang kerja dan saat di tengah-t
Arjuna melirik ponselnya di atas meja, satu notif pesan masuk dari Kejora tertera di sana.Kejora : Malem ini Abang yang nemenin Kejora di rumah sakit, kan?Jempol Arjuna sudah akan mengetikan sesuatu untuk membalas pesan Kejora namun urung saat mendengar ketukan di pintu, kepalanya pun mendongak.“Jun, ada waktu sepulang kerja?” tanya Elma dengan kepala dan sebagian tubuhnya menyembul dari balik pintu.“Ada apa?” Arjuna balik bertanya.“Temani aku menghadiri ulang tahun sahabat, kamu mau, kan?” terangnya di akhiri pertanyaan seraya melangkah anggun mendekati meja kerja Arjuna.Seiring dengan langkah Elma yang kian mendekat, jantung Arjuna berdendang ria di dalam sana.Pesona Elma memang tidak bisa dielakan oleh pria dewasa, wanita itu memiliki kharisma yang meski hanya dengan berjalan saja bisa membuat seorang pria bertekuk lutut.“Oke, aku akan menemanimu,” putus Arjuna menyanggupi.Senyum manis Elma terbit membuat jantung Arjuna bergetar semakin dahsyat.Elma menyentuh punggung tan
Arjuna membasuh wajahnya di wastafel yang terdapat di dalam kamar mandi. Menatap cermin sambil berkali-kali mengutuk perbuatannya.Apa yang baru saja dilakukannya tadi sungguh keterlaluan tidak sejalan dengan logika, seluruh anggota tubuhnya berkhianat.Hatinya? Entahlah dia sendiri jadi bingung, tapi jujur Arjuna menikmatinya.Arjuna menggelengkan kepala cepat, tidak boleh ia tidak boleh menikmatinya.Tapi bibir Kejora begitu lembut, tubuhnya harum dan desiran itu begitu kuat terasa menggetarkan nadinya.Arjuna menggelengkan kepala lagi, lupakan. Ia harus melupakan kejadian tadi dan jangan pernah diulangi lagi.Setelah sejenak menenangkan dirinya, Arjuna keluar dari toilet.Lampu ruangan itu telah padam berganti lampu tidur yang temaram.Kejora meringkuk membelakanginya, Arjuna mengetahui dari pantulan kaca jendela yang berada di sebrang ranjang Kejora jika gadis itu memejamkan matanya erat sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Tampaknya Kejora sama dengan dirinya yang menyesali
“Nona ... lihat, mulai sekarang Anda akan terkenal apalagi jika Anda bersedia menerima lamaran Tuan muda Alterio,” ujar sang driver ketika mobil yang mereka tumpangi sedang berhenti karena macet yang rutin terjadi setiap jam pulang kerja.Kalila sontak menoleh kemana telunjuk sang driver di arahkan.Sebuah reklame dengan jenis Megatron, yakni berupa reklame billboard yang dibuat secara elektronik dengan gambar yang bergerak-gerak menampilkan foto Kalila dan tulisan “I love you Kalila Gunadhya, will you marry me? Yang mencintaimu, King Alterio.Tidak lupa gambar hati yang bergetar dengan banyak foto Kalila yang muncul secara bergantian diambil secara candit entah oleh siapa.Jika itu terjadi dengan wanita lain sudah tentu akan merasakan hatinya membuncah oleh rasa bahagia, merasa dicintai, diistimewakan juga diinginkan. Tapi tidak dengan apa yang Kalia rasakan, demi apapun saat ini juga Kalila ingin menenggelamkan King ke dasar palung Mariana atau memasukannya ke dalam mesin waktu dan
Kalila menekan tombol intercom di atas meja kemudian ia tarik lagi jemarinya mengingat El sedang cuti untuk mempersiapkan pesta pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari.Pria itu memintanya tinggal sementara dia akan menikahi wanita lain, Kalila memejamkan mata sekilas.Baru benar-benar tersadar jika pesta pernikahan El akan berlangsung besok.Kalila wajib hadir dalam pesta tersebut karena El adalah bawahannya langsung, tapi dengan siapa ia pergi?Meminta sang Kakak kembar menemaninya juga tidak mungkin karena sang Kakak sedang sibuk untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum mengambil cuti menikah. Kalila menutup wajahnya dengan kedua tangan, apa ia sanggup menghadiri pesta pernikahan pria yang dicintainya.Kenapa belum hadir di sana tapi Kalila sudah merasakan sesak di dada dan matanya memanas.Kalila mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah agar kristal bening di matanya tidak jatuh.Ia pun beranjak berdiri, tadinya ia hendak meminta El membawa suatu berkas tapi sepertinya Kalila haru
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya