Seketika Arjuna terjaga dari mimpi indahnya saat mendengar suara ponsel yang berdering memekakan telinga di pagi buta.Tanpa melihat layar karena matanya masih terasa berat, jempolnya asal tekan untuk menjawab panggilan tersebut.“Hallo?” “Abang, Kejora enggak bisa tidur.” Ternyata sang istri yang berbaring di sebelahnya yang melakukan panggilan telepon.Arjuna merasa konyol setelah mengangkat panggilan telepon tersebut lalu menyimpan ponselnya kembali ke atas nakas.Ia pun membalikan tubuh menghadap sang istri yang masih terlihat segar.“Susah tidur lagi?” Kejora menganggukan kepala menjawab pertanyaan sang suami dan detik berikutnya ia sudah berada dalam pelukan hangat Arjuna.Sebelum tidur tadi Arjuna memang memeluknya tapi tanda sadar pelukan itu terlepas, pria itu merubah posisi tidur ketika pegal melanda pundak sebelah kiri.“Kamu kayanya harus Abang buat cape dulu biar bisa tidur,” ujar Arjuna seduktif.Lantas menyatukan bibirnya dengan bibir Kejora yang tadi tersenyum mende
“Detak jantungnya sehat ... beratnya juga normal—“ Ucapan pria paruh baya dengan jas putih itu terjeda.“Sebentar Dok, maksudnya detak jantung siapa yang sehat? Berat badan siapa yang normal?” sela Kejora kepada Dokter yang sedang memaparkan apa yang ia ketahui dari alat USG.Dokter yang rambutnya sudah memutih itu mengangkat kedua alis hingga keningnya mengkerut.“Anda tidak tau jika sedang mengandung?” Sang Dokter malah bertanya lalu menoleh pada suster yang langsung melihat data tentang Kejora.Kertas yang dipegang Suster masih kosong karena memang Kejora baru pertama kali datang ke sana.Kejora menggelengkan kepala dengan tampang melongo.“Sa ... saya hamil?” Kejora seakan tidak percaya.“Tapi saya tidak merasakan mual atau tanda-tanda kehamilan lainnya,” ujar Kejora membantah.“Tanda kehamilan tidak selalu dengan mual muntah setiap pagi tapi yang pasti menurut alat ini ada janin berusia lima belas minggu sedang tumbuh di dalam rahim anda.” Dokter menunjuk layar datar di depan mer
“Jadi selama ini lo enggak tau kalau lagi hamil?” Kalila bukan bertanya tapi sedang terkejut, tadi Kejora menceritakan perihal kehamilannya.Keesokan harinya Kejora minta di antar oleh driver berkunjung ke rumah Kalila untuk mengabarkan berita tersebut setelah sebelumnya mendapat ijin dari Arjuna.Lebih tepatnya Kejora memberikan pemberitahuan karena Kejora mengatakannya ketika dalam perjalanan menuju rumah sang Kakak.Kejora mengganggukan kepala menjawab pertanyaan Kalila yang menurutnya berlebihan.“Lo enggak ngerasa mual muntah atau lemes atau gimana gitu?” Sang Kakak bertanya kembali, rupanya ia masih belum yakin dengan cerita Kejora.“Mual muntah sih enggak ada, lemesnya kalau abis bercinta sama Bang Juna aja ... .” Kalila merotasi bola matanya. “Yeee, kalau itu mah gue juga iya ... kadang gue pengennya bangun siang kalau abis begituan sama King.” “Hebat banget kayanya Mas King ya,” pancing Kejora sambil menaik turunkan alisnya.“Paan sih ... .” Kalila mengibas tangannya. “Ceri
“Ya, King?” Arjuna malas-malasan menjawab panggilan telepon dari sang sahabat sekaligus suami Kakak iparnya.Saat ini Arjuna sedang berkeliling Berlin di tengah malam untuk mencari mangga muda yang sedang diinginkan istrinya.“Di mana?” King bertanya bukan karena ingin tau tapi karena bosan duduk di meja bar di dapur menunggu koki membuat semur daging yang untuk yang ketiga kalinya malam ini.Kalila menginginkan semur daging buatan sang Nenek sementara rempah-rempah yang digunakan di resep asli tidak ada di Jerman.Koki berpengalaman yang dipekerjakannya sudah berusaha membuatkan semur daging dengan rempah pengganti tapi sudah dua kali Kalila menolaknya setelah mencicipi sedikit.Sang istri masih merengek meminta dibuatkan semur daging yang rasanya mirip dengan buatan Nenek.Dan sekarang koki masih berusaha membuatkan semur daging tersebut, memodivikasi dari resep yang diberikan Nenek Rena.“Di tengah kota, mencari mangga muda.” Jawaban Arjuna itu tentu saja membuat King tergelak, te
“Abang udah pulang? Ini masih sore loh.” Arjuna mengembuskan napas pelan, ingin merotasi bola matanya tapi khawatir menyinggung perasaan sang istri yang akhir-akhir ini sedang sensitif.Namun pertanyaan tersebut sungguh menguras kesabaran Arjuna, pasalnya tadi pagi sebelum berangkat kerja mereka telah sepakat untuk melakukan kontrol kehamilan Kejora.Arjuna juga telah meminta Fabiola membuat jadwal dengan Dokter di rumah sakit yang seharusnya saat ini mereka sedang dalam perjalanan ke sana.Akan tetapi yang Arjuna temukan sekarang Kejora malah sedang asyik membaca novel sambil berselonjor kaki di sofa.Arjuna mengecup cukup lama kening Kejora berharap sang istri dapat mengingat rencana mereka pagi tadi.“Oh ya ampun, Kejora lupa ... sore ini ‘kan kita mau check up dede bayi ya?” ujarnya santai, malah bertanya memastikan lagi kepada Arjuna.“Yuk, kamu dapet antrian nomor satu.” Arjuna membantu Kejora berdiri.“Eh, nanti dulu ... Kejora mau mandi dulu.” Dengan santainya wanita hamil it
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa